Butterfly's Sleep (ch. 8)

4.2K 324 13
                                    

CHAPTER 08

Arthemyev Seryi Seravine

Kami seperti masuk ke dalam distorsi waktu sesaat di mana tidak ada satupun yang ingat apa yang terjadi semalam. Sky khususnya, kalau aku sih ingat dengan jelas bagaimana tiba-tiba ia meringkuk dalam diam, lalu memohon dengan nada bicara menyeramkan. Lalu apa katanya pagi ini?

            “Aku bertemu dengan Ludmila kemarin.”

            Salah satu alasan mengapa kekacauan itu terjadi lagi. Sayang, aku tidak punya banyak waktu untuk mengurusi hal tersebut pagi ini. Ada gladi bersih, dan charity nanti malam. Lalu setelah acara konser abal-abalan selesai, akan ada acara lainnya seperti pesta pora, minum-minum, jabat tangan sana-sini, foto bareng, lalu pulang dalam keadaan seperti vampir. Kurasa aku harus mulai mempekerjakan seseorang baby sitter, atau perawat untuk mengawasi Sky selama aku tak ada bersamanya. Ini bisa jadi sangat berbahaya. Maksudnya kalau dia ditinggalkan sendiri lalu bertemu dengan wanita bernama Ludmila itu lagi, bisa-bisa kekacauan yang lebih parah terjadi.

            “Aku pulang tengah malam, kalau sesuatu terjadi lagi cepat hubungi aku. Lalu, jangan berkeliaran sendirian, dan kalau wanita itu datang lagi, teriak saja.” Nasihatku panjang dan bertubi-tubi sebelum keluar dari pintu apartemen. Entah Sky akan mengerti atau tidak, wajahnya memang kelihatan tenang-tenang saja, tapi siapa yang tahu apa yang ada di dalam pikirannya. “Kau mengerti?”

            “Ya,” hanya jawaban ya—dengan wajah sedatar tembok. “Ludmila tidak tahu apartemenmu.” Tentu saja tidak ada yang tahu, kecuali dia sendiri memberi tahu. “Tapi aku tidak yakin apa ia akan menemukanku di kampus...”

            Wajahnya tenang, tapi cara bicaranya selalu mengandung hal-hal persuasif yang membuat langkahku kaku. Ini sudah hampir jam sepuluh, dan aku masih berdiri mematung di dalam pintu apartemenku? Astaga.

            “Aku tahu... aku tahu...” aku tahu kalau sebenarnya Sky tidak ingin aku pergi. Tapi ini pekerjaanku, aku sudah menandatangani kontrak dan ini acara besar hingga mustahil membatalkannya hanya karena alasan Ludmila akan kembali menghantuinya. “Makanya, kalau wanita itu datang lagi, hubungi aku. Pakai ponselmu... atau apa kek, kau kan sebenarnya bisa panggil polisi!”

            Sky memasang wajah kecewa, ekspresi wajahnya yang agak mengesalkan memang. “Tidak perlu lah, Ludmila juga tidak akan sampai membunuhku.” Lalu ia melengos pergi seperti bilang ‘pergi sana’ padahal inginnya ‘tidak usah pergi, lindungi saja aku di sini’. Payah.

            “Ya—ya sudah, aku pergi dulu.”

            “Ya sudah sana pergi.”

            Geez, terserah dia lah. Pada akhirnya aku pergi walau dengan setumpuk beban kegilaan lain yang mungkin akan terjadi. Bagaimana kalau si ibu tiri titisan nenek sihir itu datang, mendobrak pintu apartemenku, lalu ada acara berdarah-darah yang terjadi di sana, begitu aku pulang seluruh wartawan bertanya padaku apa yang sebenarnya terjadi. Jawabannya: Mana kutahu! Mungkin hal gila macam itu terjadi, makanya kutitipkan pada petugas keamanan untuk memproteksi apartemenku lebih ketat. Tidak ada yang boleh masuk ke sana selain aku dan Sky. Oh, juga pelayan servis kamar yang biasanya datang menjelang tengah hari untuk bersih-bersih.

*

“Kau gugup, Arthem?” Brian terkekeh melihat tampangku pagi itu. “Tidak biasanya,” lalu kepalanya menggeleng-geleng seperti seorang ayah yang ingin sekali menertawakan kebodohan anaknya. “Pasti semalam kau bertegur sapa dengan cewek mabuk, atau ada perokok yang melemparkan puntungnya ke arah mobilmu?

Butterfly's SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang