Chapt. 25 - Menyelesaikan yang harus diselesaikan

Start from the beginning
                                    

"Terimakasih"

Amelia menghela nafas dan menghembuskannya perlahan mencoba memberikan ketegaran untuk dirinya sendiri. "Jadi siapa gadis yang beruntung itu?" Tanya Amelia pada Yori. Yori terkesima dengan topik kali ini.

"Dia Vitha, Vitha Maharani dia gadis sederhana yang menguasai hati saya selama ini."

Amelia mengulas senyumnya. "Dia pasti wanita hebat."

"Tentu saja." Kata Yori, dia tersenyum bangga. Vitha memang perempuan hebat untuknya, selain Ibunya, Vitha adalah perempuan yang dapat menenangkan segala kerisauannya. Rasanya hanya Vitha yang mampu menguasai dirinya.

***

"Jadi apa mau mu sekarang, Yor?"

Tanya Komandan Mulyono sambil menopangkan dagu ditangannya di atas meja. Mulyono sudah tahu perihal pembatalan atau lebih tepatnya penolakan Yori tiga hari yang lalu dan Yori baru bisa bertemu dengan Mulyono setelah kesibukan yang menjeratnya.

Amelia berhasil memberikan pengertian kepada Mulyono bahwa cinta memang tidak bisa dipaksakan, lagipula Amelia tidak ingin memaksa jika nantinya akan saling menyakiti banyak hati. Baik dirinya, Yori maupun Vitha. Sungguh Amelia ingin hidup tenang dan bahagia dalam rumah tangganya kelak.

Dengan lapang dada Mulyono menerima semua keputusan bersama ini, Ia memang sosok Bapak yang bijaksana, begitu yang Yori akui.

Yori mengambil nafas dan dengan berani menatap Komandannya itu. "Siap, saya ingin meminta restu, saya akan menikahi perempuan pilihan saya, Dan." Tegas Yori.

"Kau ini Yor, Yor.. Kenapa kau tidak bicara sejak awal kalau kau sudah mempunyai kekasih?" Ujar Mulyono menatap anggotanya yang sudah dianggap anak ini.

"Tidak jadilah kau menjadi menantuku?" Tanya Mulyono yang dijawab senyuman oleh Yori.

"Maaf Pak.. saya tidak bermaksud mengecewakan Bapak, Bapak sudah saya anggap ayah saya sendiri, Bapak tahu itu." Mulyono mengangguk-anggukan kepalanya.

"Ya sudah, urus berkas-berkas pengajuan nikahmu. Dan kenalkan aku dengan gadis itu jika kau menganggapku sebagai ayah." Mata Yori melebar, ia merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan Mulyono.

"Siap Dan!"

Yori merasa lega, setidaknya satu bebannya hilang dan masalah yang membelutnya sudah terselesaikan.

***

Di tempat yang berbeda. Vitha meletakkan tasnya sembarangan dan mengambil posisi duduk di ranjang Queen size miliknya. Vitha baru saja pulang dari acara pesta pernikahan teman kampusnya.

Gadis itu mendesah lantas menelungkupkan kepalanya di bantal. Ia merindukan kekasihnya. Sudah seminggu berlalu tetapi kabar terakhir yang diterima Vitha hanya sebuah pesan singkat yang dikirim Yori beberapa hari lalu.

Begitu sibuknya kah dia sampai untuk menelpon saja tidak sempat? Vitha berdecak kesal.

Ia bangun dari duduknya dan perlahan menuju ke arah pintu kaca yang menghubungkan kamar dengan balkon kamar lalu menyingkapkan gorden yang menutupi pintu kaca tersebut dengan pemandangan langit malam yang memamerkan kemegahan langit gelap di luar sana.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You're MINE!Where stories live. Discover now