The Past 20

1.6K 96 2
                                    

Gladys mengerjapkan mata nya menghalau sinar matahari yang mulai merambat masuk ke dalam kamar. Gerakkannya terhenti saat menyadari dia tidak sendirian di kamar ini, dan bukan di kamarnya. Kepalanya menoleh cepat ke arah kanan dan memekik tertahan saat melihat Adam tertidur nyenyak di sampingnya. Buru-buru di guncang nya bahu Adam keras.

"Adam, bangun...!" guncangnya keras. Adam yang baru membuka matanya menggeliat malas dan mengucek matanya.

"Kenapa sih, Dys?" tanyanya polos.

"Kenapa? Ini kenapa kamu tidur disini?? Kita..kita ngapain??" pekiknya panik. Adam yang baru tersadar dengan keterkejutan Gladys hanya tertawa geli.

"Kan semalem kamu yang minta aku tidur disini? Gimana sih?"

"Te...terus..kita ngapain?"

"Ya kita tidur lah. Emang maunya ngapain?" goda Adam yang jadi semangat melihat kepanikan Gladys. Gladys memukul lengan Adam kesal.

"Serius Adam!!"

"Iya aku serius.. Selamat pagi, sayang" Pipi Gladys merona mendengar sapaan Adam. Ya,, karena Adam menyapanya di atas tempat tidur yang sama dengannya.

"Ehm,,, aku cuci muka dulu." Gladys bergegas turun dari tempat tidur dan menghilang di balik kamar mandi. Adam terkikik geli melihat ekspresi Gladys.

"How a great day" gumamnya.

***********

Mobil Adam terparkir dengan mulus di basement apartemen Gladys. Pagi ini dia mengantar Gladys kembali ke sana untuk berganti pakaian sebelum nanti berangkat bersama ke kantor.

Baru saja membuka pintu, suara melengking Carla sudah menyambut kedatangan mereka berdua. Wajahnya nampak kesal begitu melihat Gladys masuk.

"Kamu sengaja ya gak pulang? Kamu sengaja biar aku nungguin martabak pesenan aku datang sampai aku ketiduran di sofa??!" semburnya begitu Gladys mendekat.

Gladys menepuk jidatnya ,"Oh my... Sorry Carla, aku bener-bener lupa sama pesenan kamu itu. Nanti deh pulang kantor ya aku beliin,"

"Udah gak selera! Lagian kamu ngapain sih sampe lupa sama pesanan aku?" ujar Carla masih menumpahkan kekesalannya.

Adam yang daritadi diam pun akhirnya ikut kesal dengan perlakuan Carla pada gadisnya, "Carla! Kamu pikir Gladys itu siapa? Seenaknya aja main perintah. Udah untung kamu masih bisa tinggal disini!" serunya. Carla mengernyit terkejut dengan kekesalan Adam.

"Adam..." tegur Gladys pelan. Adam hanya menatap Gladys sekilas dan membuang nafasnya kasar.

"Mulai besok, kamu tinggal di kontrakan yang baru! Nanti aku berikan alamatnya dan kamu bisa langsung mengemasi pakaian kamu. Paham?" putus Adam yang di sambut desahan pelan Gladys dan pekikan tertahan Carla.

"What?! Aku harus disana sendiri? Terus siapa yang akan jagain aku nanti, Dam?" rengeknya sambil menarik-narik kemeja Adam. Adam menepisnya kasar.

"Jangan sentuh aku, Carla!" hardik Adam,"Kamu gak usah bingung masalah itu, aku sudah menghubungi tunanganmu dan dia yang akan membantumu disana," lannjutnya.

"Adam... Kamu gila ya?! Kenapa kamu hubungi dia?? AKu gak mau,Dam,please.." rengek Carla.

Adam menatap Carla marah. "Kamu pikir siapa kamu?Udah baik kita mau nerima kamu disini, tapi kamu malah seenaknya memperlakukan Gladys!"

"Aku hamil, Adam..."

"Dan itu bukan urusan kami lagi. Mungkin nanti tunanganmu itu akan menjemputmu disini." tegas Adam sambil menarik Gladys ke kamar.

Gladys menatap Adam yang masih dipenuhi dengan emosi. Tangannya mengusap lengan Adam lembut, menenangkan pria itu.

"Gimana bisa kamu gak cerita sama aku, Gladys??" tuntut Adam.

"Aku bukan gak mau cerita sama kamu,sayang. Kamu pikir aku nggak marah dan kesal dengan sikap Carla itu? Aku marah. Tapi aku mencoba memposisikan diriku sebagai Carla, dan kupikir dia melakukan itu karena dia merasa tertekan dan bingung harus bagaimana,"

"Tapi bukan dengan memperlakukan kamu seperti pembantunya juga kan?!" emosi Adam semakin memuncak mendengar jawaban Gladys. Gladys menghela nafas lalu membuka balkon apartemennya.

"Adam,,,Adam,,," panggilnya. Adam yang masih kesal hanya menolehkan wajahnya dan bertanya dengan matanya,"ada apa?"

Gladys terkekeh melihat sikap Adam yang menurutnya kekanakan.

"Sini deh, aku kasih lihat sesuatu," ujar Gladys melambaikan tangannya. Dengan  malas Adam beranjak mendekati Gladys dan berdiri di sisinya.

"Apa?"

"Jangan jutek gitu donk,sayang."

"Kamu itu mau apa sih? Aku masih gak habis pikir aja sama kamu,"

"Coba deh kamu jongkok disini" Adam mengerutkan dahinya bingung tapi tetap melakukan apa yang Gladys minta.

"Terus aku suruh apa? Emang kamu mau kasih lihat apa sih?" tanya Adam sambil menengadahkan wajahnya menatap Gladys yang berdiri di depannya.

"Coba lihat ke langit, katanya kalo kamu hitung bintang, kamu akan bahagia"

"Ah, mana ada?" gerutunya.

"Coba dulu donk ihh,,,"

"Hemm... Satu..." CHU~

Adam terkejut dengan ciuman tiba-tiba Gladys. Tapi dia kemudian melanjutkan kembali hitungannya.

"Dua,,," CHU~

Lagi-lagi Adam terkejut, namun akhirnya dia mengerti apa yang Gladys maksud tadi dan kembali menghitung sembari tersenyum.

"Tiga..." CHU~

"Empat..." CHU~

"Lima..." CHU~

"Udah donk itungnya..." rengek Gladys yang langsung disambut tawa renyah Adam.

"Katanya aku suruh hitung,itu belum semua bintang nya aku hitung loh," protes Adam. Gladys memanyunkan bibirnya.

"Iya aku salah deh. Harusnya tadi jangan hitung bintang ya, bisa-bisa jontor bibir aku nanti" gerutunya.

"Hahaha... Bisa banget bikin mood aku balik lagi. Thank you, Hazy" ujar Adam sembari merengkuh Gladys dalam pelukannya.

******

Gladys membantu Carla membereskan barang-barang nya di kontrakan baru. Carla masih menekuk wajahnya sebal. Dia masih tidak suka dengan keputusan Adam yang membuatnya harus pergi dari apartemen Gladys. Ditambah tunangan yang jelas-jelas sedang dia hindari malah di suruh menemuinya disini.

"Kamu senang ya aku pergi dari tempat kamu?" tanya Carla. Gladys menghentikan kegiatannya memasang taplak meja.

"Emmm,,,ya karena aku akan kesepian lagi. Tapi aku senang juga gak ada yang bossy lagi,hihi" Gladys terkekeh menjawab pertanyaan Carla. Carla mendengus kesal.

"Aku kan hamil, kenapa sih kalian jahat banget sama aku?"

"Carla... kami peduli sama kamu. Dan karena kami peduli, jadi kami memikirkan yang terbaik buat kamu. Dan kontrakan ini, juga kedatangan tunangan kamu itu adalah yang terbaik buat kamu saat ini. Apa kamu mau anak kamu nanti lahir tanpa tahu siapa ayah nya?" jelas Gladys lembut. Carla hanya menjawab dengan dengusan kesal.

Ting...tong...

Gladys bergegas membukakan pintu dan mempersilahkan tamunya itu masuk.

"Carla..." panggilnya.

"Ke..kevin?"

-------------

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 06, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Past and LastWhere stories live. Discover now