The Taste of Blue

2 0 1
                                    



***

Lily merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan hati yang tak karuan. Ia merasa menyesal sudah membuat acaranya tadi siang menjadi tak jelas alang ujurnya karena ia sudah menanyakan satu hal paling tabu kepada Aldy. Andai saja dia tidak menanyakan perihal Januar, mungkin sekarang mereka masih bisa saling mengobrol atau setidaknya Lily bisa melihat senyuman Marion di wajah Aldy.

Ah ya, tetap saja Lily merindukan sosok Marion.

Kemana sih dia itu? seenaknya saja pergi dari dalam hidup Lily.

"Lily! Ada telpon!" panggil bunda dari bawah, Lily yang masih merasa kurang enak hati segera bangkit sambil bertanya-tanya. Siapa yang menelponnya ke rumah sementara handphonenya masih aktif?

"Siapa?"

"Enggak tahu, katanya sih teman kamu."

"Suzy?"

"Bukan, cowok." Jawab bunda sambil menyerahkan gagang telpon yang tengah ia pegang. Lily menerimanya dengan kening mengerut.

Bukan Suzy? Tapi anak laki-laki? Siapa teman laki-lakinya yang menelpon ke telpon rumah? Ah kurang kerjaan sekali ya?

"Hallo?" Lily meletakkan gagang telpon itu di telinganya. Belum ada jawaban, hanya ada dengusan nafas berat terdengar di ujung sambungan. "Halooo?"

"Ehm, Lily?" suara seorang lelaki menyapa gendang telinga, "Iya, ini siapa?"

"Emm, gue ... eh aku, aku abangnya Aldy." dan Lily langsung menegakkan tubuhnya, ini adalah orang yang tahu semua tentang sang Youtube Idol! Sekarang dia menelpon langsung ke rumah dan untuk apa lagi dia menelpon jika tak ada keperluan tentang sosok yang sangat ingin Lily kenal itu?

"Eh, i-iya, ada apa ya bang?"

"Enggak, katanya kamu mau kenal sama Januar ya?" dia malah balik bertanya. Lily tak segera menjawab, ia ingin menjawab iya dengan nada yang sangat antusias, namun ia tak bisa mengatakan itu takut-takutnya jika pertanyaan itu hanya jebakan.

Jebakan yang membuat acara makan es krim bersama Aldy jadi kacau balau. Salah sendiri sih sebenarnya. Tapi ya kan niatan Lily untuk bersama dengan Aldy itu memang untuk mengetahui seluk beluk Januar. Lalu memangnya kenapa? Harusnya Aldy mengerti tentang itu, bukannya malah marah dan tersinggung.

"Aldy tadi bilang sama aku, ada temennya yang ingin tahu tentang Januar. Dia minta aku telpon kamu. Kamu suka sama dia ya?" Lily tercengang. Benar-benar to the point ya abangnya Aldi ini?

"Sebentar bang, abang namanya siapa? Masa ngobrol enggak tahu namanya?" Lily mencoba untuk mengajak berbasa-basi. Dia tertawa kecil dan menyebutkan namanya. "Aldo,"

"Oh, Aldo ya?"

"Iya." Kemudian hening. Lily bingung harus mengatakan apa, ia ingin segera mendengar penjelasan tentang sosok Blue Heart. Siapa dia, dimana dia, kenapa Aldy seakan-akan melarangnya untuk kenal Januar?

"Ehm, kalau boleh aku kasih saran sih ya ... jangan mau kenal sama Januar." Nah nah nah! Bukan hanya namanya saja yang sebelas dua belas dengan sang adik, Aldy-Aldo. Namun sifatnya yang sama-sama senang melarang mengenal seseorang pun sama! Sepertinya Lily mulai merasa sebal dengan orang ini.

"Memangnya kenapa bang?"

"Ya ... cuma enggak tega saja. Januar itu playboy kelas tinggi, sombong dan congkak. Dia juga sering bicara dengan kalimat yang sangat kasar. Hanya gadis bodoh yang mau kenal dengan dia." Mendengar idolanya dikata-katai sekasar itu membuat hati Lily seakan terbakar dan panasnya membuat isi kepalanya mendidih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Endless BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang