1

13.6K 667 28
                                    

Hai. Nama gue ______. Umur gue 21 tahun. Gue tinggal di Seoul bersama kedua temen gue, Nana dan Jongdae. Kita menyewa satu apartemen dengan dua kamar, gue sekamar sama Nana sementara Jongdae sendiri (jelas karena dia laki sendiri) dan kita juga patungan bayar sewa apartemen ini.

Kita temenan udah dari SMA, dan kita memutuskan untuk bangun usaha bertiga dan kerja bareng. Kita bertiga buka jasa Blind Date. Tau kan? Ya, jasa untuk para jomblo mencari pasangan hidupnya.

Gue ditunjuk Nana dan Jongdae sebagai pemimpin usaha ini karena kata mereka cuma gue yg paling bisa ngomong sama klien-klien yang datang. Gue yang bisa ngertiin apa mau mereka. Sementara Nana dan Jongdae punya peran untuk mengatur semua date yang diminta sama Klien.

Kita temenan udah 6 tahun dan tinggal bareng 3 tahun. Nana sama Jongdae pacaran. Ya, gimana engga? Tipe-tipe kaya mereka mah gampang banget buat jatuh cinta. Tatap mata dikit, udah bikin muka merah. Senyam senyum malu-malu. Mereka baru 1 tahun sih jadian. Cuma gue aja yg agak risih.

Risih karena dirumah jadi obat nyamuk terus.

Semenjak mereka pacaran, gue-lah yg jadi bulan-bulanan mereka. '______, kapan lo punya pacar?' '______, kapan kita bisa double date?' '______, kerjaan lo nyariin jodoh buat orang tapi lo sendiri belom punya jodoh'

Gue cuma bisa narik napas-buang napas aja dengerin celotehan mereka. Secara, siapa sih yang ga mau punya pacar? Gue juga udah 21 tahun, pengen aja ngerasain gimana lovey-dovey sama pacar. Gue selalu sukses nemuin pasangan untuk klien-klien gue dan kebanyakan dari mereka berakhir dengan pernikahan. Bahkan mereka ngundang gue ke pesta pernikahan mereka.

'Terima kasih ya,______. Berkat kamu kami bisa bersatu dan menikah. Kapan giliran kamu?'
Saat mereka bilang gitu gue cuma cengar cengir ga jelas dan langsung kabur, mendekam di kantor.

Gue kadang suka mikir juga. Kapan ya gue bisa punya pacar?

******

"Pagi _______!"
Nana masuk ke ruangan sambil senyum cerah.

Gue cuma ngangkat kepala sedikit, senyum ke Nana trus fokus balik ke laptop. "Pagi"

"Ada klien baru? Serius amat sih.. nih gue bawa kimbab sama susu, makan ya! Lo kan tadi dari rumah belom sarapan," kata Nana sambil ngeluarin isi dari kantong plastik yang dia bawa.

"Taro aja disini, nanti gue makan," gue jawab tapi mata gue fokus ke laptop.

Nana cemberut. "Serius amat sih? Siapa klien barunya? Cewe apa cowo?" Dia serius dan memutari meja untuk mengintip ke laptop.

"Wuaah, cogan!" Katanya kegirangan. Gue langsung mukul lengannya dia.
"Lo udah punya Jongdae. Sadar diri dong!"

Nana cuma cengengesan. "Eh, lumayan tuh cowo. Namanya siapa? Ehm, Oh Sehun? Kece juga namanya," katanya sambil nyenggol-nyenggol lengan gue.

"Apaansih" gue cuekin dia dan kembali fokus sama klien gue yang baru ini.

Klien No.1 : Namanya Oh Sehun. Domisili di Seoul. Dia kerja sebagai street-fotografer. Umur 21 tahun. Tinggi badan 183cm, berat badan 64kg. Kriteria pasangannya itu rambut panjang, tingginya ga jauh beda dari dia, manis, hidung mancung ala-ala barat, pengertian, sayang sama hewan, dan bisa diajak bercanda.

Kriterianya sih biasa aja. Cuma ada note dibagian akhir.
Note: Siap langsung diajak tunangan abis jadian.

Abis jadian langsung tunangan? Mana ada cewe yang mau? Kesannya buru-buru banget. Emang dia mau mati apa?

"Heh, gaboleh ngomong gitu," kata Nana ngedorong bahu gue.
"Emang gue ngomong apa?"
"Lo bilang emangnya dia mau mati karena dia buru-buru mau tunangan? Itu sama aja lo nyumpahin dia,"

Alis gue naik. Jadi tadi gue ngomong gitu? Iyaya?

"Abisan ada-ada aja note-nya," gue bilang sambil baca-baca profilnya lagi.

"Mungkin dia punya alasan sendiri. Kapan dia mau dateng?"
"Hari ini sih katanya. Nanti siang,"
"Oke, good luck ya babe. Gue sama Jongdae ada janji sama temen. Mau double date. Jadi gabisa nemenin lo,"
"Halah, double date mulu,"
"Makanya lo cepet-cepet cari pacar biar bisa double date, jangan nyariin pacar buat orang doang!" Nana ngeledek gue dan langsung keluar karna dia tau kalo dia masih disebelah gue, gue bakal jambak rambutnya.

"Tuh anak dua makin songong ya abis mereka jadian, wah ga bener nih.." gue ngomong sendiri sambil liat-liat request klien baru yang lain.

Klien No. 2 : Namanya Kim Joon Myeon. Umur 24 tahun. Tajir. Pemilik salah satu dealer mobil terbesar di Korea. Tampangnya lumayan. Kerjaannya cuma bolak balik kantor pake jas dan tanda tangan dokumen dari sekertaris. Keliatan lah ya dari fotonya. Kriteria pasangannya yang imut, baik, modis, bisa diajak LDR karena dia keseringan kerja keluar kita atau negeri.

"Duh, gakuat deh gue baca klien no.2 ini," Gue next ke klien berikutnya.

Klien No.3 : Kim Kardashian. Ehehe. Bukan deng. Kim Jong In namanya. Sukanya dipanggil Kai. Umur 20 tahun. Mantan playboy. Kerjaan suka nyanyi di bar, sekalian lirik-lirik cewe-cewe disana. Ganteng sih. Tapi orangnya agak songong kayanya, keliatan dari fotonya. Cari cewe yang bisa diajak hepi-hepian tanpa takut diomelin emak pulang subuh. Bisa diajak klabing klabingan sekalian nemenin dia nyanyi di bar.

"Adakah cewe yang mau sama dia? Susah nih kayanya," gue cuma bisa mendesah.

******

"Halo? Iya benar. Oh? Baiklah. Tunggu sebentar," gue langsung berlari kedepan dan membukakan pintu untuk tamu yang datang.

Gue buka pintu dan disambut oleh pemandangan seorang cogan tinggi dan tersenyum ke gue. "Selamat siang. Saya Oh Sehun. Senang bertemu anda, nona _____." cogan bernama Sehun itu membungkuk memberi hormat ke gue.

Gue membungkuk juga sambil mengeluarkan senyum termanis. "Halo, Sehun-ssi. Senang juga bertemu dengan anda. Silahkan masuk,"

Sehun pun masuk dan gue menutup pintu, lalu gue mempersilahkannya duduk di sofa dan izin kebelakang sebentar untuk ambil minum.

"Kantor ini nyaman juga, tapi kenapa sepi sekali?" kata Sehun setelah gue kembali dari pantry.

Gue duduk dan memberinya segelas jus. "Ya, seperti inilah.. kedua teman saya sedang pergi keluar" dan cuma senyam senyum ga jelas.

Ternyata dia beneran ganteng lho. Asli.

Sehun cuma ngangguk. "Jadi, bagaimana? Saya pikir kamu sudah membaca kriteria yang saya kirim dari email," kata Sehun mengawali pembicaraan.

"Oh? Oh iya, sebentar" gue lari ke meja gue untuk ngambil berkas dokumen Sehun yang tadi udah gue print dan balik lagi ke tempat semula.

"Kalo kriteria yg saya baca disini sih ga terlalu sulit lah ya. Cuma dibagian bawah ada note... dan... mungkin itu salah satu kendalanya,"

"Kendala apa?"

"Kita belum tau apakah calon pasangan kamu nanti bakalan langsung mau tunangan atau engga,"

"Oh, gitu ya," Sehun mendengus sedikit terus nunduk.

Gue juga penasaran sebenernya. Apa alasan dia pengen buru-buru tunangan?

"Kalo boleh saya tau... alasannya kenapa?"

Sehun mengangkat wajahnya dan natap gue lurus. "Alasannya?"
Gue cuma ngangguk.

"Karna nyokap gue sekarat,"


Tbc

Blind Date [ COMPLETED ]Where stories live. Discover now