9. Letting Go

18.5K 2.7K 181
                                    

Mungkin part ini sedikit membosankan:')


Mingyu

Aku mendesah pelan. Kenapa aku kepikiran Daerim terus sih? Padahal benar kan kalau aku cuma menganggapnya adik? Apanya yang salah coba?

Sebelum kakiku melangkah keluar apartemen, pandanganku tak sengaja jatuh pada payung hitam di sudut ruangan.

Apa aku harus mengembalikannya ya? Kata Songmi dia punya kafe di dekat Hwasung. Balikin nggak ya?

Aku menghela napas pelan lalu menyambar payung itu. Balikin aja deh. Sekalian jemput si adik kecil.

⚫⚫⚫

Begitu jam makan siang tiba, aku langsung minta alamat lengkap kafe milik Hanna pada Songmi. Yah, modus tipis-tipis nggak masalah lah. Lagipula yang namanya pinjam harus dikembalikan kan?

Aku menelusuri jalanan Seoul dengan santai, sesekali membayangkan bagaimana reaksi Hanna saat melihatku nanti. Kenapa aku grogi? Padahal cuma ngembaliin payung sama uang.

Kafe WH. Aku tersenyum miris membaca nama kafe di depanku. Wonwoo Hanna kah? Luar biasa.

Aku memasuki kafe yang cukup ramai ini dengan santai (walau jantungku berdetak tidak karuan). Kontrol, Gyu. Kontrol.

"Selamat datang. Mau pesan apa, tuan?" tanya seorang pelayan.

"Aku mau bertemu Hanna. Ada kan?"

"Ah, ada. Maaf, nama anda..."

"Mingyu. Kim Mingyu," jawabku langsung. Dia tersenyum lalu menyuruhku untuk menunggu.

Mataku mengelilingi setiap sudut kafe ini dengan perasaan aneh. Kalau aku masih bersamanya, apa dia akan menamakan tempat ini kafe MH? Haha, aku mulai gila.

"Gyu?"

Suara lembut itu memanggilku. Aku tersenyum tipis. Dia masih sama. Cantik, seperti dulu.

⚫⚫⚫

"Selamat atas pernikahanmu. Maaf aku membuat sedikit keributan waktu itu," kataku berusaha memecah keheningan. Hanna tersenyum tipis.

"Aku yang harusnya minta maaf. Apa Daerim baik-baik saja? Kudengar dia..." Hanna menggantungkan ucapannya.

"Dia selalu baik-baik saja," jawabku. Anak se-hiper Daerim sih, mana mungkin 'kenapa-napa'. Haha. "Ah, aku mau mengembalikkan payungmu."

Aku menyerahkan payung yang kubawa padanya. Hanna sedikit tertawa, entah karena alasan apa.

"Aku hampir lupa kalau pernah meminjamkan dia payung," katanya.

Kim Mingyu, kontrol dirimu. Sekali lagi kontrol. Dia milik orang lain. Dia istri Jeon Wonwoo.

"Ah, berapa uang yang Daerim pinjam? Biar--"

"No! Nggak usah!" potongnya cepat. Aku menyerngitkan dahi. "Kalau aku tahu dia pacarmu, aku pasti mengantarnya pulang, bukan malah memberinya uang. Jadi nggak usah dikembalikan."

Aku tertawa mendengar ucapannya. Astaga, dia kira aku pedofil? Oh, Hanna-nya Wonwoo (sumpah, sakit saat mengucapkan kalimat ini).

"Dia adiknya Hansol, Na. Jadi dia adikku juga."

Hanna membulatkan matanya. "Hansol? Astaga. Dia apa kabar? Aku sudah lama nggak hubungan sama dia. Tahu gitu aku undang dia ke nikahanku," katanya.

Aku hanya tersenyum. Nikahannya ya? Hm.

"Gyu, terima kasih." Matanya menatapku dalam. Terima kasih? Buat? "Karena sudah membiarkan aku memilih dia. Aku sangat menghargai kebaikanmu. Semoga kau juga bahagia bersama wanita yang kau cintai. Aku serius."

Om Mingyu✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang