3. Jeon Grup

24.3K 3.3K 249
                                    

Btw tuh mulmed om mingyu keliatan item bhaaaq (abaikan)😂😂

Mulutku terus saja merocos, sedangkan Nara hanya mengangguk, sesekali menimpali kata 'oh' atau 'gitu' dengan malas.

"Awas saja kalau kau mencuri om-ku!"

Nara tertawa pelan. "Sorry, Haechan sudah lebih dari cukup buatku. Lagian seleraku bukan om-om. Sekali lagi sorry."

Aku menghela napas lega. Aku lupa kalau dia punya pacar yang--

"Oya. Seleramu kan berondong. Dasar pedo!"

Nara berdecak pelan. For your information, Haechan itu adik kelas kita yang yah, lumayan populer sih. Tapi tetap saja, namanya berondong ya berondong. Iyuwh banget kan pacaran sama berondong?

"Daripada sama om-om. Nanti ketularan tua tahu rasa!"

Aku terkekeh. Bukan ketularan tua, tapi hidup bersama sampai tua yang benar. Hehe.

⚫⚫⚫

Pulang sekolah aku harus menelan pil pahit karena bukan om Mingyu yang menjemputku. Kata kak Seungkwan sih, si doi (asik juga memanggilnya seperti ini) sedang sibuk mempersiapkan berkas-berkasnya untuk kerja besok. Dan aku baru tahu kalau om Mingyu seorang pengacara. Wih, asik nih tiap hari bisa dibelain.

Aku memasuki apartemen yang sepi dengan langkah santai. Kak Hansol pasti masih sibuk. By the way om Mingyu kemana ya? Sepatunya masih ada di rak.

"Mau makan siang apa?"

Om Mingyu keluar dari kamarnya dengan kaos v-neck putih dan celana pendek selutut. Damn! Sekarang aku setuju dengan pernyataan Nara. Laki-laki terlihat seribu kali lebih tampan saat memakai kaos putih.

"Makan om--Eh, m-makan nasi!"

"Iya, maksudku lauknya, adik kecil."

Aku sedikit bernapas lega saat dia berlalu dari hadapanku menuju dapur tanpa sedikitpun menaruh rasa curiga. Duh, aku kan bukan kanibal. Masa makan om Mingyu?

"Kita bisa beli makan di luar," kataku (ini kode keras) sambil menghampirinya yang sibuk menelusuri satu persatu isi kulkas.

"Aku yang masak."

"Eh? Om bisa masak?" tanyaku tak percaya.

Om Mingyu memutar bola matanya. "Kau pikir aku makan apa di Jepang selama sembilan tahun? Pizza dan ayam? Bisa bangkrut aku."

Tanpa sadar aku tersenyum. Dia benar-benar bisa masak? Oh my God, he's a real husband material!

Author

Daerim menguap lebar-lebar lalu beranjak dari ranjangnya. Masih jam lima. Perempuan itu mendesah pelan. Dia paling tidak bisa bangun siang. Sekalipun Minggu, dia selalu bangun subuh-subuh.

Nggak apa-apa deh, biar dekat sama rejeki dan jodoh, batinnya.

Setelah cuci muka dan menggosok gigi, perempuan itu berjalan menuju dapur untuk minum.

"Sudah bangun?"

Daerim hampir menyemburkan air di dalam mulutnya saat mendengar suara (no, lebih tepatnya desahan khas orang bangun tidur) om Mingyu dari belakang tubuhnya. Tiba-tiba saja Daerim bergidik.

"O-om sendiri? Ng-ngapain bangun pagi-pagi?" tanya Daerim mencoba sesantai mungkin.

Mingyu meraih botol di tangan Daerim lalu meneguknya sampai habis. Tinggi Daerim yang hanya sedada Mingyu berhasil buat dia salah fokus pada jakun laki-laki di depannya yang naik turun. Daerim meneguk ludahnya sendiri dengan susah payah.

"Bikin sarapan," jawabnya pendek. Setelah membuang botol plastik itu ke sampah, Mingyu segera mengeluarkan roti, daging asap dan sayur-sayuran dari dalam kulkas.

"Om masak lagi?"

"Kenapa? Masakanku tidak enak?" Daerim menggeleng tanpa ragu. "Bagus. Kau dan kakakmu harus membiasakan diri memakan masakanku. Okay?"

"Dengan senang hati!"

Daerim tersenyum cerah. Jangankan membiasakan diri makan masakanmu, aku ikhlas kok membiasakan diri jadi pendampingmu. Serunya. Dalam hati.

"Ngapain disini? Mandi sana, terus aku antar ke sekolah."

"Eh? Kak Hansol?"

"Dia sudah berangkat dari tadi. Kakakmu super sibuk hari ini. Kantor pusat akan dat.." Mingyu menggantungkan ucapannya lalu menatap Daerim. "Buat apa aku menjelaskan padamu? Adik kecil mana paham."

Daerim menghentakkan kakinya kesal, sedangkan Mingyu hanya tertawa sambil menyelesaikan pekerjaannya memotong tomat.

"Aku nggak sebodoh itu! Dan aku bukan anak kecil, om!"

"Dan aku bukan om-om, adik kecil!"

Dan Daerim hanya bisa menggerutu sepanjang perjalanannya menuju kamar mandi.

⚫⚫⚫

Mingyu memarkirkan mobil sedan mewah milik Hansol di parkiran kantor Jeon Grup yang luar biasa megah. Mingyu benar-benar berterimakasih pada Hansol yang dengan senang hati mau meminjamkan mobilnya. Yah, memang bukan hal besar sih, mengingat Hansol punya dua mobil.

"Pengacara Kim?"

Seorang pria empat puluhan menyapa Mingyu dengan ramah. Song Jiho, mata Mingyu melirik nametag di jasnya.

"Selamat pagi. Aku Kim Mingyu."

Keduanya berjabat tangan dengan senyum semanis mungkin (walau Mingyu luar biasa deg-degan. Percayalah, bukan pak Song penyebabnya).

"Aku sudah dengar banyak tentangmu dari perwakilan kami di Jepang. Kudengar kau lulusan terbaik di universitasmu."

Mingyu hanya tersenyum mendengar pernyataan pak Song. Mau menyanggah bagaimana, orang benar.

"Oh ya, CEO kami sudah menunggumu dari tadi. Silahkan masuk."

Pak Song berjalan di depan Mingyu, memasuki ruangan besar yang Mingyu yakini sebagai tempat Jeon Wonwoo bekerja. Yah, percaya atau tidak, Wonwoo yang masih muda itu memang sudah jadi CEO menggantikan ayahnya.

"Pak, pengacara Kim sudah datang."

Bagai slow motion, Wonwoo memutar kursinya hingga tatapan dua insan itu bertemu. Tidak ada keterkejutan yang ditunjukkan Mingyu maupun Wonwoo. Keduanya bersikap biasa saja.

"Kau boleh keluar, pak Song."

Pak Song membungkuk sedikit lalu meninggalkan mereka berdua. Mingyu merutuki kebodohannya yang tiba-tiba saja mengingat kejadian sembilan tahun lalu. Padahal dia sudah (berusaha mati-matian) melupakannya. Kenapa ingatan itu kembali lagi?

"Lama tak berjumpa, Kim Mingyu."

Mingyu membungkukkan badannya. "Saya Kim Mingyu, tim hukum yang direkrut perwakilan Jeon Grup di Jepang. Senang bertemu dengan anda. Lagi."

Matanya memejam rapat. Tak tahu kalau rasanya sesakit ini.


⚫⚫⚫

Mwehehe pendek banget yaa, cuma 800+ word wk. Niatnya mau bikin pendek-pendek aja biar kalian nggak bosen jugaa.

By the way ini ff masih sepi. Aku sendiri gak yakin, apa kalian masih mau nyimak cerita absurd ini? Kubertanya pada bintang (abaikaaaan)😂😂

Om Mingyu✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang