Jehna berdiri dan mengambil handphone miliknya. Dia menutup pintu kamarnya dan berjalan menuruni tangga. Baru saja menuruni 3 anak tangga, John muncul dengan tuksedo yang membaluti tubuhnya dengan sempurna.

"Gue tau gue keren, lo gak usah sampai ngiler gitu juga kali." Ujar John. John menatap kakaknya dari atas sampai bawah. Kemudian mengangkat kedua alisnya. No comment.

"Keren dari mananya coba? Ngiler ngiler, sembarangan ngomong aja lo." Balas Jehna tak acuh. Jehna kembali menuruni anak tangga yang kemudian disusul oleh John.

"Kira-kira ada cewek seksi gak ya di sana?" Tanya John. Jehna menatapnya bingung. Nih anak ngomong sama siapa coba?

John menatap Jehna tak senang, "jawab kek!"

Jehna menatap John dengan bingung, "lo nanya siapa sih?"

"Lo lah. Ternyata lo gak hanya jelek ya, tapi juga budek!" Sindir John. Tapi tak mempan untuk Jehna.

"Makanya jadi orang jelas dikit! Ganteng-ganteng tapi hobi ngomong sendiri. Hiiyy, kasian banget yang jadi pacar lo nanti." Balas Jehna. John menggeram dalam hati. Jehna tersenyum setan saat tau John tidak bisa membalas sindirannya.

Papa dan Mama sudah menunggu John dan Jehna di bawah. Mereka berdua tersenyum lembut kepada kedua anaknya. John dan Jehna membalas senyuman mereka. Mereka berjalan keluar rumah dan masuk ke dalam mobil.

Dalam perjalanan, Jehna hanya menatap keluar jendela mobil. Pikirannya kosong. Suasana hatinya juga kosong. Seperti sekarang ini, dia hanya merasakan kekosongan. Aku bernafas, tapi tidak hidup.

"Woi!! Bengong aja!" Omel John sambil menepuk pundak Jehna. "Uda sampai nih!"

Jehna keluar dari mobil sambil menggenggam handphone-nya. Dia berjalan mengekori keluarganya. Mereka memasuki gedung mewah yang baru buka itu. Dan kemudian papa dan mama mereka disambut hangat oleh semua orang di dalam sana.

"Selamat ya." Ujar papa ke seorang laki-laki yang usianya mungkin 40-an.

Laki-laki itu tersenyum, "terima kasih, Alex. Tanpa bantuanmu, aku mungkin tidak bisa membuka perusahaan ini."

"Ah, jangan begitu Rold, aku kan temanmu, aku siap membantumu jika kamu sedang kesusahan." Mereka berdua pun tertawa.

"Oh, ya. Kenalkan, ini istriku, Leeyana. Anak pertamaku, Jehna dan anak keduaku John." Kami pun melaksanakan ritual jabat-jabat tangan. Saat oom Rold menjabat tangan Jehna, dia menatap Jehna lama dan tersenyum menenangkan.

"Kamu cantik ya, sama seperti mamamu. Body kamu juga gak gemuk-gemuk amat. Tapi alangkah baiknya kalau dikurusin sedikit." Kata oom Rold sambil menepuk punggung tangan Jehna. "Oom pergi dulu ya, masih banyak tamu. Oh iya, terima kasih ya sudah datang." Katanya sambil berbalik pergi bertemu dengan tamu yang lain. Jehna hanya terbengong.

Baru ketemu saja, uda ada yang bilang Jehna cantik, body-nya yang gak gemuk-gemuk amat tapi bagusnya dikurusin. Jehna tersenyum kecil mengetahui bahwa ada yang begitu perhatian kepadanya. Tapi senyuman Jehna hilang saat menoleh ke arah John yang tengah memegangi perutnya dengan bahu bergetar.

Sialan! Dia menertawaiku! Jehna mencubit lengan John dengan kesal.

"Aw!" Umpat John. "Apa sih?!"

"Lo! Napa ketawain gue hah?!"

"Ya lucu aja! Masa ada yang bilang lo cantik!" Ujar John kembali menertawakan Jehna.

"Huh." Jehna mendengus kesal. Dia berjalan menuju tempat duduk yang disediakan. Dia memilih tempat duduk yang paling pojok.

Masih dengan perasaan kesal, dia duduk di atas sofa empuk itu. Tiba-tiba datang seorang pelayan, dia menawarkan jus jeruk ke Jehna. Jehna tersenyum dan mengambil segelas jus jeruk itu dan meletakkannya di meja depannya.

Beautiful in Its Time (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang