Josh (sidestory)

54.6K 2.4K 54
                                    

"Josh, bantuin gue kek! Kan ini lo yang mau pindahan, kenapa malah gue yang repot sih?" teriak seorang perempuan yang membuka pintu apartment dengan susah payah. Setelah berhasil membuka pintu, ia masuk dan menutup pintu dengan kakinya.

Josh berjalan keluar dari ruangan yang nantinya akan menjadi kamarnya dan berjalan menghampiri Sheila yang memasang tampang kesal. Ia segera mengambil alih box yang Sheila pegang sebelum Sheila kembali marah-marah. Menurutnya, jika Sheila sudah marah, itu sudah melebihi galaknya macan. Tetapi, jangan bilang-bilang jika Josh berpikiran seperti itu.

Ia menaruh box tersebut di lantai bersama box-box lainnya. "Lo mah aneh. Perasaan tadi lo yang nawarin diri mau ngambil box yang terakhir yang menurut lo isinya enteng," ucap Josh sambil menggeleng-gelengkan kepala, tidak mengerti dengan tingkah Sheila. Padahal sedari tadi Josh juga tidak menyuruhnya untuk melakukan apapun.

Sheila mendengus sebal. "Mana ada yang tau ternyata lo itu cowok yang suka baca buku."

Josh tertawa pelan dan berjalan menghampiri Sheila untuk mengacak-acak rambutnya. "Makanya, kalau gue ngomong itu dengerin sampe selesai. Siapa coba yang main kabur-kabur aja?"

"Nggak tau ah," balas Sheila sambil duduk di sofa dan melipat kedua tangannya di depan dada.

Josh kembali menggeleng-gelengkan kepalanya. Walau sedang marah pun, itu sama sekali tidak mengurangi kecantikan perempuan di hadapannya ini. Malah yang ada, ia semakin sayang dengan perempuan ini. Hanya saja, ia masih takut untuk mengakui perasaannya secara terang-terangan. Setelah mengetahui bahwa ternyata dulu Sheila setuju untuk menjadi pacarnya hanya karena ingin balas dendam pada saudara kembarnya, Bianca, ia menjadi sedikit takut mengambil resiko untuk kembali menjalin hubungan dengan Sheila. Hatinya masih belum siap untuk disakiti kembali.

Ia sudah jatuh cinta pada Sheila sejak pertama kali mereka bertemu. Walau mereka juga sudah sepakat untuk mengulang semuanya dari awal, ia masih perlu waktu untuk menyembuhkan rasa sakit di hatinya. Ia masih ingin menunggu sampai waktu yang tepat dimana hatinya sudah siap menerima Sheila kembali. Dan Sheila sudah berkata bahwa dia siap untuk menunggu sampai waktu itu tiba.

"JOSH!" teriak Sheila dengan kencang, membuat Josh kaget dan mundur beberapa langkah.

"Lo ngapain ngelamun sih?" tanya Sheila dengan bingung.

Josh menggelengkan kepalanya. "Nggak papa, cuma kepikiran sesuatu aja."

"Apa tuh?" tanya Sheila dengan curiga.

"Ada deh. Kepo aja lo," balas Josh sambil tertawa pelan.

Sheila mencibir. "Yaudah, ayok lanjut beresin barang-barang lo sebelum kemaleman nanti," ajak Sheila sambil bangkit dari sofa.

Tapi, Josh menggeleng cepat dan berkata, "lo duduk aja di sini sambil nonton tv tuh."

"Kok gitu? Kan tujuan awal gue ke sini mau bantuin lo," tanya Sheila dengan heran.

Josh memutar kedua bola matanya. Ia yakin seratus persen Sheila pasti sedang ada tamu bulanan. Bisa dilihat jelas dari tingkah lakunya yang berubah-ubah. Dan satu-satunya cara untuk menangani hal ini adalah dengan memperlakukan Sheila dengan selembut dan seromantis mungkin.

"Nggak usah. Gue bentar lagi selesai kok, lagian itu semua mesti angkat-angkat barang. Dan gue nggak mau lo ngelakuin itu. Jadi, lo nungguin gue di sini aja ya?" ucap Josh sambil memegang kedua bahu Sheila.

Sheila terdiam sejenak sebelum menganggukkan kepalanya. "Oke, gue nunggu di sini deh."

Senyuman lega pun muncul di wajah Josh. "Yaudah. Btw, di kulkas ada ice cream!" teriak Josh saat ia berjalan kembali menuju kamarnya.

The ChanceWhere stories live. Discover now