3. First Meeting

134K 8.9K 431
                                    

Aku sedang mencatok rambutku menjadi keriting saat terdengar suara ketukan pintu.

"Kenapa?" teriakku sambil tetap melanjutkan kegiatanku.

"Lo udah selesai belom?" Josh berteriak dari luar.

"Belom! Lo masuk aja sih, gak dikunci kok," balasku sambil tetap sibuk dengan rambutku.

Josh membuka pintu dan berjalan masuk. Dia bahkan sudah siap dengan kemeja denimnya yang membuat dia terlihat ganteng. Mungkin karena didukung juga oleh tubuhnya yang berbentuk. Sedangkan aku masih mencatok rambutku. Untung saja aku sudah selesai dengan make up ku.

Akhirnya, aku benar benar akan datang ke reuni itu. Aku sudah memantapkan diriku untuk meminta maaf pada El hari ini juga. Kalau tidak hari ini, aku takut aku tidak akan mendapat kesempatan untuk meminta maaf lagi padanya. Aku harus memanfaatkan kesempatan ini karena kesempatan tidak datang dua kali.

"Lama banget sih lo." Josh mendumel sambil duduk di pinggir ranjangku.

"Iya, sabar. Bentar lagi selesai kok. Eh, bajunya bagusan yang mana? Yang gue pake atau yang itu?" tanyaku sambil menunjuk dress yang ada di sisi lain ranjangku.

Josh berdiri dan berjalan ke arah dimana dress yang satu berada. Ia memperhatikan dress tersebut dengan dress yang ku pakai.

"Yang itu kayaknya lebih bagus." Josh menunjuk dress berwarna peach dengan lengan tiga perempat yang sekarang ku pakai.

Aku mengangguk. "Yauda, lo tunggu bawah. Gue cuma tinggal ini aja kok."

"Jangan pake lama, udah telat kita," pesan Josh sambil berjalan ke arah pintu.

Begitu Josh menutup pintu, aku merapikan rambutku sekilas dan memoleskan lipstick berwarna pink. Tidak lupa menyemprotkan sedikit parfum ke dressku dan kedua pergelangan tanganku.

Aku meraih tas slempangku yang berwarna hitam dan mengecek penampilanku sekali lagi di cermin. Setelah merasa cukup puas, aku langsung berlari turun ke bawah sebelum Josh kembali marah marah.

"Jangan lari lari. Buset dah, udah cakep cakep malah lari lari kayak dikejer setan," komentar Josh sambil bangkit dari sofa.

Aku memberikan cengiran. "Daripada lo ntar marah marah lagi. Yuk, berangkat."

Josh mengangguk dan mengambil kunci mobilnya. Aku mengambil heels ku yang berwarna nude dan mengunci pintu dari luar. Tante Ghea dan Om David sudah pergi dari tadi pagi. Mereka bilang mereka akan pulang sedikit malam.

"Udah kunci?" tanya Josh begitu aku masuk ke dalam mobil.

Aku mengangguk dan memasang seat belt. Kamipun berangkat ke tempat dimana reuni diadakan.

"Akhirnya bisa ketemu sama temen temen dulu," ucap Josh sambil tersenyum senang.

"Lo sih temennya banyak. Lah gue?"

Josh tertawa. "Lo terlalu tertutup sih pas SMA. Ketemu orang aja kerjaannya nunduk mulu."

Aku jadi teringat pada saat SMA dulu. Saat aku masih tidak percaya diri dengan penampilanku. Sekarang aku merasa sangat bodoh. Padahal, penampilanku saat itu baik baik saja. Tidak terlalu buruk.

Kalau saja dulu aku adalah orang yang percaya diri, pasti sekarang aku mempunyai banyak teman. Memang penyesalan selalu datang belakangan.

"Bengong aja lo." Josh menyadarkanku dari lamunanku.

Aku memberikan cengiran. "Ngak, lagi flashback aja gitu. Eh, jauh gak sih tempatnya?"

"Nih, udah mau sampe."

The ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang