(8)

777 70 6
                                    

Seperti biasanya aku masuk ke kamar rawat yang didominasi oleh warna putih itu, ranjang berukuran king size karna ini kamar vip dan jendela yang memperlihatkan pemandangan luar. Kekasih ku masih duduk di ranjang nya, dia masih diam seperti biasa dan tak banyak berbicara bahkan bisa dihitung tiap kali ia mengucapkan sesuatu. Aku berjalan ke arahnya dan menggenggam tangannya membuat sungjong melihat ke arahku. Membuat ku dapat melihat dengan jelas mata bening miliknya. Sekarang mata itu kembali mendapatkan cahayanya. Mata bening yang begitu aku sukai.

Sekarang sudah bulan ke empat dan dokter bilang keadaan sungjong mulai membaik. Itu karna usaha yang aku lakukan membuatnya mulai membuka diri, aku menjauhkan segala hal tentang pamannya darinya agar trauma nya cepat membaik dan aku cukup berhasil. Buktinya sekarang sungjong sudah mulai bisa melihat ke arahku, mimpi buruk yang selalu dialaminya di setiap malam juga tak terjadi lagi. jika pun ada, aku akan memeluknya dan menenangkan nya hingga ia tertidur dalam pelukan ku. Sungjong juga sudah mulai bisa mandi sendiri dan pergi ke toilet tanpa harus ada suster wanita yang memandikannya seperti dulu.

Meskipun masih tetap tak ingin berbicara tapi sungjong dapat mengekspresikan segalanya dengan tatapan atau perlakuan nya. Sungjong yang sekarang menjadi lebih baik. Dokter bilang sungjong mengatakan hal tersebut saat pertama kalinya dia bicara setelah kejadian itu, saat dia bilang

"Tidak, aku pantas mendapatkannya"

Itu dikatakannya secara tak sadar. Yang berarti hal itu juga salah satu hal yang menyakitinya. Aku salah satu orang yang juga membuatnya mengalami trauma psikologi ini. Semenjak saat itu aku tak pernah lagi mengungkit masalah itu, aku tak ingin kondisinya memburuk.. dan syukurlah sekarang keadaannya menjadi lebih baik.

"Sayang, dokter bilang kau harus keluar kamar sesekali jadi apa kau ingin pergi ke taman rumah sakit ini??"

Sungjong menatapku dan mulai mengangguk, dia selalu menuruti ku. Yah, sifatnya yang penurut itu tak pernah berubah.

Aku menggendong nya ala bridal style. Lalu kami mulai keluar bersama melewati setiap koridor rumah sakit ini dengan setiap pasang mata yang melihat ke arah kami, para suster tersenyum karna ini merupakan hal biasa. Lucunya mereka menganggap kami pasangan paling romantis di rumah sakit ini dan karna ini adalah salah satu rumah sakit milik ayah ku tak ada satu orangpun yang bisa mengatur ku.

Saat di tatap seperti itu sungjong akan menenggelamkan wajahnya di dadaku, hal yang sering dilakukannya saat sedang malu. Karna sungjong hanya merasa nyaman saat bersama ku saja jadi dia menganggapku sebagai pelindung nya dan aku senang karna hal itu.

Aku melakukan hal ini bukan karna sungjong tak bisa berjalan. Pada faktanya fisik sungjong sudah sangat sehat, lukanya telah sembuh dengan sempurna. Hanya saja aku tak ingin dia kelelahan dengan berjalan.

Sesampainya di taman rumah sakit yang sedikitnya di penuhi oleh para pasien yang sedang mencari udara segar. Mereka tak bisa selamanya berada di ruang yang dipenuhi oleh bau obat kan? Sesekali keluar dan menghirup udara segar begini memang perlu.

aku duduk di salah satu kursi taman dengan sungjong di pangkuan ku. Gadis ku melingkarkan tangannya di leher ku dan melihat anak anak yang sedang bermain. Pandangan matanya tak pernah lepas dari hal di sekelilingnya dan kulihat segaris senyum terbentuk di wajahnya. Aku senang sungjong sudah mulai mau tersenyum akhir akhir ini.

Saat sungjong sibuk dengan hal yang dilihatnya aku kembali memikirkan hal hal yang terjadi belakangan ini. Orang tua ku sudah tau tentang kondisi sungjong jadi lagi lagi mereka harus mengundurkan tanggal pertunangan kami, ibu sempat marah bahkan sangat marah padaku saat tau apa yang telah aku lakukan pada gadis ku dan ayahku sangat kecewa. Tapi, mereka memberikan ku kesempatan untuk memperbaiki kesalahan ku.

Love Is Not a lieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang