"Ish sok kenal banget deh lo" sewot Vanya.

Ponsel Vanya berbunyi hal itu mengalihkan tatapan tak bersahabat dari kepada Vanno.

"Kak Nata?" batin Vanya. Dengan segera dia mengangkat panggilan itu.

"Kenapa kak?" tanya Vanya.

"Gue nggak bisa jemput, gue udah dirumah hehe" tutur Nata lembut.

"Ish kenapa nggak bilang dari tadi sih?" Vanya berucap dengan nada marah.

"Sori"

"Yaudah, gue tutup kak" Vanya mematikan ponselnya.

"Kenapa muka lo?" tanya Vanno.

"Nggak papa" balas Vanya. Kini gadis itu bangkit dari duduknya dan mulai melangkah meninggalkan Vanno.

"Mau kemana?" Vanno menahan tangan Vanya.

"Pulang" jawab Vanya. Mereka tidak sadar bahwa tangan Vanno masih menarik tangan Vanya.

"Sori" Vanno langsung melepaskan cekalannya.

"Hmm"

"Lo nggak dijemput?" tanya Vanno.

"Enggak" balas Vanya.

"Gue anterin dan gue nggak menerima penolakan!" ucap Vanno.

Laki-laki itu langsung mendorong tubuh Vanya masuk kedalam mobilnya. Dan Vanya mencerna semua perilaku Vanno.

******

Didalam mobil Vanno hanya ada keheningan yang menyelimuti mereka berdua.

"Rumah lo dimana?" tanya Vanno yang berusaha memecah keheningan itu.

"Gue kira lo tahu" cibir Vanya.

"Gak penting itu buat gue, cepet kasih tahu!"

"Ish nih cowo lama-lama bikin kesel sumpah!"

"Malah bengong"

"Turunin gue dikomplek Permai Indah" ucap Vanya dan diangguki Vanno.

Sesampainya Vanya didepan gerbang komplek tiba-tiba Vanno terus melajukan mobilnya sehingga itu membuat panik Vanya. "Bisa mati gue kalau dia ketemu kak Nata" batin Vanya.

"Eh kak berhenti!" seru Vanya.

"Kasih tahu rumah lo yang mana?!" ketus Vanno.

"Apaan sih maksa-maksa!"

"Kasih tahu apa gue cium?!" tantang Vanno.

"Iya-iya. Itu agak lurus terus ada rumah yang halamannya banyak bunga" ucap Vanya pasrah.

"Good girl" Vanno hanya tersenyum, sedikit.

"Ini rumah lo?" tanya Vanno.

"Tuhkan, matilah gue" batin Vanya.

"I--iya kenapa?" tanya Vanya.

"Lo adiknya Natakan?!" tebakan Vanno tepat sasaran.

"Jangan sok tau lo!"

"Bohong gue doain lo jomblo!"

"Nih cowo ngalah-ngalahin psikopat!" pikir Vanya.

"Jawab!"

"Kalau iya kenapa kalau enggak kenapa? Emang penting gitu buat elo?!" tanya Vanya dengan wajah menyebalkan bagi siapa saja yang melihatnya.

"Pentinglah! Karena mulai sekarang lo itu cewe gue!" ucap Vanno to the point. Vanya yang masih memproses ucapan kakak kelasnya itu hanya diam. Vanno yang melihat wajah cengo Vanya hanya menaha tawanya.

"Nggk bisa gitu dong!" ketus Vanya saat dia sudah tersadar dari kekagetannya.

"Kalau gue nunjuk lo jadi cewe gue. Berarti mulai sekarang lo cewe gue!" ucap Vanno dengan ketus.

"Eh---gue nggak bisa." ucap Vanya.

"Lo cewe gue mulai sekarang!" ucap Vanno tak terbantahkan.

Karena sebal Vanya keluar dari mobil milik Vanno dengan mengerucutkan bibirnya.

Vanno terkekeh didalam mobil, "Sampai lupa nggak bilang makasih tuh anak"

Vanya berbalik dan mengetuk kaca mobil Vanno, "Makasih tumpangannya!" setelah itu dia pergi.

"Lucu parah tuh cewe, oiya namanya siapa ya?" Vanno menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Siapa sih tuh orang?! Sok yes banget deh. Andai kalau meracuni itu nggak dosa, pasti udah gue kasih tuh dia kopi sianida!" gerutu Vanya sambil memasuki rumahnya.

"Siapa tadi dek?!" tanya Nata.

"Eh buset kaget gue" ucap Vanya.

"Temen"

"Laki atau perempuan?" tanya Nata.

"Perempuan" jawab Vanya.

"Perempuan kok berjambul?" tanya Nata tak mau kalah.

"Kepo banget sih kakak gue?"

"Adalah tuh temen gue yang tadi sama Syahrini" jawab Vanya.

"Rambutnya kok pendek?"

"Dia tomboy" jawab asal Vanya.

Nata menatap adiknya dengan mata menyipit, "Dia Vanno kan?!"

SKAKMAT!

"Kok gue lupa sih kalau kaca dirumah ini segede gaban?!" runtuk Vanya.

"Hmm"

"ECIE BARU MASUK UDAH DAPET GEBETAN!" seru Nata dengan nada keras.

Vanya tidak menanggapi tapi dia malah melenggang pergi dari hadapan kakaknya.

The Most Wanted [SUDAH TERBIT] ✔Место, где живут истории. Откройте их для себя