61: Sugar-coated Lies

Magsimula sa umpisa
                                    

“Siapa yang memiliki pesta ini?” tanya pria itu. Alisnya terangkat.

Aloysius tersenyum simpul. “Űbeltat,” jawabnya singkat. Lucu sekali menyadari bahwa pria ini tidak mengenalnya sebagai Űbeltat, melainkan hanya pria muda biasa. Dia pasti tidak pernah keluar rumah atau semacamnya. “Kau satu dari sedikit orang yang belum pernah bertemu dengannya, Gerry.”

“Yah. Memang.”

Semakin lama berada di dekat meja wine tanpa melakukan apa-apa membuat tangannya semakin gatal. Dirabanya sarung pedang yang terkait di ikat pinggangnya, merasakan genggaman pedang tipis tajam itu di telapaknya. Ia ingin bertarung. “Kau punya... senjatanya, hmm?”

“Yap,” jawab Gerard, lebih cepat dari yang ia kira. Pria itu mengeluarkan sebilah pedang panjang dari balik sayapnya. Kesigapannya mengagetkan Aloysius. Dia membawa benda itu dari tadi, tapi hanya diam di sini? “Jelaskan cara bermainnya, Alois.”

Aloysius menarik sebilah rapier dari sarung pedangnya dan menunjukkannya pada Gerard. Pedang itu tipis, ringan, berujung runcing, dan memiliki pegangan berbentuk rumit—dicat hitam mengilap dengan hiasan ruby mungil. Ini salah satu senjata terbaiknya, satu-satunya saksi bisu eksekusi mati Komandan Eastmund yang dilakukan di belakang punggung rakyat. Pria tua itu terlalu terpaku pada aturan-aturan lama yang ditetapkan Furious Knight dan bukannya aturannya, sehingga Aloysius harus membekap mulutnya, dan satu tusukan di jantung adalah solusi yang paling efektif.

“Desak lawan hingga ke luar arena tanpa menyentuhnya,” ia menimang rapier itu di tangannya. “Kau seorang gentleman, Gerry, bukan anak 120 tahun yang baru belajar pedang.”

Gerard menyeringai sinis. “Aku belajar pedang di umur 6 tahun, Alois.”

Tanpa dikomando, mereka memukulkan pedang dengan pedang satu sama lain. Pedang berukir bunga bakung beradu dengan rapier yang menyerupai jarum raksasa bertahtakan permata, menimbulkan suara dencingan logam yang khas. Aloysius menghujani lawannya dengan serangan dan pukulan rapier-nya habis-habisan, dengan tangkas meliuk-liukkan bilah logamnya demi mempersulit pedang lawannya, sekaligus berhati-hati agar ujungnya yang tajam tidak menyakiti pria itu. Ia bisa benar-benar menyakiti pria itu kapanpun ia mau.

Respon Gerard membuatnya terkesan. Pria itu mampu menangkis serangan-serangannya dengan baik. Dia bahkan berhasil mendesak Aloysius mundur, menjauh selangkah dari lawannya. Gerakan pria itu jauh lebih liar. Gerard mengayunkan pedangnya dalam gerakan mendorong dan menusuk, menepis dan menebas, nyaris menjatuhkan rapier Aloysius dari genggamannya. Lutut-lututnya tertekuk dan tangan kirinya—yang tidak memegang pedang dan terkulai bebas di samping tubuhnya—terarah lurus ke belakang, memberikan ruang bagi tubuhnya agar bebas bergerak. Lebih cerdik dari yang kukira, ternyata.

“Bukan jenis senjata yang cocok untuk acara... seperti ini, sebenarnya,” sahut Gerard, dan pria itu tertawa pelan. Seharusnya Gerard menggunakan pedang yang lebih tipis dan ringan daripada pedangnya, tetapi pria itu mengendalikan senjatanya seolah benda itu setipis dan seringan jarum. Hebat, atau... aneh?

Aloysius mengayunkan serangannya lagi, merendahkan tubuhnya dengan menekuk salah satu lututnya dan melakukan gerakan menusuk ke depan. Gerard menampiknya dengan satu lompatan lincah. Ketika giliran Gerard melakukan serangan, pria itu meliukkan tubuh ke samping dan menjatuhkan rapier Aloysius dalam satu pukulan kuat, tepat lima senti di atas kepalan tangannya. Pedang tipis itu terpental jatuh ke lantai berkarpet, menimbulkan suara dentingan teredam.

Wow.

“Bagus,” Aloysius menyeringai melihat rapier-nya tergeletak di atas karpet dan bertepuk tangan pelan. Gerard membalas reaksinya dengan senyum simpul. “Apa yang kau lakukan tadi menyalahi aturan permainan... sekaligus mengesankan. Tidak ada yang berhasil menjatuhkan pedangku sebelumnya,” senyumnya memudar, menjadi ekspresi yang lebih netral. “Mereka bilang kemampuan berpedang Űbeltat tidak terkalahkan. Mereka salah besar, ternyata.”

ElementbenderTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon