Chapter 6

52 4 1
                                    


"Tolong berikan aku sebuket besar mawar putih dan merah. Hiasi dengan pita merah." Kataku pada seorang pelayan wanita toko bunga yang ku dengar sangat laris ini. Tak di nyana lagi, toko ini memang sudah menjadi toko yang cukup besar, dan semua yang ada disini merupakan sekumpulan bunga-bunga yang indah dan cantik yang tak ku mengerti namanya satu persatu, yang aku tau semuanya harum, bahkan ketika aku baru melangkahkan kakiku masuk kesini.

***

Aku merasakan tanganku bergemetar ketika hampir mengetuk pintu apartemen yang semalam ku kunjungi ini. Entah mengapa jantungku berdegup kencang begitu saja untuk sekedar mengucapkan salam dan bertemu dengan gadis itu. Ah sialan! Tidak Sean! Kau tidak boleh takut dengan apapun dan siapapun. Kau harus bisa melakukan semuanya dan membuat diagnosa lalu memberikan penawar yang tepat untuk gadis yang kau cintai..

Aku menghembuskan nafas panjang sekali lagi untuk kesekian kalinya. Memantapkan diri, aku pun mengetuk keras pintu itu, dan aku tidak membutuhkan waktu lama untuk melihat wajah gadis yang sangat ku cintai. Senyumku terkembang impulsif, menatap mata hijaunya lekat-lekat yang juga memberikan senyuman yang paling ku cintai sedunia.

"Kau suka ini?" aku memberikan sebuket mawar itu padanya, dan aku melihat rona bahagia, sangat bahagia disana. impulsif, aku tersenyum lagi.

"Oh, Sean. Ini indah sekali, dan ini.. ini besar sekali. Aku sangat suka hal seperti ini. aku suka mawar putih, dan aku suka buket besar seperti ini. Terimakasih."

Aku tidak menyangka bahwa hal sekecil ini membuat wanitaku begitu bahagia. Seketika aku merasakan kehangatan dalam hatiku menatap kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya. Senyumnya bagaikan secercah cahaya matahari diatas sana, memberikan kehangatan tersendiri yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Lantas, aku membawanya kedalam pelukanku, membelai rambutnya dan mendaratkan sebuah kecupan disana. "Aku mencintaimu, kau tau? Sangat."

"Oh ya, apakah kita akan tetap berpelukan seperti ini dan membiarkan banyak pasang mata yang berlalu lalang sambil menorehkan tatapan mereka untuk kita?"

"Biarlah, aku ingin mereka semua tau bahwa aku memiliki kekasih yang cantik."

Lalu tiba-tiba ia melepaskan diri dari pelukanku. Mengerutkan kening, aku terheran menatapnya, dan memberikan tatapan 'ada apa' yang langsung di jawabnya dengan sunggutan maut. "Jadi kalau aku tak cantik.. kau tidak akan mencintaiku?"

Seketika aku tergelak, lucu mendengar ia bertanya seperti bocah berumur 15 tahun itu. "Kenapa tertawa? Jadi itu benar? Ah tidak, aku salah mencintai rupanya." Lalu ia membalikkan badan dan hendak meninggalkanku. Namun sebelum hal itu terjadi, aku segera menyentuh tangannya dan menariknya sehingga ia berbalik padaku, dan aku menggunakan kesempatan itu untuk menciumnya. Aku menciumnya begitu saja, tanpa dorongan apapun. Aku hanya ingin melakukannya, terlebih saat melihat ia memajukan bibirnya kesal terhadapku tadi.

Rachel yang tak siap, membelalakkan kedua matanya dan hampir protes sebelum aku memagutnya lebih dalam. Kemudian perlahan, kurasakan ia mulai menyerah padaku, memejamkan kedua matanya, dan menikmati ciumanku.

***

"Apakah ibumu marah jika semalam aku berkunjung disini?"

Gadis itu menggelengkan kepala. Aku menggerakkan kedua mataku menuju seluruh penjuru apartemen ini. Aku tau ini merupakan apartemen yang cukup mewah untuk ditinggali oleh gadis seorang diri seperti Rachel, aku pun tau bahwa ini merupakan apartemen yang cukup mahal. Aku pernah berkenalan dengan seorang wanita glamour yang juga tinggal disini. Gadis itu masih sibuk menggerakkan kedua tangannya yang ia katakan bahwa ia sedang membuatkan minuman untukku.

My California QueenOn viuen les histories. Descobreix ara