Chapter 1

87 4 0
                                    


*Author Pov*

"Sean! Sean! Tunggu aku! Bagaimana bisa kau mencampakkanku seperti ini?" teriaknya sambil berlarian dengan highheels sepanjang 10cm. wanita berambut pirang yang terakhir kali di beritakan menjadi kekasih Sean, kini berlarian di lobby rumah sakit, dengan rambut pirang yang ia gerai, dan dress berwarna merah maroon selutut memperjelas lekukan tubuhnya. Wanita itu membuat laki-laki manapun menoleh untuk kedua kali ketika melihatnya, pastinya. Namun ia tetap berkukuh mengejar lelaki yang hampir tertelan oleh lift itu.

"Dasar gadis bodoh." Lirihnya sambil menekan angka 12 pada lift itu, menuju kantornya. Pintu lift hampir saja menutup, dan sungguh sial untuk Sean ketika tangan putih dan mulus itu berhasil menggapainya. Lelaki itu dapat menyimpulkan siapa pemilik tangan ini hanya dengan melihat warna polesan cat di kukunya itu. Warna merah gelap, dengan sepatu dan dress selutut dengan warna senada. "Akhirnya aku dapat menghentikannya." Kata wanita itu kemudian. Sean menatapnya dengan jengah, dan menyerah untuk sementara. Ia masih mengingat dimana sekarang ia berada, dan ia tidak ingin semua bawahannya memandang Sean sebagai lelaki pencampak wanita. Pintu lift itupun menutup pada akhirnya.

"Oh, Sean. Kau hampir membunuhku. Kau tau, aku hampir kehabisan seluruh oksigenku mengejarmu." Katanya sambil bergelayut manja di lengan Sean. "Memang itu tujuanku." "Oh Sean, kenapa kau seperti ini? Aku masih kekasihmu, dan aku akan selalu ada untukmu." Bantahnya lagi. kali ini ia lebih mendekatkan dirinya pada Sean, menyentuh lengan Sean dengan gerakan dari atas ke bawah menggoda lelaki itu. "Dan kau harusnya ingat..bahwa aku pandai memuaskanmu.." bisiknya lembut tepat ditelinga kiri Sean. Lalu dengan cepat Sean menyentak tangan itu kasar. "Sudahlah, Ashley. Harus berapa kali kukatakan padamu bahwa kau bukan siapa-siapaku lagi. Dan untuk malam itu, ingat! Aku sedang mabuk malam itu, dan kau yang menyeretku, menggodaku, dan menaikiku secara paksa tanpa aku menyadarinya. Berhentilah bersikap memuakkan seperti ini. Itu menjijikkan. Minggir!"

Sean melonggarkan dasinya ketika tepat ia keluar dari lift itu, berharap cepat bahwa gadis pirang itu tidak akan mengikuti dan menempel padanya lagi. "Murahan!" lirihnya sambil terus berjalan.

"Hey, dude. Kau terlambat. Apakah pirang itu merengek lagi padamu?" James, seorang dokter ahli syaraf, sekaligus sepupunya itu duduk dengan santai seperti pemilik rumah sakit ini di sofa di depan meja kerja Sean. "Entahlah. Ia mengumumkan pada publik bahwa kami akan bertunangan. What the fuck! Bahkan aku hanya sekali menidurinya, itu saja karna aku sedang mabuk. Dasar model berkelas rendah." Dan James hanya terkekeh.

"Sean, aku mendapat pasien aneh hari ini. Dia seorang wanita..entahlah apa namanya. Aku masih belum mengerti apa yang ia alami. Dia terus menggigit bibirnya sampai berdarah, kau tau. Jika aku mengatakan ia gila, tapi diagnosa tidak mengatakan hal seperti itu. Secara mental ia sempurna, fisik apalagi. Dia sadar dengan apa yang ia lakukan, tapi.. entahlah." James mengacak rambutnya frustasi.

"Menggigit bibir? Oh, mungkin ia merindukan kekasihnya? Mungkin sudah cukup lama ia tidak mendapat sapuan bibir dari seorang lelaki?" "Oh, come on Sean, i'm seriously. Help me to solve it, dude. She's so beautiful, honestly. She look have no guile. Dan dia menatapku dengan tatapan pasrah. That makes me feel guilty, realize that i cant cure her." Sekali lagi lelaki itu mengacak rambutnya.

"Itu tandanya kau harus bekerja lebih keras lagi. kau akan terlihat seperti dokter California yang amatiran ketika kau menyerah dalam hal ini." "Tapi Sean.." "Sudahlah. Dont make me stress. Cukup Ashley saja untuk hari ini."

"Sean, you have to meet her. Please."

Sean menatap sepupunya itu. Tidak biasanya sepupunya ini seperti ini, memohon padanya seperti hidupnya menggantung di ujung jurang yang sangat curam. Sean menyipitkan matanya dan mendapat satu kesimpulan. Fall in love? Oh tidak mungkin. 3 bulan lagi lelaki ini akan bertunangan dengan Emily. "Oh dude. Jangan berpikir aku mencintainya, yaah, meskipun ku akui dia sangat cantik. Kau tau, Sean? Matanya begitu indah dan berkilau. Mata hijau khas mata wanita Amerika dengan figur yang polos. Aku bersumpah kau akan takluk padanya ketika kau bertemu dengannya." "Kau ingin aku memanggil Emily sekarang?" "Untuk apa?" "Aku harus mengatakan padanya bahwa sebaiknya ia membatalkan tunangannya dengan lelaki yang memuja wanita lain." "Brengsek kau, Sean!"

���솭:",��

To be continue..

Terimakasih untuk para readers terhormat yang sudah berkenan mampir dan membaca cerita pertama saya di wattpad ini, untuk kedepannya saya harap kalian bisa menyukainya. dont forget to give your vote, guys :

My California QueenWhere stories live. Discover now