Distance

500 30 6
                                    

Happy Reading   : )

__________________________________


Deniz pov*

'Semua ini melelahkan,  disadari atau tidak berpura-pura bahagia itu menyakitkan '

   Saat ini aku sedang menunggu Devi di Salon. Yah, tak usah kujelaskan kalian pasti tau bagaimana rasanya menunggu selama 2 jam. Aku terkadang heran dengan apa yang dilakukan oleh wanita yang betah berlama-lama di salon.
Dan untuk hubunganku dengan Ara perlu kalian tau aku sudah seminggu lebih tak bertemu dengannya.

Jangan tanya lagi betapa aku sangat merindukannya. Aku tak dapat memungkiri perasaan ini.  Aku mungkin memang telah jatuh Cinta pada Ara.
Gadis sederhana yang merubah pandangan hidupku bahwa sebenci apapun kau pada seseorang jangan pernah kau kehilangan rasa kemanusiaan.
Aku terus memikirkan bagaimana aku bisa lepas dari jeratan Devi.  Dia seakan tak memberiku sedikit kebebasan. Semua jadwal kuliahku telah diketahui dan jadwal diluar kuliah pun ia tau. Aku harus memikirkan cara untuk memenangkan game ini.

Lamunanku tiba-tiba terbuyar saat aku melihat dua orang gadis mendorong pintu masuk disalon ini. Dan mereka adalah Ara & Mungkin temannya .  Aku kaget dan mereka pun kaget melihatku. Refleks aku segera berdiri dari posisi duduk ku dan menyapa mereka.

"Hai,  kalian disini? " .Tanyaku sedikit gugup.

"Apa aku mengenal anda? ". Tanya seorang gadis disamping Ara. Aku melihat ekspresi ara yang sedikit kebingungan.

"Oh, aku temannya Ara.  Namaku Deniz". Jawabku sambil ku ulurkan tangan untuk berjabat tangan.

"Oh, Namaku Dyzka.  Ta..pi sepertinya aku pernah melihat wajahmu dimana ya? ". Dia seperti sedang berpikir.

"Di E-magazine Kampus kita Dyz". Jawab Ara.

"AH! Iya kau benar ara.  Jadi kau Deniz Ilham Hermiton?".

"I..iya "

"Wah senang sekali dapat bertemu dengan orang jenius sepertimu " . Senyum mengembang di wajahnya. Sedangkan Ara masih saja bersikap dingin.

"Dyz,  Ayo katamu kau ingin menge-blow rambutmu"

"Bentar kali ra". Tiba-tiba saja sosok gadis yang menjadi diktator bagiku datang dengan berjalan kearah kami lalu tanpa babibu tangan rampingnya melingkari pingganggu tanpa seizinku.

   Aku melihat ekspresi terkejut dari 2 orang gadis didepanku tapi aku mendapati wajah yang sangat terkejut dari Ara.

'Apa dia cemburu pada Devi ?' . Batinku.

Lalu tiba-tiba Ara melenggang pergi didepanku lalu tak lama dikejar oleh Dyzka. Aku memang bodoh. Aku terjebak dalam permainan yang dibuat oleh Devi. Yang tak kuketahui kapan akan berakhirnya. Aku tau Ara pasti sudah salah paham.

"Siapa mereka Den?"

"Hanya teman kampus ". Dustaku.

"Oh, I see "

"Kau ingin kemana lagi?"

"Aku ingin makan malam di restauran Perancis bagaimana?"

"Baiklah, Ayo"

  Untuk saat ini aku memang hanya bisa mengikuti alur permainan yang dibuat oleh devi  . Tapi akan kupastikan ini tidak akan bertahan lama . Aku harus melawan api dengan air.

****

Ara pov*

Aku masih shock dengan kejadian di salon tadi.  Dimana ada seorang gadis cantik yang memeluk deniz secara posesif didepan mataku. Aku tau aku bukan siapa-siapa deniz. Tapi mengingat kejadian itu membuat hatiku kembali nyeri seakan tertusuk  ribuan jarum.
Apa aku cemburu melihat deniz dengan wanita itu?.
Aku rasa ya.  Aku akui selama satu minggu ini aku merindukan deniz.  Terakhir dia mengirimiku pesan adalah permintaan maaf darinya karena meninggalkan aku di Toko Buku.

Kini aku dan Dyzka sedang dikedai makanan cepat saji.  Dyzka sedang memesankan minuman untuk kami. Sedang aku masih saja mengingat kejadian tadi. Aku tau perasaan ku ini salah karena menganggap Deniz layaknya seseorang yang mencintaiku. Padahal kenyataannya tidak. Tak terasa air mataku kembali menetes. Cepat-cepat kuhapus dengan tanganku saat kulihat Dyzka datang sambil membawa nampan minuman.

"Lo tadi kenapa ra, kok tiba-tiba  pergi gitu aja? ". Tanya Dyzka.

"Gue tadi sakit perut, Dyz". Dustaku.

"Lo belum makan siang ya? "

"Hmm". Sorry Dyz gue bohong sama lo.

"Oh, Lo ga mau pesen makan? ".

"Gak deh.  Oreo milkshake udah bikin kenyang kok". Sambungku sambil menyruput minuman favoriteku ini.

"Eh, ya ra sumpah gue tadi speechless banget pas liat Deniz "

"Soalnya ya dia itu ibarat paket komplit tau ra. Dia itu udah Tinggi,ganteng,Pinter,terus seiman lagi". Sambung Dyzka.

"Ya, Lo jadian aja sama dia! "

"Kok lo jadi ketus sih, gue kan cuma ngebayangin. Emang salah gitu? "

"Gue gak ketus lagi "

"Lo kenal sama deniz dimana ra?"

"....."

"Ra!"

"Dikampus "

"Eh, tunggu dulu jadi yang nganterin lo ke kampus tempo hari itu Deniz!?"

"Hmmm"

"Gila Beruntung banget lo ra!. Itu sih gue juga mau kali ".

"Aduh, Dyz lo bisa gak usah comel ? Volume bass lo kecilin kali". Tegurku.  Bayangkan saja saat Dyzka bicara ia seperti sedang memakai mikrofon saja.

"Oke, sorry deh"

" Eh, Btw tadi itu ceweknya deniz bukan sih. "

"......"

"Ra!"

"Ya, Mana Gue tau Dyz gue-"

" Eh,lihat deh Dyz itu bukannya deniz sama cewek tadi ". Ucap dyzka memotong perkataanku dan menunjuk kearah dimana deniz sedang berjalan dengan cewe yang kutemui di salon tadi.
'Apa mereka berdua pacaran ?'batinku.

"...."

"Ra !"

"Apaan?". Jawabku malas.

"Jangan-jangan ...




___________TBC___________________

Gimana ? Gimana?

Kesel gak sama bang Deniz?
Kalo gue sih jujur, kesel banget yah.
Bayangin coba dia jalan sama cewe lain.
Aku mah apa atuhh?

Makasih udah mau baca.
Vote+comment ya,  Aku tunggu loh : )

Tapi ada berita sedihnya nih,
Kayaknya aku gak bakal lanjutin cerita ini deh.
Coz, aku sedih liat gak ada yang ngevote.
Yaudah, kayaknya aku bakal lanjutin kalo yang ngevote lebih dari 100 vote.

See you,

ANITA

Deniz (&) Armenia seviyorum Donde viven las historias. Descúbrelo ahora