Part 8

1.8K 134 4
                                    

Cuaca Seoul kini sepertinya kurang bersahabat sejak pagi tadi. Hujan deras disertai petir membuat banyak orang yang enggan untuk beranjak dari rumahnya.

Sampai malam pun, hujan terus mengguyur kota Seoul tanpa bosannya. Banyak orang yang lebih memilih untuk menghangatkan dirinya diatas kasur yang empuk dengan selimut yang tebal daripada harus keluar untuk sekedar ke kamar mandi atau mencari camilan di dapur.

Terlihat 2 insan sedang tidur dengan nyenyaknya di kamar yang cukup besar. Mereka kini tengah asyik dengan dunia mimpi mereka masing-masing.

Kemudian salah satu insan tersebut terbangun karena merasa perutnya yang tiba-tiba sangat sakit.

"Argh!" Perutnya benar-benar sakit sekarang. Dengan tertatih-tatih, ia berjalan menuju kamar mandi sambil menahan rasa sakit di perutnya.

******

Darrrr... Darr...

Suara petir yang sangat keras membuat seorang yeoja yang tengah terlelap kini sukses membuka kedua matanyanya dengan sangat lebar. Jantungnya seakan mau copot setelah mendengar petir yang sangat keras tadi.

"Kenapa petirnya keras sekali sih? bikin jantungan aja." Omel yeoja itu tadi.

"Ahh kenapa sampai jam segini masih hujan? Bahkan tak ada tanda-tanda hujan akan reda." Kata yeoja itu sambil membenarkan posisi selimutnya. Baru saja ia ingin membenarkan selimut suaminya, ia menyadari sesuatu hal yang mengganjal.

"Myungsoo?" Kata istri Myungsoo yang tak lain adalah Suzy saat melihat kasur yang berada disampingnya tak ada orang.

"Myungsoo-ya!" Dengan malas, Suzy membangunkan dirinya, duduk ditepi ranjang sambil bersandar pada tembok kamarnya.

"Apakah Myungsoo ke kamar mandi? Tetapi di dalam kamar mandi tak ada suara apapun." Kata Suzy pada dirinya sendiri.

Dengan kaki yang ditekuk keatas dan selimut yang menyelimuti tubuhnya, ia akan berniat untuk menunggu Myungsoo kembali tidur. Dilihatnya sekilas ke arah jarum jam menunjukkan pukul setengah satu pagi. Sambil menunggu Myungsoo datang, ia menaruh kepalanya disela-sela kaki yang ditekuknya sambil mencoba tetap membuka mata karena kantuk mulai menerjangnya lagi namun ia tak kuasa menahan rasa kantuknya itu dan akhirnya tertidur dengan posisi duduk.

******

"Emm.. Aku tertidur." Kata Suzy saat bangun dar tidurnya. Hujan masih mengguyur dengan derasnya sama seperti ia saat bangun tadi, tidak mereda tap juga tidak bertambah deras.

"Myungsoo kenapa belum kembali?" Tanya Suzy pada dirinya sendiri saat melihat kasur disebelahnya tetap tak ada penghuninya.

Dengan malas, Suzy akhirnya menyibakan selimut yang menutupi tubuhnya, berdiri dan berjalan menuju luar kamarnya, memastikan apakah Myungsoo masih di dalam rumahnya apa tidak.

Ruang tamu, dapur, kamar tamu dan kamar mandi dirumahnya sudah di cek satu persatu namun tak ada tanda-tanda dari kehadiran Myungsoo. Seluruh ruangan telah ditelusurinya tetapi tetap saja ia tak menemukan sosok yang dicarinya sedari tadi.

"Aish.. Kemana namja satu ini? Apakah ia keluar rumah? Hujan deras seperti ini mungkinkah Myungsoo keluar?" Kata Suzy sambil mematikan lampu-lampu yang tadi dihidupkannya untuk mencari Myungsoo.

Suzy kembali lagi ke dalam kamarnya dan menghidupkan lampunya yang sedari tadi memang belum ia hidupkan. Kemudian ia baru menyadari sesuatu hal yang mengganjal. Kamar mandinya yang selalu terbuka jika tak ada orang kini yang dilihatnya tertutup namun lampu kamar mandi tak dinyalakan.

"Apakah Myungsoo dikamar mandi? Kenapa ia tak menyakalan lampunya?" Kata Suzy lalu berjalan menuju kamar mandinya.

"Myungsoo-ya! Apa kau didalam?!" Kata Suzy sedikit berteriak karena saat ia berbicara tepat ada petir yang menyambar.

Tak ada sahutan dari dalam. Ia mencoba membuka pintu kamar mandi itu namun tak bisa karena pintu itu secara otomatis terkunci dari dalam menandakan memang ada orang di dalam kamar mandi itu.

"Myungsoo-ya! Gwencana?! Kenapa kau tak bersuara?!" Teriak Suzy mulai panik. Ia mencoba membuka gagang pintu walaupun hasilnya nihil.

"Uhuk.. Uhuk.." Suara dari dalam kamar mandi mulai terdengar di telinga Suzy membuat Suzy semakin khawatir dengan keadaan Myungsoo didalam sana.

"Hya! Buka pintunya! Aku tau kau kenapa-napa jadi bukalah pintunya agar aku bisa membantumu!" Teriak Suzy mulai frustasi saat Myungsoo tak segera membukakan pintunya.

Dari dalam kamar mandi, ingin rasanya Myungsoo membukakan pintu melihat Suzy yang merasa khawatir namun ia benar-benar tak punya tenaga untuk mencoba membukakan pintu kamar mandi. Sedari tadi, ia hanya bisa duduk di tembok sebelah pintu kamar mandi dan memegangi perutnya yang amat sakit. Ia benar-benar tak tahu apa yang diinginkan perutnya saat ini. Ia mencoba untuk mengeluarkan isi perunya namun tak bisa. Ingin rasanya ia membuang perutnya jauh-jauh melihat perutnya yang tak pernah setuju dengan dirinya.

Myungsoo mencoba sekali lagi untuk mengangkat tangan kirinya keatas, mencoba meraih tombol untuk membuka pintu kamar mandinya. Keringat terus menerus mengalir membasahi seluruh tubuhnya. Tangan kirinya berhasil mencapai tombol pintu dan mengerahkan seluruh tenaganya untuk memencetnya. Jika ia sehat tentu saja dengan gampang ia bisa memenet tombol itu namun keadaannya sekarang tidak seperti itu.

"Myungsoo-ya!" Teriak Suzy saat Myungsoo berhasil memencet tombol itu memperlihatkan tubuhnya yang tak karuan kepada Suzy.

"Dimana yang sakit?" Tanya Suzy sambil melihat keadaan Myungsoo dengan miris. Baju yang basah compang camping karena terlalu dierat oleh Myungsoo dan celana pendek Myungsoo yang juga ikut basah karena keringatnya.

"Aku ingin mengeluarkan sesuatu tapi tak bisa." Suara lirih Myungsoo terdengar dan ia menggertakkan giginya menahan sakit.

"Kajja lebih baik kau dikasur saja." Kata Suzy sambil mulai membopong Myungsoo keluar dari kamar mandi. Ia tak tahu harus berbuat apa namun ia mencoba untuk menghangatkan tubuh Myunsoo dengan membawanya keluar kamar mandi agar ia tak kedinginan.

Setelah ia membawa Myungsoo kembali ke kasurnya, ia berlari mencoba menemukan sesuatu untuk mewadahi jika Myungsoo tiba-tiba mengeluarkan isi perutnya dan akhirnya menemukan ember kecil yang terdapat di dalam kamar mandi rumahnya, mengambilnya dan segera membawanya ke kamarnya.

Setelah ia menaruh ember disamping Myungsoo, segera ia menelpon dokter yang selalu mengontrol keadaan Myungsoo.

"Yoboseeyo?" Kata Suzy saat mulai ada suara dari seberang.

"Apakah dokter bisa kesini? Myungsoo merasakan sakit yang luar biasa didalam perutnya dan rasanya seperti ia ingin mengeluarkannya namun tak bisa." Tutur Suzy.

"..."

"Ahh.. Jika kau tak bisa kesini sekarang, apa yang saya harus lakukan dengan Myungsoo sekarang?"

"..."

"Ne. Jika dokter sudah selesai dengan urusan dokter, segeralah kesini!" Perintah Suzy lalu ia memutuskan sambungan teleponnya.

Dengan sigap, ia segera melakukan sesuai dengan perintah dokter tadi. Ia kembali ke kasur, membawa badan Myungsoo kedalam dekapannya dan memijat tengkuk Myungsoo berusaha untuk membuat Myungsoo mengelurakan isi perutnya sesuai dengan perintah dokter tadi.

"Ayolah! Setidaknya sedikit saja kau keluarkan isi perutmu sehingga kau merasa mendingan." Kata Suzy saat melihat Myungsoo hanya mengeluarkan ludahnya ketika ia mencoba mengeluarkan isi perutnya.

Myungsoo semakin tak mempunyai tenaga untuk menahan rasa sakit di perutnya dan mencoba untuk mengeluarkan isi perutnya. Ia pikir dengan Suzy yang memijat tengkuknya, ia bisa mengeluarkan isi diperutnya namun tetap saja ia tak mengeluarkan apa-apa. Ia merasakan mual yang luar biasa namun walaupun ia paksa hanya air ludahnya saja yang keluar. Sedikit demi sedikit pandangannya mulai menggelap. Yang terakhir ia ketahui adalah kepalanya bersandar ke bahu Suzy dan Suzy meneriaki namanya dengan panik.

Forever Love [Finish]Kde žijí příběhy. Začni objevovat