Mama's Plan

1.8K 100 17
                                    

Dylan's POV

Langit sudah gelap dan cahaya bulan yang terang selalu menjadi pemandanganku selama sepekan ini.

Yes! Sudah seminggu aku pulang kerja larut malam begini. Sejak memutuskan akan membangun taman di lahan kosong belakang hotel, hari-hari ku selalu sibuk. Meeting dengan kontraktor, bertemu para client dan pemegang saham, interview sana-sini, sampai dengan mengurusi hal-hal kecil. Intinya super duper sibuk deh!

Seperti sekarang ini, hampir jam 8 malam dan aku masih berada diruanganku untuk mengecek hasil laporan para staff.

Tok!Tok! Seseorang mengetuk pintu ruanganku dan orang itu adalah Nathan. Nathan tampak lelah dengan setelan hitam ditubuhnya, walaupun begitu aku masih melihat adanya sinar-sinar semangat dimata tangan kananku itu.

"Permisi Tuan, saya akan memberitahukan jadwal kegiatan anda besok"

Sudah menjadi tugas Nathan setiap harinya memberitahukan susunan acara ku untuk hari berikutnya. Dia senantiasa mencatat semua kegiatan dan apa yang harus ku lakukan di dalam buku jurnalnya itu. Dia juga orang yang selalu mengingatkanku jika aku lupa mengingat sesuatu.

"Jam 11 siang, anda akan menghadiri acara makan siang dengan Tuan Wijaya dari perusahaan kasur. Lalu, jam 3 anda akan menghadiri pameran lukisan bersama ibu anda, dan..."

"Kenapa kau memasukan ' acara menghadiri pameran' kedalam jadwalku? Dan bersama ibuku?" protesku. Ya, seingatku aku tidak pernah menyetujui akan datang ke acara seperti itu apalagi ini bersama ibuku?

"Maaf Tuan, nyonya yang meminta saya untuk memasukannya ke jadwal anda besok"

"Ah mama! Selalu seenaknya menambahkan acara-acara kedalam jadwalku. Yasudahlah, biar nanti aku bicarakan padanya. Dan...."

"Dan hanya itu. Saya rasa jadwal anda besok tidak sepadat biasanya bahkan tergolong longgar. Sebaiknya anda gunakan untuk beristirahat juga menjernihkan pikiran Tuan" sarannya. Begitulah Nathan, selalu memikirkan kesehatanku jarang sekali dia memperhatikan dirinya sendiri.

"Sebaiknya kau memperhatikan dirimu sendiri dibandingkan diriku ini. Begitu sayangnya kau kepadaku?" godaku.

"Eh.. Tidak Tuan, maksud saya.. Saya hanya khawatir kepada anda. Karena sudah kewajiban saya untuk selalu memperhatikan anda" jawabnya kikuk.

"Ah, begitu.. Kukira kau beneran sayang padaku.." godaku lagi dan aku bisa melihat sikapnya yang makin kikuk. Entah kenapa menggodanya terasa menyenangkan, aku tertawa dalam hati.

Nathan tersenyum kikuk, "Kalau tidak ada yang ingin anda bicarakan lagi, saya permisi. Selamat malam Tuan"

Bersamaan dengan keluarnya Nathan dari ruanganku, tiba-tiba ponselku berdering. Dan terpampanglah nomor ibuku, aku langsung mengangkatnya.

"Apa pekerjaanmu sudah selesai?" katanya entah dari mana posisinya.

"Sudah ma, sebentar lagi Dylan balik" jawabku sambil merapikan dokumen-dokumen yang ada dimeja.

"Kau pasti belum makan malam kan?"

"Belum ma. Memangnya mama masak apa hari ini?"

"Okey bagus! Mama hari ini gak masak. Jadi sekarang kamu langsung ke Delacio Cafe ya. Mama dan papa tunggu kamu disana. Oh ya, atas nama Kate"

Aneh. Kok tumben-tumbenan mama ajak makan diluar. Tapi tidak papa lah, yang penting sekarang aku akan makan. Yes! Aku sudah lapar sangat dan bukan waktunya untuk memikirkan keanehan ini.

"Oke ma"

"Jangan buat mama menunggu ya dan hati-hati" ujarnya terdengar misterius lalu sambungan langsung terputus.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 05, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

A Nurse And A CEOWhere stories live. Discover now