Meet

5.4K 264 7
                                    

Dylan's Pov

Memangnya salahku jika aku terlahir dengan wajah yang tampan dan pesona yang memikat?

Liat saja sekarang ini, baru saja aku pulang dari London untuk mengurus pembukaan hotel baru disana, aku sudah mendapat telepon yang memberitahukan ibuku masuk rumah sakit. Dan katanya penyebabnya karena aku. Dia stress akibat ulahku yang selalu menolak dijodohkan olehnya.

Yah, jangan salahkan aku dong. Aku kan baru 27 tahun, masa sudah disuruh menikah dan memberinya cucu? Memangnya kurang anak perempuan lucu yang sudah diberikan kakak perempuanku itu? Lagipula aku ini masih muda dan aku ingin menikmati masa-masa ini dulu sebelum berkeluarga. Sebenarnya sih, alasan utama aku belum ingin berkomitmen karena aku belum menemukan wanita yang berhasil merebut hati ini. Kalau sebaliknya sih tidak perlu ditanya, aku ini jagonya.

Bukannya aku sombong ya, tapi liat saja baru 2 bulan aku menjabat sebagai CEO di Milliat Hotel aku sudah menjadi trending topik dan diminta untuk melakukan berbagai wawancara. Padahal aku tuh paling malas disuruh menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya hanya untuk mengatasi rasa keingintahuan para kaum hawa. Benar kan? Yang biasanya kepo itu kan para perempuan. Mereka akan melakukan apapun demi mengetahui apasaja tentang diri orang yang mereka kagumi, yah seperti aku ini.

Setelah mendengar kabar bahwa wanita yang paling aku cintai didunia ini masuk rumah sakit, aku langsung menuju ke Independence Hospital dengan kecepatan yang bisa dibilang sangat cepat. Aku menghentikan mobil Mercy putihku didepan lobby dan memberikan kuncinya kepada jasa valet. Aku masuk ke lobby dan baru saja akan bertanya ke resepsionis, aku mendengar seseorang berteriak, "AHHH!!! DYLAN... DYLAN WILSON ADA DISINI!".

Oh tidak, ini bencana! Kenapa aku harus mengalami ini semua disaat penting seperti ini. Sekarang setelah perempuan itu berteriak, aku melihat banyak orang mulai berjalan kearahku dan mengerubungiku. Oh sial! Ini pasti gara-gara aku memakai pakaian yang begini mencolok, jas dan celana panjang hitam. Habis mau bagaimana lagi, aku kan tidak sempat pulang ke penthouse dan mengganti pakaian. Pokoknya begitu aku landed dengan jet pribadiku, aku langsung ganti mobil dan bergerak kesini.

Sekarang bagaimana?

Aku melihat mereka semakin banyak dan banyak, mengepungku dari berbagai arah. "Dylan, boleh foto bersama?"

"Minta tanda tangannya dong"

"Ternyata benar kau memang sangat tampan"

"Dylan jadilah pacarku"

"Menikahlah denganku, Dylan!"

Gila! Sekarang bahkan ada perempuan yang melamarku. Sekarang bagaimana aku melepaskan diri. Mereka bahkan mulai memegang-megang badanku. Oh God!

"Beri jalan!! Beri jalan!!" suara itu berasal dari seorang laki-laki yang sangat aku percaya. Dia adalah sekretarisku, Nathanael Davinson. Untung saja dia segera datang dan menyusulku kemari. Aku memang tidak salah pilih orang.

"Apakah anda baik-baik saja?" tanyanya menghampiri diriku yang sudah pucat ini. Dia tidak datang sendiran melainkan bersama para bodyguard yang selalu menemaniku setiap kali aku bepergian. Gadis-gadis itu mulai berontak karena dihalangi untuk melihat diriku. Tapi bodyguardku juga bukan orang yang lemah, mereka sudah dikarantina sebelum menjabat tugas ini. Jadi bisa dibilang mereka ini sangatlah profesional.

"Sebaiknya tuan naik, saya akan mengurus semuanya disini" kata Nathan dan aku segera berjalan menuju lift.

Tuh kan apa ku bilang, aku ini memang selalu berhasil merebut hati wanita. Bahkan mereka memperebutkan aku dan ingin aku untuk menikahi mereka. Padahal kitakan belum saling mengenal. Oleh karena itu, aku sangat pemilih dalam hal wanita. Aku takut mereka hanya terpikat daya tarikku dan menginginkan hartaku. Bukan karena atas dasar suka sama suka atau cuma aku seorang yang menginginkannya. Terutama karena aku tidak ingin kejadian zaman dulu terulang.

A Nurse And A CEOKde žijí příběhy. Začni objevovat