Sure

1.3K 218 36
                                    


"Kau cantik."

Dan untuk pertama kalinya Hyun Bi merasakan perasaan panas menghinggapi tubuhnya sampai telinga. Ia merona.
..
..
..

Aktifitas Chan Yeol sangat padat selama tiga hari kebelakang. Jadi, ia belum sempat menemui Hyun Bi untuk pemeriksaan lebih lanjut tentang penyakitnya. Banyak sekali operasi dan pasien yang harus menjalani rawat inap. Chan Yeol bahkan mengabaikan Jong In yang mengunjunginya di rumah sakit, membuat si gelap itu menggerutu tidak jelas dan melemparkan sindiran-sindiran tidak masuk akal yang membuat kepala Chan Yeol ingin meledak.

Chan Yeol keluar dari ruang operasi dengan menghembuskan nafas berat, ia setidaknya mempunyai belasan pasien lagi yang harus di operasi di depertemen Hepatobiliary dan bedah pankreas. Seharusnya tidak bisa seperti itu mengingat ia telah menandatangani kontrak sebagai dokter pribadi Hyun Bi. Chan Yeol seharusnya lebih memfokuskan kesehatan wanita itu. Tapi, ia juga tidak boleh meninggalkan tanggung jawabnya sebagai dokter bedah. Jadi, ia memutuskan untuk tetap mengunjungi pasiennya setiap hari dan mengunjungi Hyun Bi pada hari-hari tertentu. Dia jenius, kan?

Jong In datang keruangannya sambil meraung-raung tidak jelas, membuat Chan Yeol semakin frustasi.

Lelaki itu mendekati meja Chan Yeol, "tebak apa?"

"Apa?"

"Aku di putuskan kemarin malam. Kau lihat ini," Jong In menunjuk pipinya yang sedikit berwarna biru. "apa masih terlihat memar?"

Detik itu juga Chan Yeol tertawa terbahak-bahak, sampai Jong In pikir si lajang akan tersedak lalu mati.

"Kau sangat tahu bagaimana membuat suasana hatiku lebih buruk, Chan Yeol Park." Ujar Jong In lalu duduk di kursi tamu sambil menggerutu.

Chan Yeol duduk di sampingnya masih sambil tertawa.

"Serius," katanya. "Apa dia belajar bela diri? Kau seperti sudah dihajar master sabuk hitam." Dan kembali tertawa sampai matanya berair.

"Aku tidak tahu jika tenaga wanita sangat kuat. Cih, aku benci memarnya, itu membuatku seperti orang kesulitan makan karena tidak bisa membuka mulut dengan lebar." Jong In kembali menggerutu sambil memegang pipinya, dan sedikit meringis kecil membuat Chan Yeol kembali tertawa.

"Yah," Jong In menghela nafas, "memarnya sangat indah, bukan?"

Chan Yeol mendelik, lalu berjalan ke mejanya dan mengambil kotak P3K yang selalu ia letakkan disana untuk keadaan darurat seperti sekarang. Ia duduk di samping Jong In lalu mengoleskan salep untuk memar di pipi lelaki itu, Jong In kembali meringis namun Chan Yeol mengabaikannya, ia memilih menekan kuat pipi Jong In sambil tertawa.

"Berikan padaku," Jong In merebut salep di tangan Chan Yeol. "Kau brutal."

"Terimakasih."

Jong In dengan hati-hati mengoleskan salep itu pada pipinya, sementara Chan Yeol sibuk berpikir tentang menu makan siangnya.

"Kau sudah makan siang?" Chan Yeol bertanya.

"Sudah. Kemarin siang."

Chan Yeol mendelik, "Maksudku hari ini."

"Ayolah, Park! Ini sudah malam, kau tidak lihat jam?" Jong In meletakkan salepnya di atas meja, lalu berdiri untuk membuka gorden yang menutupi jendela di ruangan Chan Yeol.

Gelap. Tidak ada bintang satupun di langit. Hanya cahaya dari lampu kendaraan di bawah sana yang terlihat karena ruangan Chan Yeol berada di lantai atas. Chan Yeol melirik jam dinding di ruangannya, dan baru menyadari jika benda itu sudah mati entah sejak kapan.

My (False) Destiny (Chanyeol FF) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang