Prolog

13.2K 560 21
                                    

"Kak," panggil Reyna lembut kemudian duduk di samping Romeo yang terlihat asyik membaca sebuah buku.

"Hmmm," jawab Romeo seadanya tanpa mengalihkan perhatiannya.

Reyna mulai bergelayut manja di lengan sang kakak dan menyandarkan kepalanya,

"Rey mau menikah," ujar Reyna lembut dan berusaha tenang.

Perasaan Reyna campur aduk ketika ingin mengatakannya. Reyna tidak enak jika harus melangkahi kakak satu-satunya itu. Meski hidup di zaman modern, Reyna tetap tidak bisa meninggalkan tata krama dan adat istiadat yang ada. Akan tetapi, atas saran bundanya, Reyna meminta izin langsung kepada Romeo. Sebenarnya ada dua tujuan kenapa Reyna harus mengatakannya langsung kepada Romeo. Pertama, jika kakaknya itu sedang menunggu seseorang, Reyna juga akan rela menunggu. Kedua, jika memang kakaknya itu belum memiliki siapapun, yang menurut Reyna sangat tidak mungkin, Reyna akan memaksanya mencari kekasih,

"Menikah saja," jawab Romeo datar.

"Tapi Kakak belum."

"Nggak masalah."

Reyna mendesah pelan kemudian menegakkan duduknya. Ditatapnya Sang Kakak dengan serius dan tajam penuh selidik.

"Sebenarnya Kakak sudah punya kekasih belum sih?" tanya Reyna sembari menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Belum."

"Kalau belum, kenapa nggak mau kalau dikenalkan? Ayah sama Bunda punya daftar wanita-wanita cantik untuk Kakak."

"Nggak tertarik," jawab Romeo masih dengan sikap acuhnya.

Reyna tidak kehilangan akal begitu saja. Dia masih berusaha membujuk Romeo untuk bisa membuka hatinya untuk seorang wanita. "Kak Sheila cantik loh. Dia lulusan Oxford seperti kakak. Rugi kalau Kakak nggak mau."

"Aku tahu."

"Kakak suka?" ujar Reyna antusias.

"Biasa saja."

Reyna tidak tahu lagi mesti berkata apa. Romeo sepertinya sama sekali tidak tertarik dengan obrolan yang menyinggung soal wanita. Pikiran buruk Reyna jadi menguasainya. Orientasi seksual kakaknya tidak menyimpang kan? Romeo tidak penyuka sesama jenis kan?

Reyna langsung menepis semua pikiran liarnya itu. Romeo normal. Kakaknya masih normal. Reyna yakin, suatu saat nanti Romeo akan bertekuk lutut di hadapan seorang wanita. Reyna hanya harus lebih bersabar.

***

"Gila!" teriak salah seorang sahabat Reyna yang bernama Farhan.

Reyna sedikit tersinggung dengan ucapan Farhan. Akan tetapi, dia lebih memilih untuk tidak menanggapi Farhan.

"Apaan sih, Han? Kamu terlalu berlebihan." Dea menatap tajam Farhan karena dia tahu jika Reyna paling tidak suka ada yang mengatai kakaknya.

"Benarkah Kak Romeo segila itu?" Reyna berkata lemah, menimbang apakah perkataan Farhan.

Dea menggelengkan kepalanya. "Farhan cuma iri. Lagi pula, Kak Romeo itu sempurna. Kalau saja aku belum punya Kak Vano, aku mau kok."

Reyna mendesah pelan dan Dea pun hanya tersenyum tak jelas.

"Kamu bisa memutuskan Kak Vano lalu bersama Kak Romeo. Gimana?"

"Astaghfirullah, Rey!" Ujar gadis berhijab itu. "Aku nggak akan setega itu kali. Lagian ya, meskipun pacarku itu jauh di bawah Kak Romeo, aku mencintai Kak Vano dengan sepenuh hati kok."

Reyna mendesah pelan. "Iya...ya." Jawab Reyna pasrah. "Andai saja ada satu lagi wanita tulus sepertimu, De. Aku akan langsung memintanya untuk menikahi kakakku."

[3] Romeo's Wedding (The Adams' Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang