8. Who's the guy? (2)

22.5K 511 19
                                    

Jangan lupa vote dan comment okay?

OHIYA!! Author mau konfirmasi kalo Nico itu umurnya udah 24 tahun, sedangkan Aaliyah masih 18 tahun. Biar ga bingung hehe:3

Oke cekidot, jangan lupa kata2 diatas yang ditebelin itu ya guys. Soalnya kalo kalian ga VOMMENT, author bakal berhentiin cerita ini dengan terpaksa😢

Ohiya, tolong kalo comment jangan 'lanjut thor' 'njutt' haduh😧

===

"Kau. Masih. Punya. Hutang. Cerita." ujar Nico sambil menahan tangan Aaliyah saat mereka telah sampai di rumah.

'Haruskah aku bercerita? Aku takut kakak marah sama James' pikir Aaliyah.

Dengan ragu-ragu, Aaliyah pun akhirnya mengangguk. Nico merasa ada yang ganjil dengan adiknya itu, tapi sudahlah. Toh nanti dia akan bercerita.

===

".....dia baru saja kembali dari Jerman, aku dengar ia baru kembali dari studinya dan berencana sekolah disini. Aku takut kak!"

"Menurut kakak, dia yang menyebabkan itu semua." ujar Nico setelah mendengar cerita Aaliyah.

Setelah sampai dirumah, mereka langsung mandi dan berganti pakaian. Lalu, Nico mengajak Aaliyah untuk bercerita di ruang tv rumah mereka. Agar lebih leluasa. Aaliyah juga ingin memakan es krim yang dibelinya tadi sambil menonton televisi.

Aaliyah yang sedang menyendok es krim itu hanya menunduk, "Aku...masih belum yakin"

"Itu sudah jelas, Al"

"Tapi.... ini juga salahku" ucap Aaliyah.

"Aku yang membuatnya seperti itu, sepertinya aku harus mempertanggungjawabkan itu" sambungnya sambil melihat ubin lantai rumahnya itu. Ia tidak memperdulikan es krim dan televisi yang sedang menayangkan acara kesukaannya itu.

Yang ia rasakan saat ini adalah rasa bersalah.

Ia merasa sangat bersalah pada James. Tapi jujur! Dulu sifat James sangat keterlaluan padanya, ia benci terkekang dan diatur. Seumur hidupnya, baru kali ini ia merasakan rasa bersalah yang sangat besar.

"Dia, pacarku yang pertama. Dia yang mengajarkanku arti cinta. Aku tahu, dulu aku masih anak ingusan. Tapi itu-"

Nico memotong ucapan Aaliyah dengan memeluk gadis kecilnya itu. "Sudah jangan diingat lagi"

Ia mengelus puncak rambut Aaliyah, dan menciumnya lembut. Ia ingin menyalurkan kasih sayang pada gadisnya itu.

Gadis? Apakah itu berarti Nico mencintai Aaliyah?

Belum. Ia belum sadar. Biarlah waktu dan keadaan yang akan menyadarkannya.

"Kak, aku mengantuk" ucap Aaliyah sambil mengucek matanya. Nico tersenyum hangat, ia lalu menggendong Aaliyah menuju kamarnya. Ya, kamar Nico.

Aaliyah menurut dan mengalungkan tangannya pada leher Nico. Ia merasa tidak asing dengan kamar ini. Bukankah kamarnya dilapisi kertas warna pink? Mengapa tiba-tiba menjadi manly seperti ini?

"Uh..kak? Ini kamarmu"

Dengan menyeringai, Nico pun menjawab.

"Memang, kau harus menemaniku malam ini. Kau tahu? Aku merindukanmu" ucapnya sambil membaringkan tubuh ringan Aaliyah ke ranjang empuknya.

Pipi Aaliyah bersemu merah, "K-kita kan selalu bertemu"

"Bukan, belaianmu"

Aaliyah dengan cepat memukul dada bidang milik Nico. "Mesum!"

"Aw itu tidak sakit sayang, lebih baik tangan ini digunakan untuk membelai kakakmu ini. Kau tahu, sangat sulit mengontrol hormon- AW"

Aaliyah mencubit kecil paha Nico, ia tidak tahan dengan kata-kata kotor yang dilontarkan dari mulut kakaknya itu.

"Mesum!! Aku akan tidur dikamarku saja!" ucap Aaliyah sambil berdiri menuju pintu kamar kakaknya.

Nico menyeringai, ia dengan cepat mengunci Aaliyah dengan badannya di dinding. Aaliyah membulatkan matanya. Ia bisa mencium bau khas milik kakaknya, salah satu jenis parfum milik Calvin Klein.

"Kak....."

Nico memandangi wajah Aaliyah yang memerah seperti tomat, "Apa?"

"Lepaskan" perintah Aaliyah sambil mengerucutkan bibirnya, "Aku mengantuk sekali"

'Astaga, aku ingin menciumnya sekarang dan bercinta dengannya!' Pikir Nico.

"Baiklah, ada syaratnya" masih tetap memandangi wajah merah merona adiknya itu, Nico menampilkan seringai andalannya.

"Kau, cium aku dan peluk aku"

Mau tak mau, demi keselamatan dirinya sendiri. Akhirnya Aaliyah menuruti perintah kakaknya. Bukankah selama ini ia memang penurut?

%%%

Sinar matahari mulai terbit dan memancarkan cahaya yang belum begitu menyilaukan.

Seorang pria berparas tampan itu bangun, "Pukul enam? Aku bangun lebih pagi? Mungkin karena aku bertemu Aaliyah" ucapnya sambil tersenyum sendiri.

Ia lantas pergi ke kamar mandi, membasuh dirinya dan menyegarkan otaknya yang dipenuhi oleh berbagai cara agar Aaliyah dapat kembali ke sisinya. Lalu tidak sengaja, ia memikirkan pria yang bersama Aaliyah kemarin.

'Sial, siapa dia? Aku tidak akan membiarkan dia memiliki Aaliyah!' pikirnya.

Setelah berpakaian, ia mengingat sesuatu.

"Bukankah ia memiliki seorang kakak laki-laki? Benar! Bagaimana aku bisa lupa?" ujarnya sambil menepuk keningnya. Ia pun lantas mengeluarkan ponselnya.

"Bisa kau selidiki Aaliyah Johaneston?"

"...."

"Ya, kirimkan padaku paling lambat sore ini"

"...."

"Apa? Aku tidak mau tahu. Lakukan sekarang juga"

TUT

Ia mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Sebuah senyuman terlihat dibibirnya.

"It's begin, Lili. Kamu akan jatuh ke dalam pelukanku lagi"

Ia akhirnya bersiap-siap untuk pergi ke rumah Aaliyah.

***
Haduh, siapa nih?:3

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT GUYS, HARGAIN IDE AUTHOR OKAY?

25+ votes for the next chap!!

Kalo menurut kalian, lebih cocok James-Aaliyah atau Nico-Aaliyah?

Comment<3


Masther [Cancelled]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang