2. Beginning

40.6K 841 10
                                    

Aaliyah turun dari mobil mewah kepunyaan kakaknya itu. Ralat, kepunyaan kakak angkatnya itu.

"Hey" panggilnya. Nico menjulurkan kepalanya keluar mobil.

"Telpon aku jika kau ingin ku jemput" kata Nico.

"Alright boss!" balasnya sambil bergaya hormat layaknya pasukan tempur.

Ia pun melangkahkan kakinya menuju kampus kesayangannya tersebut. Ia mengambil jurusan sastra inggris, Aaliyah dangat menyukai bahasa internasional itu dan memutuskan untuk mengambil jurusan tersebut. Apalagi, dulu ayahnya sangat suka bercerita tentang dongeng berbahasa inggris. 'Sudah! Aku tidak mau mengingat itu' pikirnya.

"Hey Al!"

Seorang laki-laki cantik memanggil Aaliyah. Aaliyah pun menoleh, merasa namanya dipanggil. Ia sudah hapal suara itu, siapa lagi kalau bukan temannya, Roy.

Ia tersenyum, "Hari ini ujian diundur jarena Mr.Smith berhalangan hadir. Anaknya sakit. Oh ya, Samuel akan mengadakan pesta nanti malam!"

Ya, mereka sangat menyukai pesta. Mereka saja bertemu saat Karen, teman mereka yang satu lagi, itu mengadakan pesta pertunangannya.

"Seriously?!?!?!?" Roy mengangguk, mengiyakan.

"Aku harus mencari baju nanti, jadi hari ini tidak ada kelas kan?"

"Yup, kelas hari ini kan cuma Mr.Smith saja"

"Ya sudah aku akan mengunjungi kantor Nico dulu. Bye!"

Aaliyah pun memutuskan untuk menghubungi Nico, tapi nihil. Kakaknya itu tak membalas telponnya.

Alhasil, ia pergi menuju kantor kakaknya tersebut.

_____________

Aaliyah memandang gedung pencakar langit itu dengan takjub. Ia sudah beberapa kali kesana tetapi itu tidak mengurangi kekagumannya pada gedung kantor milik kakaknya.

'Bagaimana bisa orang-orang membangun gedung seindah ini?' batinnya.

Ia pun segera masuk. Lalu, seorang wanita di bagian resepsionis menanyainya.

"Ada yang bisa saya bantu, Miss?" ujarnya ramah.

"Aku ingin bertemu kak Nico- eh Nicholas Johaneston"

"Apa anda sudah membuat janji?"

"Oh- belum. Saya adiknya"

"Adiknya?"

Aaliyah mengangguk pasti.

"Sebaiknya anda membuat janji terlebih dahulu miss, lalu akan saya sambungkan."

'Pasti dia pegawai baru' pikir Aaliyah.

Tidak memakan waktu lama, ia pun melihat Willy, sebenarnya namanya William tapi karena mereka sudah akrab, jadi Aaliyah memanggilnya Willy.

"Willy!"

Willy pun menoleh, ia melihat Aaliyah dengan bingung.

"Hey Al, kenapa kau bisa disini?" tanyanya.

"Aku ingin bertemu kak Nico, tapi perempuan itu tidak percaya bahwa aku adiknya"

"Ah, baiklah. Kau tidak perlu khawatir. Pergilah menemui kakakmu itu, ia sedang diruangannya."

"Thanks Willy!" ujarnya sambil berlari menuju lift khusus CEO gedung itu yang tak lain adalah kakaknya sendiri.

Ia pun segera masuk ke dalam lift tersebut. Ia lalu memencet tombol 21, lantai dimana ruangan kakaknya berada.

'Ahhh sialan kau begitu sempit, Lydia' terdengar suara bariton yang ia kenal itu.

'Ooohhh Nic- teruskan sayang. Milikmu sangat nikmat ouhh' tak lama kemudian terdengar desahan seorang wanita di ruangan milik kakaknya itu.

Menjijikkan! pikirnya.

"Bagaimana bisa seseorang, ralat, 2 orang melakukan hal seperti itu itu kantor? Bukankah itu sangat tidak profesional? Bagaimana jika ada orang lain yang mendengarnya? Mungkin sudah? Ah, bodoh sekali kakakku!" ujarnya.

"OH! AL?!"

Aaliyah menoleh, mendapati seorang gadis sipit meneriakkan namanya. Gadis itu bernama Xiao, sekretaris Nico. Xiao pun berlari dan memeluk Aaliyah

"Hey, Xiao! Bagaimana NYC?" tanyanya sambil membalas pelukan Xiao

Ya, Xiao pernah ditempatkan di kantor cabang milik Johns Group di New York.

"Great! Aku belajar banyak disana" ujarnya.

"Jangan lupakan para pria hot disana!"

"Ya, itu yang membuatku betah. Berbeda dengan di Indonesia"

Mereka pun mengobrol dan tertawa. Sampai sebuah suara menginstropeksi mereka.

"Sudah selesai ladies?" tanyanya.

"Kak!!" Aaliyah langsung menghambur ke pelukan Nico. Ia juga mencium bau after sex dikemeja milik kakaknya itu.

"Gross. Siapa lagi perempuan yang kau tiduri?"

"Hmm, hanya sekedar kenalanku"

"Menjijikkan"

Nico hanya menyengir. Lalu mengajak adiknya untuk pulang.

"Kak?"

"Ya?"

"Bagaimana rasanya sex itu?"

Ia memandangi adiknya dengan kaget. Kenapa tiba-tiba ia bertanya seperti itu? Nico tau adiknya sudah mengerti sex dan sudah cukup umur. Namun, ia masih saja kaget.

"Hmm, kau akan tau rasanya nanti. Jika sudah saatnya"

"Temanku bilang, rasanya sangat nikmat.Maukah kau mengajariku?"

Ia pun mengerem mobilnya dengan mendadak. Sial, kenapa ia bisa bertanya seperti itu?

Masther [Cancelled]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz