Aku & keluarga ku

Start from the beginning
                                    

Beberapa kali gadis itu menyeka air matanya dengan jari telunjuk dan tengahnya dan menghela nafas sesak. Photo satu satunya yang dimilikinya sebagai kenang kenang dari sang ayah photo satu satunya yang  membuat dia bisa melihat wajah tampan sang ayah. Photo yang tidak sengaja iya temukan terselip di lembaran diary ibunya.

"Viny!! Sayang kamu didalam?" seru suara lembut dari luar kamarnya mengetuk pintu. Buru buru gadis itu menghapus semua jejak air mata yang masih terlihat di pipinya dengan cepat sebelum pergi kearah pintu kamar.

"Iya mah bentar" saut nya. Tangannya dengan cekatan membuka pintu kamar. "Kenapa mah?"

"Kebawah dulu yuk. Makan malam dulu. Makan malam sudah disiapin bik surti" ucap mama. Viny membalas dengan anggukan. Mama membelai rambut Viny sayang. Sampai dia sadar mata Viny memerah seperti usai menangis.

"Kamu nangis sayang?" Tanya Shania. "Ng-nggak kok mah. Ini cuman kelilipan tadi" elak Viny mempercepat jalannya menuruni tangga menuju lantai bawah. Shania hanya tertegun diam di tangga paling atas melihat punggung putrinya dari sana. Dia tahu Viny paling tidak bisa berbohong padanya. Dia selalu tahu tentang putrinya itu pasti ada sesuatu yang disembunyikan.

"Huft" hanya helaan nafas yang bisa dia lakukan sekarang. Mencoba menahan sesak dari dalam sana. dan kembali berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah.

Suasan makan malam seperti biasanya. Hening dan mencekam. Tidak ada satupun yang bersuara. Kinal sang Kakek duduk di bagian ujung meja persegi panjang ini. Di sebelah kirinya Veranda nenek Viny di samping Nenek, Viny duduk dengan nyaman sambil menyantap makanannya. Sedangkan Mama Shania duduk di seberang Nenek Veranda di sebelah kanan kakek.

"Shanju. Besok  papa harap kamu bisa ikut papa menemui rekan bisnis papa. Kamu ingat dengan om Faris? Anaknya yang tinggal di Jerman baru datang.. jadi papa.." ucapan Kinal langsung terhenti saat mendengar bunyi benturan dari sendok dan piring Shania. Kinal veranda termasuk Viny menoleh kearahnya.

"Aku nggak mau datang" jawab Shania datar dan dingin. Viny yang melihat mamanya dari seberang mencoba menahan air mata yang ingin jatuh dari pipinya.

"Nggak ada lagi penolakan Shanju" bentak Kinal meninggikan suaranya. Dengan cepat Shania berdiri dari kursinya. "Shania selesai. Mah Shanju kekamar dulu" masih dengan nada datar dan dingin. Dia mulai berjalan meninggalkan ruang makan.

"SHANIA. MAU SAMPAI KAPAN KAMU MENGINGAT DIA HAH" Shania yang mendengar bentakan dari papanya itu tak menggubris dia terus berjalan menuju kamarnya.

"Pah sudah berepa kali mama bilang. Shania jangan dipaksa seperti itu. Papa sudah sangat keterlalauan" tegur Veranda pada suaminya itu. Kinal hanya menghela nafas kasar.

"Viny juga selesai. Nek Viny nyusul mama dulu yah" Veranda mengangguk mengiyakan cucunya itu. Hening kembali menyelimuti ruang makan.

Tok tok tok

Cleekk..

Perlahan Viny masuk kedalam kamar mamanya. Di atas tempat tidur terlihat wanita 37 tahun tengah tertidur sambil memeluk bingkai photo. Viny mulai mendekat dengan hati hati kearah sang mama yang sedang tidur. Sangat jelas terlihat bekas air mata dipipi mamanya yang masih cantik tanpa kerutan walau sudah berusia 37 tahun. Viny menyeka bekas air mata dipipi mamanya dengan jempol secara perlahan. Ada setitik air mata luluh di pipinya.

"Mah Viny janji. Viny akan cari papa buat mama. Vini gak mau liat mama sedih lagi. Viny mau mama bahagia jadi mama tenang aja yah" di tatapnya nanar bingkai photo yang berada di pangkuan mamanya. Photo yang sama persis dengan yang dia miliki. Photo dirinya yang masih bayi yang berada di pangkuan mamanya beserta papanya.

OS nya comblang.Where stories live. Discover now