Part 5

2.9K 296 53
                                    

Sebelumnya saya klarifikasi sama penulis penulis top yang selalu mengkritik katanya karya ane kecepetan alurnya dan terlalu kontradiktif( to the point). Saya menulis dengan ciri khas saya, karna jujur saya tidak suka membaca cerita yang terlalu berlete lete eh tele tele :D langsung munculin konplik. Biar cepat end. Ini aja kadang keceplosan kepanjangan. Jika anda suka bacalah! Jika tidak tak apalah :D. Tang kiyuu

---

" Tok Tok Tok." Suara ketukan pintu itu membangunkan Albertus dari tidurnya.

" Ayaaaaahhhhh!!" (DOR DOR DOR) Pintu kamarnya bukan seperti diketuk tapi ditendang. Sudah bisa ditebak siapa yang berada dibalik pintu itu.

Albertus tersenyum, melihat Alice masih memeluknya erat dengan tubuh polosnya. Dia menidurkan kepalanya dilekukan leher Albertus. Dia baru saja tertidur setelah aktifitas mereka tadi malam.
Wanita ini sepertinya memang merindukannya.

Dengan pelan, ia mencoba melepas pelukan Alice.

" Ayaaaaahhhhh.. buka pintunyaaaaa!!" Teriak suara dari luar.
Albertus berhasil turun dari ranjangnya lalu bergegas mengenakan piyama tidurnya kembali dan melangkah ke arah pintu setelah menyelimuti tubuh Alicenya lalu mencium keningnya lembut.

" Klek"

Tampaklah wajah cantik kecil itu mengembungkan pipinya kesal.

" Ayah kau sedang apa? Aku mengetuk dali tadi. Apa kau tuli? Tanganku sampai kotol!" Celetuknya marah. Melihat itu, Albertus tersenyum mengusap rambut sebahunya. Ia berjongkok diatas lututnya

Jika seperti ini, dia semakin mirip dengan Mikaila.

" Ayah." Kashi mengibas ngibaskan tangannya menghentakkan lamunan Albertus.

" Eh iya.. sayang ada apa?" Tanyanya membelai pipi tembem didepannya.

" Ada tamu menunggumu di lual, pelayan takut membangunkanmu. Jadi mereka memintaku membangunkanmu tapi mereka bilang agal aku tidak bilang padamu kalau meleka yang memintaku." Celotehnya membuat wajah pelayan dibelakangnya memucat pasi.

" Hahaha. Baiklah sayang, sebentar lagi ayah turun." Senyum Albertus mengusap rambut halus putrinya itu.

" Baiklah, jangan lama lama ya. Belajallah untuk disiplin!" Tukasnya menggurui membuat Albertus mengernyit menahan tawa lalu menaruh tangannya dikeningnya.

" Siap tuan putri!!" Ucapnya memberi hormat.
Kashi tersenyum lalu mengecup pipi Ayahnya sekilas dan berlari pergi kearah dayang pengasuhnya.

Meskipun dia bukan darah dagingku..
Aku sangat menyayanginya seperti putriku sendiri
Dia besar dipangkuanku dan belajar banyak hal dariku
Dia tidak boleh seperti ayahnya
Tidak akan aku biarkan
Bahkan dia tidak boleh mendengar nama Mikaila disebutkan
Walau hanya sekali.

***

" Yang mulia." Dua orang pria berkulit hitam menunduk hormat didepan Albertus saat melihatnya berjalan menuruni tangga.

" Saya sudah mendengar tentang kehebatan anda yang mulia. Kami dari kerajaan Dimitri Hongalia utara, kami datang membawakan hadiah ini sebagai tanda persahabatan." Senyum ramah salah satu orang itu.

Albertus tersenyum melihat 4 peti berisikan batangan emas murni di depannya.

" Sampaikan salamku pada raja kalian. Raja Exodie yang agung. Aku berterimakasih atas penghormatan ini." Ucapnya ramah lalu meminta kedua utusan itu untuk duduk.

Beberapa saat mereka terpaku saat melihat Alice melangkah turun dari tangga yang sama. Dia begitu terlihat cantik dengan gaun berwarna peraknya.

" Hormat kami yang mulia Ratu, kami sudah mendengar kabar tentang kecantikan ratu Phosaidon tapi baru kali ini kami melihat cahaya dewi seolah menerangi istana ini." Puji mereka saat Alice mendaratkan langkahnya di tengah tengah mereka lalu mendudukkan bokongnya pada kursi kosong di sisi Albertus.

The Black Shadow 2 ( When The Drakness End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang