1: NAMA

971 92 31
                                    

Yep. Nama.

Apa sih yang kalian pikirin waktu namain tokoh? Apa nama mereka ada artinya? Pun? Anagram? Ironi?

Menurut saya, kebanyakan penulis milih nama tokoh untuk alasan-alasan di bawah ini (sok tau dikit nggak pa-pa, 'kan?)

1. Bermakna sesuatu

Karena nama itu doa. Kecuali kalau maknanya itu sebenarnya "ironi", yang bakal ada poinnya sendiri di bawah.

Contoh: seorang cewek yang punya nama Hayako. "haya" 隼 itu berarti "falcon" dan "ko" 子 berarti "anak [perempuan]", sehingga kurang lebih artinya "gadis falcon". Dalam kenyataan, dia adalah pecinta burung elang / anak pemburu elang / salah satu pengendali api di semesta EB  (ehh yang terakhir cuekin aja). Rada-rada nyambung, 'kan.

Atau mungkin seorang ratu bernama 'Regina'. Regina dalam bahasa Latin artinya "ratu". Atau anak laki-laki pertama yang dikasih nama 'Adam', sementara Adam adalah nama manusia pertama. Nama dengan makna tertentu kayak gini bisa bikin kamu keingetan terus, "oh iya dia 'kan tokoh si ratu jahat di novel gue", "ini 'kan nama yang gue kasih buat si anak sulung, bukan yang bungsu". Jadi nggak susah buat ngebedain sama tokoh lainnya, terutama kalo novel kamu tokohnya bejibun kayak di Game of Thrones.

2. Pun / anagram

Susah juga sih ngejelasin pun / permainan kata ini. Yang ngerti bahasa Internet orang Barat pasti juga ngerti pun. Saya inget ada karakter di The Sims 2 yang namanya "Hugh Thanasia", pun dari "euthanasia" / cara mematikan orang/hewan tanpa rasa sakit. Oke, morbid tapi cuma itu yang saya tau.

Anagram itu biasanya di genre Misteri (detektif), buat nama tokoh jahatnya, misal. Contoh: NED EDDA yang sebenarnya anagram dari DEAD END (jalan buntu), alias: you can't catch me now because the ID I've left behind is fake and it literally means a dead end lololol

Masuk akal nggak sih?

3. Ironi

Kebalikan dari poin 1. Kesukaan saya. Nama mereka memang berarti sesuatu, tapi artinya berkebalikan dengan diri mereka sesungguhnya.

Say, nama orang itu Benedict. Dalam bahasa Latin, Benedictus berarti "terberkati". Tapi sebenarnya dia orang yang terkutuk tujuh turunan dan punya kontrak mati sama setan. Atau yang lebih simpel lagi, namanya Cinta tapi sebenernya dia orang yang pendendam dan nggak pernah merasakan apa-apa kecuali benci sama orang lain. Be creative!

Tapi menurut saya sih jangan terlalu banyak punya tokoh dengan nama kayak begini; cukup satu-dua yang pengen dibikin stand out aja. Karena kalo satu RT namanya ironi semua, mungkin pembaca bakal langsung mempertanyakan kecerdasan orangtua yang ngasih nama. Be creative, but don't get overboard.

4. Nggak ada hubungannya

It's okay. Saya juga lebih sering begini sebenarnya. Milihin satu persatu nama tokoh biar sinkron sama kepentingan dia dalam cerita itu nggak gampang. Sometimes it's better to save yourself the trouble, dan pilih nama tokoh yang simpel dan nggak ribet-ribet.

~

Sekarang, sedikit tips/rant yang sebenarnya. Selama di Wattpad, saya nemu beberapa novel dengan nama tokoh (terutama protagonis) yang... well, lumayan cakep sih dan maknanya bagus banget, tapi kurang "sreg" dalam dunia kepenulisan, no offense. Misalnya begini:

1. Panjang banget kayak rel kereta

Menurut saya tiga kata itu batas maksimal sebuah nama lengkap (standar orang Indonesia lah). Tapi ada tokoh dengan nama empat bahkan lima kata sekaligus, belum lagi kalo nama-nama tengah itu cuma sisipan yang nggak terlalu penting buat diingat. Mungkin masuk akal buat anggota kerajaan (kayak nama lengkap anak Pangeran William sama Kate Middleton, misalnya), tapi apa kamu bakal manggil tokoh tersebut dengan nama lengkapnya di sepanjang jalan cerita? Pastinya cuma dengan panggilan, 'kan? Jadi, dua atau tiga kata udah cukup.

Bahkan, kalo mau, jangan sebutin nama lengkap tokoh di deskripsi novel. Simpan itu buat chapter di mana nama lengkap si tokoh benar-benar diperlukan.

2. Nama belakang (surname) yang kelewat panjang atau susah dieja

Ini mirip sama yang di atas, bahkan kadang suka digabungin. Misal: Anggita Pradnyadiptadewi atau Alan Bernhardsson. Kurang memorable, dan bakal nge-border ke "special snowflake syndrome" (kapan-kapan bakal dibahas). Cukup Anggita Dewi aja udah bagus, terkesan lebih rapi malah.

Ya, saya tau, di dunia nyata banyak juga orang dengan nama belakang superpanjang (bahkan salah satu sahabat saya juga begitu), tapi nama kayak begitu nggak bakal terlalu menjual di deskripsi novel, IMHO.

3. Nggak sesuai nasionalitas mereka (boleh, tapi...)

Yang ini pernah saya liat entah di mana. Orang Indonesia dengan nama super kebule-bulean. Orang bule dengan nama kayak tokoh anime. Alasannya sih, blasteran. Ok, whatever you say. Tapi kalo digabung sama poin nomor 1, saya langsung menggila.

Lagi-lagi, memang ada kasusnya di dunia nyata. Tapi buat masalah tulis-menulis—apa nama unik mereka itu ada pentingnya? Di saat cast penuh dengan tokoh-tokoh bernama "Ranti Permatasari", "Wahyu Dirga", "Kezia Karamoy", "Andhika Prambudi" (yang masih bisa dianggap nama Indonesia)..., tapi tiba-tiba dateng protagonis dengan nama "Persephone Demetria" (yang ternyata... *gasp* juga orang Indonesia), apa itu masih realistis? Karena kalo iya, you've got a problem.

[Pengecualian buat nama-nama "unik" yang juga bagian dari plot cerita, kayak di novel Aphrodite yang pernah saya baca. Maksudnya, ada sejarah di balik nama itu, dan bukan cuma alasan buat bikin protagonis tersebut tambah cool.]

~

Last but not least, bagi yang masih bingung buat ngasih nama tokoh:

Mulai dari nama panggilan.

That's it. Dari nama panggilan. Sependek mungkin. Mungkin dua suku kata, bahkan satu suku kata kalo bisa. Tom, Sam, Greg, Ann, Chloe, Dika, Ratna, Arin, Kaz, Tab, Dim—apa aja yang sesuai sama tokoh itu. Terus, mulai bikin nama lengkapnya. Contoh: Kaz; Kazuhiko Naharu. Sam: Samantha Bianchi. Dijamin bakal lebih gampang.

Pikirin simbolisasinya belakangan. Lebih bagus punya nama yang nggak berarti apa-apa tapi "nyambung" daripada nama yang artinya dalam tapi dipaksain, menurut saya. Genma Raikou terasa pas banget buat tokoh Genma meskipun waktu itu saya nggak tau apa arti nama dia—cuma asal pilih aja. 

Pilih nama yang bikin pembaca langsung ngebayangin tokoh tersebut. Apa bayangan pertama di otak kamu waktu denger nama "Brutus"? Yang pastinya bukan cowok kurus, tinggi, jerawatan, dan berkacamata, 'kan? Mungkin cowok semacam itu lebih cocok punya nama "Richard" atau (untuk fiksi Indonesia) "Aditya".

~

Nama adalah bagian dari identitas seseorang. Dan dalam sosialita di mana seseorang dinilai berdasarkan label dan identitasnya, punya nama yang nggak enak didengar itu kayak punya wajah yang kurang beruntung. Kata-kata penutup macam apa ini? Entahlah.

This is Sciamachy, signing off.

Character Development Galore!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang