"Masih tidak ingin memaafkanku? Oh, ayolah, aku bahkan sudah bilang pada mereka untuk jangan mengganggumu lagi."

"Kau tidak mencoba untuk membohongiku kan?" tanyaku pada Sean. Aku hanya ingin dia tidak bermain-main dengan ucapannya, karena bisa saja mereka menggangguku lagi sewaktu-waktu.

Sean tersenyum tipis. "Ya, tentu saja tidak, sayang."

Dari tatapan matanya tidak terlihat sama sekali bahwa ia berbohong, dan dengan mudahnya aku percaya. Karena dia memang berkata sungguh-sungguh, bukan begitu?

Entah ada dorongan dari mana, bibirku membentuk seulas senyuman. Seolah masalah ini telah kulupakan begitu saja, tidak perlu aku repot-repot memikirkan masalah ini terus-menerus. Karena diriku pun tahu, semakin aku menyukai Sean, semakin aku tidak bisa berlama-lama untuk berjauhan dengannya.

"Baiklah, aku akan memaafkanmu." Kataku masih dengan senyuman yang terukir di bibirku.

"Sudah kuduga, kau pasti akan memaafkanku." kemudian tangan Sean menyentuh rambutku, lagi.


HARRY POV

Tanganku membuka kenop pintu, melihat ada tiga orang suruhan penting yang datang atas perintah Tuan Presiden. Tanpa ragu aku memasuki ruang khusus itu, spontan mereka yang sedang duduk berkutat pada komputer sekilas melihatku.

Aku berdeham, "Bagaimana? Sudah kalian pasang penyadap di ponsel Nona Kendall Jenner?" tanyaku dengan nada tegas dan tanpa ragu.

Mereka bertiga kontan menoleh ke arahku, dan menjawab secara serempak. "Sudah."

"Bagus. Jadi, Tuan Presiden tidak perlu khawatir lagi jika Nona Kendall dalam masalah. Kalau begitu aku permisi."

Aku pun keluar dari ruangan itu. Berniat untuk mencari Kendall, jangan sampai dia kabur lagi. Kupercepat langkah kakiku agar sampai di ruang keluarga, walau rasanya tidak sopan kalau aku memasukinya, tapi hanya untuk memastikan gadis itu baik-baik saja.

Sebenarnya aku khawatir, tadi aku sedang melihat CCTV untuk memastikan keadaan luar jikalau ada penyusup memasuki Gedung Putih. Tapi, yang kulihat di sana adalah Sean, dan ada Kendall pula. Tadinya aku sudah senang kalau Sean akan diusir, aku memang berniat membantu ke sana tapi kubiarkan saja dulu, ingin tahu bagaimana reaksinya. Dan Kendall keburu membolehkannya masuk. Itu yang membuatku khawatir kalau Sean akan berbuat yang macam-macam padanya.

"Lucas, Jeff, ikut aku untuk memastikan keadaan Nona di ruang keluarga. Aku melihat lelaki itu mendatanginya lagi." Kataku pada mereka berdua yang kebetulan sedang lewat.

"Baik." Kata mereka berdua, kemudian mengikutiku dari belakang dengan langkah yang juga dipercepat.

Langkah kakiku dan dua pengawal dibelakangku berhenti tepat di depan pintu berwarna putih, tanpa ketuk pintu terlebih dahulu aku pun hendak membuka kenop pintu, tapi merasakan ada yang menepuk pundakku aku pun menoleh.

"Tidakkah kau ketuk pintu terlebih dahulu? Rasanya itu tidak sopan." Ujar Lucas.

"Tapi, jika aku mengetuk pintu ini, Nona pasti tidak akan membolehkanku masuk dengan alasan bahwa aku mengganggu aktivitasnya. Aku khawatir kalau lelaki itu akan berbuat yang macam-macam, jika itu sampai terjadi maka Tuan Presiden tidak segan-segan untuk memecatku." Jelasku lalu mereka hanya manggut-manggut pertanda bahwa mereka memang mengerti.

Tanganku memegang kenop pintu, lalu kubuka pintunya. Memperlihatkan Kendall yang sedang berciuman dengan Sean di sana, dua pengawal yang sekarang berada di sampingku ini malah membuang muka karena tidak ingin melihat yang satu itu pastinya.

Lelaki itu tidak boleh menyentuh ataupun melukai Kendall, aku masih mengingat pesan yang Tuan Presiden berikan padaku. Kulangkahkan kakiku untuk memasuki ruang keluarga, mataku menatap lelaki itu dengan sinis.

The BodyguardWhere stories live. Discover now