" Iya yang mulia, usia kandungannya sangat muda mungkin sekitar seminggu. Saat itu dia sangat sedih. Perdana menteri ingin bayinya digugurkan. Karna tuan putri akan dijodohkan dengan pangeran Xederzia dari Jawwerelly. Tapi tuan putri mengancam akan membunuh dirinya jika janinnya digugurkan. Dia sangat mencintai anda yang mulia. Dia bahkan nekat memberikan dirinya agar bisa menjadi milik anda. Selir jatuh sakit dan perdana menteri sangat marah saat itu. Dia memberikan persyaratan agar putri menulis surat perpisahan untuk anda, jika putri melakukannya maka perdana menteri berjanji akan membebaskan janinnya. Maka putri melakukannya." Cerita Maya Eliza membuat Julliant memerah, tangannya mengepal dan otot di leher putihnya seakan tercetak jelas.

" Kau pasti berbohong!" Tekannya terguncang. Mata ambernya memerah.

" Untuk apa saya berbohong pada anda tentang seseorang yang sudah lama meninggal yang mulia? Saya adalah saksi bagaimana dia menderita saat melihat anda dicambuk. Dia bahkan mencoba melukai dirinya sendiri. Dia berpesan pada saya agar menyampaikan pesan ini kepada anda. Tapi... sebelum saya menyampaikannya.. tuan puteri... dia ..dia diculik." Tubuh tua itu terguncang seketika.

Sebaliknya..

Julliant?
Lututnya seolah mati rasa.

Itu artinya....
Dia....

Vallen? Adalah putra kandungnya? Kebenaran seperti apa ini?

" Saya yang membersihkan jasadnya yang mulia. Saat saya melihat jasadnya saya menangis. Tuan putri terlihat sangat tersiksa. Tapi.. bibirnya tersenyum. Saya tahu dia sudah melahirkan putra yang dia perjuangkan. Dia sangat mencintai anda yang mulia. Terakhir saya mendengar Raja Albus adalah dalang dari penculikannya. Ayah anda! Saya mulai berpikir apakah anda salah paham dan memiliki kebencian padanya? Tapi anda orang yang baik. Anda tidak mungkin terlibat. Saat saya melihat wajah yang mulia Mikaila saat seolah melihat pancaran senyum puteri Aldegyr di bibirnya dan tatapan mata anda yang mulia. Saya merasa harus mengatakan ini semua pada anda. Apakah dia putra dari putri Aldegyr?" Suara Maya seolah menusuk tepat di jantung Julliant. Dia melangkah mundur dengan mata berkaca kaca. Lalu kembali terduduk di kursinya, lemas.

" Jika benar begitu maka.. dia adalah putra anda yang mulia, bukan adik anda."

Deg. Julliant membeku. Bayangan senyum Aldegyrnya seolah menari di depannya. Merentangkan tangannya seperti sebelumnya.

" Alex!!!" Teriakan itu hampir setiap hari ia dengar namun tak pernah sekalipun Julliant berani membuka pintu besi di mana ayahnya menyiksa kekasihnya.

" Dia benar benar cantik dan sexi Alex, apa ayah bisa memilikinya, orang yang keluarganya menyakiti anak ayah. Ayahmu ini telah membawa gadis laknat itu sebagai balasannya." Tawa Raja Albus saat itu

Dan dengan teganya Alex tersenyum di balik luka lukanya

" Lakukan apa yang ayah mau padanya! Buat dia melahirkan darahmu yang mereka hina. Siksa saja jalang itu sampai ayah puas jangan kirim dia hidup hidup!" Tekannya penuh kebencian.

" Kau memang putraku, hahaha betapa beruntungnya aku!!" Tawa Raja Albus memeluk putranya.

Setiap hari, setiap detik.
Putri Aldegyr selalu meneriakkan namanya. Terkadang Alex menutup telinganya saat mendengar suara desahan  ayahnya saat menyetubuhi raga tercintanya itu dengan hina. Dan Aldegyr hanya bisa meneriakkan namanya.

Mengingat semua itu..

Air mata Julliant menetes

Andai sekali saja dia mendengarkan. Andai sekali saja dia menemui Aldegyr

" Aldegyr... tidak.. a..ku." Julliant terbata. Dia mengacak rambutnya frustasi.

" V..allen..di..a.. di..a.." Bahkan napasnya seolah mencekik. Ditatapnya wajah tua Maya yang mengangguk seolah bisa menebak apa yang dia pikirkan.

" A..aku, aku membunuhnya. A..ku bahkan membunuh darah dagingku sendiri. Putriku? D..an Val..len? D..ia, Ya Tuhan.. Aldegyr.. Maya, apa yang sudah aku lakukan? A..ku." Julliant berdiri lunglai. Dia melihat tangannya sendiri dengan tatapan takut.

" Dia tidak akan membenci anda yang mulia. Saya yakin dia masih bisa memaafkan anda. Anda memiliki kebencian yang tidak bisa disalahkan. Ini hanya salah paham. Asalkan anda bisa memperbaiki semuanya. Dia sangat mencintai anda. Senyum di jasadnya menandakan bahkan dia telah tenang meninggalkan putranya di tangan ayah kandungnya." Senyum Maya mengusap air matanya.

" TAPI BAGAIMANA BISA AKU MEMAAFKAN DIRIKU SENDIRI MAYA. BAGAIMANA BISAAA??" Teriak Julliant. Wajah putihnya memerah dan tatapannya terlihat sangat menyedihkan.

" Yang mulia?" Maya berusaha mendekat, namun...

" Jangan mengatakan apapun lagi. Jangan!!" Ucapnya dengan tatapan penuh luka. Dia mengusap air matanya lalu melangkah cepat ke arah pintu.

" Putraku... aku harus menyelamatkan putraku!!" Ucapnya frustasi

Dan

Brak

Pintu itu dibuka kasar

" Yang muliaaaa!!!" Teriak Maya mengejar. Tapi bayangan Julliant menghilang dengan cepat. Pria itu berlari ke luar mencari suatu yang seolah menusuk relung dadanya.

Vallen.. anakku..
Ya tuhan..
Apa yang aku lakukan?
Betapa jahatnya aku.

Prolog-

The Black Shadow 2 ( When The Drakness End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang