Over the Night (Karasuma x Reader)

Start from the beginning
                                    

Suara decakkan datang dari bibimu, "Mana aku tahu?! Jika begini aku pun tidak mau ia menginjakkan kaki kotornya ke sini!"

Kau menghela napas kasar, lalu mengambil handphone-mu yang tergeletak di meja. Mengenakan alas kaki, kau berjalan keluar, menutup pintu dengan perlahan agar mereka tak mendengar.

Ya, kau memutuskan untuk keluar dari rumah. Dari pada terus menerus mendengar keluh kesah serta teriakan mereka yang menyakitkan batinmu, kau lebih baik pergi, meskipun hanya bisa sementara.

Sebetulnya, mereka tak separah ini. Mereka lumayan baik hati. Hanya saja, pamanmu seorang pemabuk dan pecandu berat--jika oleng sedikit, amarahnya akan meluap-luap, ambruk. Dan bibimu ... ia mengidap sebuah tekanan jiwa--apa sih itu namanya, disorder apa?--jadi, mood-nya akan naik turun dengan drastis. Dan jika begitu mereka tak segan-segan menamparmu bila melawan.

Mungkin kau bodoh karena tidak memutuskan untuk menyewa apartemen atau kos. Tapi bagaimana lagi? Uang belum cukup, yang ada nanti kau sendiri yang repot. Jaman sekarang, penghasilan kurang dari 400 ribu per bulan akan habis dalam satu kedipan mata, bukan?

Bagaimana lagi ... kau hanya bisa berusaha terus sampai ada perusahaan yang menaruh minat padamu. Ah--tapi bukan berarti kau hilang harapan, malah kalau begini kau semakin semangat untuk keluar dari neraka sesaat ini. Sekarang kau masih berusaha, sedikit demi sedikit, memulai dari pecahan.

Kakimu sampai di sebuah taman. Cahaya remang-remang karena hanya ada beberapa lentera taman yang menyala. Kau memutuskan untuk duduk di salah satu bangku, menyalakan musik lewat earphone-mu--mendengarnya dengan volume tinggi--lalu diam begitu saja. Untuk sementara ini kau tidak peduli dengan kemungkinan tuli, bagaimana lagi, kau depresi.

Andai saja ada toko yang bisa mengabulkan permohonan--seperti di komik-komik favoritmu itu. Blah, tapi ini kenyataan, kau sudah dewasa, kau tahu itu mustahil.

Kau terus menatap sepatu, volume musik kini telah meraih angka 12. Tatapanmu suram--seakan sedang menghunuskan jarum ke alas kakimu. Semua di sekitarmu diam, kecuali suara jangkrik yang kadang kala berbunyi.

Meskipun sudah jam delapan, kau malas.

Lagi pula mereka tidak akan mencarimu dan--

"Oi,"

Matamu mengerjap ketika merasakan adanya orang yang duduk di sebelahmu. Menoleh sedikit, kau langsung melonjak dan melepas earphone-mu segera.

--Tapi yang sebelumnya itu benar, lho. Mereka tak akan mencarimu walaupun keluar malam-malam begini.

Karena yang rela mencarimu di malam hari, dan langsung duduk di sebelahmu sekarang,

--hanyalah Karasuma yang masih memakai jas hitam dari kantor kerjanya.

"Bahaya duduk sendirian di tempat seperti ini malam-malam."

Matamu berkedip sekali lagi, mencoba memfokuskan pandangan, "Karasuma ...."

Kaudengar ia menghela napas panjang, lalu tangannya ia silangkan di depan dada, "Waktu lewat depan rumah kalian, aku mendengar suara paman dan bibi."

Rumah Karasuma hanya tinggal beberapa kilometer dari rumahmu, jadi memang, jika ia sedang mengambil jalan lain, Karasuma pasti akan melewati rumahmu. Tak jarang ia membawa makanan cepat saji untukmu, karena tahu kalau kau kadang tidak nafsu memakan makanan dari bibimu.

Kau membuang napas, lalu kembali menatap ke bawah, "Masih saja ya, mereka itu ...," Lalu menggerakkan kakimu ke depan dan ke belakang, "padahal tinggal cerai. Selesai."

"Jangan begitu." balas Karasuma.

"... jadi tidak ingin pulang ...."

Kalian berdua terdiam, namun pandangan Karasuma masih tertuju ke arahmu, menatapmu diam. Ingin sekali kau memasang kembali earphone supaya pikiran lebih tenang. Namun sebelum itu, Karasuma sudah menepuk-nepuk puncak kepalamu pelan, mencoba menenangkanmu.

Ansatsu Kyoushitsu X Reader Oneshots (Bahasa Indonesia)Where stories live. Discover now