09. Jodoh ?

Mulai dari awal
                                    

"Tou-sama, Neji-nii?" Tanya Hinata penuh kebingungan saat melihat ayah dan kakaknya sedang duduk kursi santai di tepi kolam renang disamping rumah mereka, sambil menikmati segelas jus jeruk dan seporsi kentang goreng.

"Hi-chan kau sudah pulang, kemarilah." Neji, sulung Hyuuga itu melambaikan tangannya ke arah adiknya yang berdiri di depan pintu kaca.

Hinata memperhatikan ayah dan kakak nya sambil berjalan kearah mereka. Neji sepertinya baru saja selesai berenang, tubuh bidang putihnya masih basah dengan air bening, dan juga dia hanya mengenakan celana pendek selutut.

Sedangkan sang ayah tampak santai dengan kaos oblong putih dan celana pendek, sedang asyik bermain dengan ponsel pintarnya. Hiashi tersenyum lembut sambil mengangguk, mengisyaratkan agar Hinata segera mendekat.

Hinata meletakkan tas tangan Louis Vuitoon mahalnya itu di kursi yang terletak di sebelah tempatnya berdiri sebelum menghampiri ayah dan kakaknya.

Tanpa buang waktu, dia lansung duduk di pangkuan sang ayah. Hinata memang bukan anak bungsu, tetapi tengah dari Hyuuga bersaudara ini, sangat dimanjakan oleh Hiashi, dibanding dengan Hanabi yang sebenarnya anak bungsu.

Semua itu karena wajah dan rambut Hinata yang benar-benar menyerupai mendiang istri Hyuuga Hiashi. Diantara tiga anaknya ini, hanya Hinata yang benar-benar mewarisi semua perangai dan fisik istrinya, termasuk profesi mereka yang sama-sama seorang fashion designer.

"Hei.., apa kabar anak Tou-sama, yang cantik ini?" Tanya Hiashi lembut sambil mengusap pucuk kepala Hinata.

"Tou-sama dan Neji-nii, menyebalkan, meninggalkan ku sendirian di rumah lama sekali." Rajuk Hinata sambil menautkan dua telunjuknya, bibirnya mengerucut dengan pipi yang di kembungkan, dan jangan lupa kakinya yang dia goyang-goyangkan sambil duduk di pangkuan sang ayah.

"Kau manja sekali Hi-chan." Kekeh Neji, sambil menyeka air kolam renang yang membasahi rambut coklat panjang yang serupa dengan ayahnya.

"Kalian mengirim Hanabi kuliah di Amerika, aku kan jadi sendirikan dirumah, weeekkkk." Hinata menjulurkan lidanya di depan sang kakak.

Neji bangkit dari kursi santainya.

"Auuuuuu, Nii-san sakit!" Lengking Hinata nyaring karena pipi gembul putihnya di cubit gemas oleh sang kakak.

Hiashi dan Neji, tergelak tertawa melihat tingkah manja Hinata. Hinata bahkan bersikap manja pada sang adik Hanabi yang jauh lebih tegas dari padanya. Hanabi sediri pun tak keberatan atau iri sama sekali, dia malah ikut memanjakan kakak perempuannnya ini

"Kau itu sudah mau jadi istri orang, jadi berhentilah bersikap manja." Ujar Neji gemas sambil mengusak poni rata Hinata.

Hinata menahan tangan sang kakak, ketika Neji selesai mengusak poninya, "Maksud Nii-san apa?"

Hinata mendengar jelas kata-kata Neji yang menyebutkan bahwa dia akan segera menjadi istri seseorang.

Neji terdiam, dia lupa bahwa Hiashi memintanya tutup mulut tentang rencana perjodohan Hinata.

Hinata melepaskan tangan Neji, kepalanya mendongak menatap manik lavender sang ayah, menuntut sebuah penjelasan.

Hiashi menghela nafas, dan memejamkan matanya, mencoba merangkai kata-kata yang akan dijelaskan pada putri kesayangannya ini.

"Tou-sama, ada apa ini?" Hinata bangkit dari pangkuan sang ayah, dia menuntut penjelasan atas ucapan Neji tadi.

Neji bangkit dari duduknya. "Duduklah." Pria bersurai coklat itu menawarkan kursinya pada sang adik.

Sweet DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang