At The End

87 33 15
                                    

Tes. Tes

Setetes demi setetes air hujan membasahi jalan setapak yang kulalui. Hanya ada beberapa orang disini dan merekapun satu persatu mulai ergi dari tempat ini. Tempat peristirahatan terakhir semua orang.

Kuletakkan taburan bunga dan satu burung kertas pada pusaranya, ini sudah 7 tahun sejak kepergiannya meninggalkanku. Dan hari ini, aku kembali mengunjunginya setelah 1 tahun belakangan ini.

Aku sudah disibukkan dengan keluarga kecilku. Yah, aku sudah memiliki suami dan satu orang anak. Aku bahagia walau tak sepenuhnya. Karena terkadang, aku merindukan dia. Cinta pertamaku, Dion Prananta.

“Bun, ini makam siapa?” tanya buah hatiku yang masih berusia 3 tahun. aku tersenyum lembut. “Ini makam cinta pertama bunda,” dan dia hanya mengangguk angguk tanda mengerti walau sebenarnya ia tak benar benar mengerti.

“Yah, cinta pertama itu apa?” tanya Sita0, putri kecilku kepada Ayahnya.

Jefrie mensejajarkan tinggi badannya dengan tinggi badan putri kami. “Kalo kamu sudah besar, kamu bakan ngerti sayang,” ucap Jefrie dan mencium kening putriku.

Aku memejamkan mataku dan mulai berdo’a. setelahnya, aku mengelus batu nisan bertuliskan namanya.

Hai Di, maaf baru sekarang aku kesini lagi.
Kamu tahu? aku sudah memiliki keluarga kecil. Dan aku cukup bahagia atas kehadiran mereka.
Putriku sangat cantik, andai kamu melihatnya.
Aku akan sering sering mengajak mereka kesini. Dan kau tahu? Jefrie  sangatlah baik, dia mau menerimaku walau dihatiku masih ada kamu.

Sudah dulu yah langit sudah mulai gelap, I still love you Di.

“Bunda cepet kesini!” teriak putriku yang berada di gendongan Jefrie. Aku segera berlari untuk mensejajarkan langkahku dengan langkah besar Jefrie. “Ada apa princess?” tanyaku pada nya

“Bunda, tadi Ayah bilang bunda gendut,” buru buru Jefrie menutup bibir kecil Sita. “Oh? ayah bilang gitu?” tanyaku memastikan yang diangguki oleh Sita.

Dan sebelum aku sempat mencubit perut Jefrie, dia dan putri kecilku sudah berlari disepanjang jalan menuju rumah. Aku tak peduli walau aku menjadi pusat perhatian. Yang terpenting aku bahagia

Hosh Hosh Hosh

Nafasku dan nafas Jefrie beradu. Entah kapan terakhir kali kita berlarian. Aku terduduk di kursi teras bersama Jefrie disampingku. Sementara putriku sudah kusuruh pergi kekamar untuk bergantipakaian. Karena pakaian kita sedikit basah terkena gerimis.

Jefrie menyodorkan tangannya padaku. “Masuk yuk dingin nih.” Aku hanya mengangguk tak menyambut sodoran tangannya dan melewatinya begitu saja.

Tiba-tiba Jefrie datang dan menggelitiki perutku hingga aku terjatuh dilantai. Hal yang terjadi selanjutnya adalah dia menggendongku kekamar kita. Tentu saja setelah aku meminta ampun agar dia berhenti menggelitiki ku.

^-^

Aku sudah bahagia walau tanpa Dion disampingku. Aku bersyukur memiliki Jefrie dan Sita yang mampu melengkapi kekuranganku dan aku sangat sangat bersyukur sudah dipertemukan dengan lelaki seperti Jefrie.

Butuh waktu lebih dari setahun untukku bangkit dari keterpurukanku. Dan itu semua berkat kerja keras Raihan membujukku.

Dia sudah tahu semua tentangku dan masa laluku. Dia pun mau menerimaku walau dia tahu aku tak bisa menyingkirkan Dion begitu saja dari hatiku. Dia maklum akan hal itu.

Dia tak pernah marah ketika aku tiba tiba menangis karena merindukan Dion. Sekali lagi dia memaklumi dan memahami keadaanku. Hingga saat ini, aku masih belum bisa mencintai dia sepenuhnya. Dan untuk kesekian kalinya dia memahami aku.

Bukankah cinta tak bisa dipaksakan?  itu yang selalu dikatakan Jefrie ketika kutanya kenapa dia masih mencintaiku ketika aku tak juga mampu mencintai pria sebaik dia. Dan diapun tak pernah memaksaku untuk mencintainya ‘Biarlah cinta itu datang dengan sendirinya’ katanya suatu waktu yang membuatku menjadi wanita paling beruntung didunia ini.

Sekali lagi aku beruntung memiliki dia dan putriku. Aku menyayangi mereka dan tak ingin kehilangan mereka.

^-^

Segini dulu yaw.  Btw mampir ke ceritaku yang  lain yuk! Kali aja suka.

Thank You  (:

The Bird PaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang