Rolandara'13

281K 23.6K 3.8K
                                    

Adara berjalan bersama Rena menuju halaman belakang sekolah karena di sana sudah ada Roland yang menunggu.

Sedari tadi Adara dan Rena tak ada berbicara, jangankan berbicara, tegur sapa saja tidak sama sekali.

Entah kenapa mereka berdua seakan-akan menjaga jarak. Mungkin karena permasalahan kemaren.

"Ben hari ini balik." Kata Adara, memecahkan keheningan. Senang ataupun tidak, saat ini Rena adalah pacarnya Ben.

"Gue tau." Balas Rena.

Sesampainya mereka di halaman belakang, tampak Roland yang tadinya sedang duduk di rumputan langsung berdiri sambil memegang kantong plastik yang berisi dua kotak bubur ayam ketika melihat Adara dan Rena yang sedang berjalan ke arah nya.

"Nih," kata Roland sambil memeberi kantong plastik itu ke Adara. "Gue pulang dulu ya."

Roland pun langsung balik badan dan ingin memanjat gerbang belakang sekolah akan tetapi,

"Gue mau ikut bolos." Kata Adara yang membuat Roland tak jadi manjat dan malah membuatnya bingung.

"Kenapa? Sebagai calon istri dan ibu yang baik, lo harus sekolah biar keturunan kita ada pinternya sedikit. Masa gue bego, lo bego, terus anak kita juga bego? Ohhh, itu tidak boleh terjadi." Kata Roland dengan nada sok menasehati Adara.

Adara memberikan kantong plastik itu ke Rena, "izinin gue ya, bilang aja gue sakit tiba-tiba." Kata Adara dan setelah itu ia langsung berlari menuju ke arah Roland, dan Adara pun langsung memanjati gerbang.

Roland terkekeh melihatnya, "yang, sempak lo warna pink ya?"

***

"Dar," panggil Roland ketika mereka berdua sudah berada di dalam mobil.

"Apa?" Tanya Adara.

"Gue tau sekarang gue mau melihara apa." Kata Roland sambil menjalankan mobilnya.

"Apa emangnya?"

"Kecebong."

Adara menatap Roland dengan tatapan cengo.

"Lan, gue gak ngerti kenapa lo makin hari makin gila."

"Gue serius."

"Bodo amat, Lan. Serah lu."

"Kecebong itu belinya dimana ya?" Tanya Roland dengan menggaruk-garukkan kepalanya.

Adara memutar bola matanya, "au ah gelap."

"Ish! Jahat banget sih."

Adara mendelik, "ya lagian lu aneh-aneh. Bisa gila gue lama-lama."

Roland mencebikkan bibirnya, "gapapa lu gila yang penting lu cantik."

"Serah Lan serah." Kata Adara malas.

"Btw, tadi kenapa keknya lu sama Rena kayak diem-dieman gitu? Berantem?" Tanya Roland mengalihkan pembicaraan.

"Gak berantem, cuma kayaknya gue kemaren ada salah ngomong gitu sama Rena jadi yaa gitu deh." Adara menghela nafasnya. "Emang salah ya kalau gue kayak gini cuma untuk ngelindungin keluarga gue sendiri? Gue bukannya gak percaya sama Rena, ya tapi gimana ya? Susah deh jelasinnya."

"Lo gak salah, cuma cara lo doang yang salah. Gini deh, lo percaya gak sama Rena?"

Adara terdiam sebentar lalu menggeleng, "enggak."

"Kenapa?"

"Karena gue udah tau sifat busuknya dia."

Roland berdecak, "posisi gue netral ya disini. Gue gak ada belain Rena maupun belain lo. Tapi coba deh pikir, Rena itu udah niat kalau dia gak bakal balik ke Dion, Dar. Lo itu jangan ngambil kesimpulan sendiri deh. Gue tau siapa sepupu gue." Kata Roland sambil menekan kata 'siapa' dan 'sepupu'.

"Tuh, katanya netral tapi lo malah belain sepupu lo itu."

"Coba deh posisinya di balik. Gue yang nuduh kalau Ben, sepupu lo itu, yang bakal selingkuh? Gimana? Gak terima kan? Sama, Dar! Mana ada orang yang mau keluarganya di tuduh yang engga-engga padahal belum ada buktinya." Roland menghela nafasnya. "Udah ya, gue lagi males berantem sama lo."

"Gak ada yang ngajak lo berantem." Kata Adara dengan kesal sambil mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela.

"Gini deh, mau lo apa sekarang?"

"Lo nanya mau gue apa sekarang? Gue mau turun."

Roland kembali berdecak, "jangan niru-niru adegan FTV deh, Dar. Alay."

Adara hanya diam dengan raut wajah masam. Roland pun menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Biar gue aja yang naik taksi. Kalau mood lo udah bagus, chat gue." Roland menatap Adara. "Jangan terlalu egois, Dar. Gue tau niat lo baik. Gue di sini cuma ngasih saran doang kok. Jangan ngebut-ngebut ya bawa mobilnya. Gue sayang lo."

Setelah itu Roland pun langsung keluar dari mobil. Dan langsung menyetop taksi yang kebetulan lewat.

Satu persatu bulir air mata Adara menetes membasahi pipinya. Adara terisak dengan keras mengeluarkan semua keresahan hatinya yang bahkan orang yang membuatnya resah pun sama sekali tak peduli dengannya.




***

Lucu-lucuannya di stop dulu yaahh. Wkwkwk. Ini part terpendek huhu dan sama sekali belum gue baca ulang+edit. Maafkeun, mataku sudah tak kuat lg menahan kantuk :"3. Mungkin nanti sore/malem bakal aku edit lagi yg kata2nya terlihat gak jelas(?).

18 Juni 2016

ROLANDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang