Prolog

307 21 3
                                        

Mentari masih saja berbaring di tempat tidur nya. Tanpa memperdulikan bunyi alarm dan teriakan yang berasal dari saudara laki-laki mnya. Sesekali ia menggerutu dan menggeram karena saudara laki-laki nya yang sangat iseng--alias jahil dengan menyirami nya seember air dingin, seperti kemarin. Alhasil kemarin ia tidur di sofa kamar nya karena ranjang kesayangan nya yang masih belum sepenuh nya kering.

Ia meringis ketika mendapat satu gigitan di bagian tangan nya. Begitu merasakan gigitan yang sangat kuat, gadis itu langsung bangun dan melempar bantal bebentuk love kepada saudara laki-laki nya.

Ia berteriak membuat saudaranya berhenti tertawa dan menutup kedua telinga nya cepat.

"Jangan ganggu gue!" teriak nya kesal.

"Yha, itu si terserah lo. Gak denger apa tu alarm udah bunyi, coba diliat sekarang jam berapa?" ejek saudara laki-laki nya membuat gadis itu mendongak menatap jam dinding.

"Allahu Akbar!" ia bergegas mengambil handuk nya dan masuk ke kamar mandi.

Sedangkan Alfa-saudara nya hanya bisa menahan tawa agar tidak menganggu tetangga sebelah.

"Emang enak lo. Mana ada sih, jam tujuh pagi langit masih item. Kecuali mendung, bhak." ucap nya mengambil jam dinding yang sehabis ia ubah jarum jam nya lalu ia kembalikan lagi.

Setelah itu Alfa turun ke bawah menunggu teriakan adik perempuan kesayangannya. Ia bisa menebak, dalam hitungan ketiga, pasti rumah ini akan roboh gara-gara suara toa milik adik nya. Oh itu terlalu berlebihan.

Satu, dua, ti--

"Abang! Ini masih jam enamm pagii! " teriak gadis itu dari arah kamar nya.

Tak lama kemudian, ia turun dari lantai atas sambil berlari cepat. Ia menarik nafas nya dan menyipitkan mata nya menatap Alfa.

"Pokok nya hari ini lo harus jadi supir gue seharian atau gue kasih tau kak Nada kalo kemarin lo mampir ke tetangga cantik di sebelah!" ancam gadis itu sambil menunjuk Alfa yang melebarkan mata nya.

"Wah wah, jangan dong. Adik ku ya--a--aduhh." Alfa memegangi telinga yang dijewer oleh adik perempuan nya.

"Sakit dek, iya gue jadi supir!" Mentari melepaskan jewerannya lalu tertawa layaknya nenek sihir membuat Alfa bergidik ngeri melihatnya.

Alfa mengelus telinga nya yang memerah, "emang enak." Mentari menjulurkan lidah nya.

"Awas aja lo." Alfa menunjuk adik nya dengan kesal.

"Ladies always be the winner!" teriak Mentari loncat-loncat sambil menunjukan lidah nya tanda mengejek.

"Dasar toa berjalan!" Mentari langsung membulatkan mata nya dan melempar sendok plastik dan--

--ups.

"Aw." ringis abang nya yang paling tua.

Alfa medekatkan diri nya kepada Mentari dan berbicara dengan suara kecil, membentuk kalimat mampus-lo.

"Siapa yang ngelempar sendok pagi-pagii?" geram Aga-abangnya yang paling tua.

Mentari menunjukan sederet gigi putih nya dan menunjukan jari tengah jari telunjuk nya membentuk peace.

"Peace bang." Mentari mengedipkan mata nya beberapa kali sambil menunjukan senyuman termanis milik nya.

"Pasti ulah nya Alfa!" tuduh Aga kepada Alfa, tak lama kemudian Alfa tersedak.

"Eh buset, dia yang ngelempar dia yang salah lah bang." Alfa membuka mulut nya lebar-lebar.

Unpredictable Where stories live. Discover now