Surprice

189 10 0
                                    

Nina meraih ponselnya, mencari-cari nama Nauval di sana. Setelah di dapat dia segera menekan tombol memanggil lalu mendekatkan ponsel di telinganya--tanpa enggan melepaskan pandangannya pada mereka yang sedang seru membicarakan sesuatu. Ketika di dengar suara menyambungkan dari telinganya, Nina memperhatikan Nauval yang seperti merogoh ponselnya dari dalam saku celananya, laki-laki itu melihat ke layar ponselnya lalu memasukkannya kembali ke dalam saku celananya dan kembali berbincang dengan Fara.


Tanpa perintah, air matanya turun begitu saja. Ini sangat sakit, bahkan sakitnya melebihi saat mengetahui pengakuan Dera jika Nauval dengan Dera saling mencintai.


Beginikah rasanya, jatuh cinta berkali-kali dengan orang yang sama, sekaligus patah hati berkali-kali dengan orang yang sama? Sama-sama sakitnya ketika jatuh dan patah berkali-kali dengan orang yang sama.


Entah kekuatan darimana, Nina beranjak dari duduknya untuk segera meninggalkan café itu. Dia tidak ingin berlama-lama melihat pemandangan yang membuatnya sesak. Kebetulan tempatnya tidak jauh dari pintu keluar, café juga terlihat ramai pengunjung jadi Nauval tidak akan melihatnya juga berada di café itu.

**


Sampai di rumah, Nina langsung berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Tidak peduli dengan keadaan rumah yang memang terlihat sangat sepi. Dia butuh ketenangan, dia butuh kedamaian. Cokelat panas yang sempat sedikit membuatnya merasa nyaman, lenyap begitu saja bersama sakit yang menyiksa dadanya. Gadis itu tiduran dengan posisi tengkurap memeluk salah satu boneka spongebob di atas ranjang.


Pipinya sudah banjir air mata yang sedari tadi di tahannya. Bayangan tentang kejadian-kejadian di café tadi selalu memenuhi kepalanya, senyum bahagia yang terpancar dari wajah Nauval dari setiap ucapan yang keluar dari mulut Fara sungguh mengganggu pikirannya. Rasanya ingin sekali berhenti untuk mencintai Nauval, namun hatinya masih saja bersikukuh mempertahankan hubungan yang hanya dengan pondasi sepihak.


Harus ya? Sebegini menyakitkannya mencintai laki-laki seperti Nauval?


Entah berapa kali pertanyaan itu selalu muncul dalam pikiran Nina, dia hanya butuh melampiaskan rasa sakitnya dengan air mata. Dia butuh sendiri untuk menenangkan hatinya, hingga dalam isakannya Nina mulai memejamkan matanya dan tertidur pulas.


**

Nina mengerjap-ngerjap matanya, sorotan cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah jendelanya telah membangunkan tidur nyenyaknya. Matanya masih terasa berat sekali, kepalanya juga masih sedikit pusing, nggak tahu berapa lama dia membuang air matanya untuk kekasihnya itu. Nina meraih ponselnya di atas meja, lalu menggeser layar ponselnya.


Dugaannya salah, yang awalnya dia pikir Nauval akan mengirimkannya pesan singkat berkali-kali atau bahkan meninggalkan beribu-ribu jejak panggilan tak terjawab ternyata salah besar. Tidak ada notifikasi apapun dari Nauval. Dia pun tak berniat sama sekali untuk mengawali nge-chat terlebih dahulu.


Nina meremas pelan-pelan kepalanya, rasanya masih berat. Nina melemparkan ponselnya di atas ranjang dan beranjak dari tidurnya.


Nina mendekat kearah cermin, berdiri di depannya, memperhatikan matanya yang sembab. Sepertinya tidak terlalu parah untuk berangkat ke sekolah, paling-paling hanya Felly yang menghujaninya dengan banyak pertanyaan.


Tidak butuh waktu lama, Nina sudah rapi dengan penampilannya dan siap untuk berangkat ke sekolah.


Drrrrttt drrrtttt

From : Nauval
Sorry sayang, nggak bisa jemput. Bisa berangkat sendiri kan? Ada urusan mendadak nih.


Nina mengulum bibirnya, tidak ada ucapan selamat pagi ataupun permintaan maaf atau mungkin pertanyaan kenapa semalam Nina telfon Nauval. Sama sekali nggak ada. Sungguh pagi-pagi seperti ini Nina sudah di buat naik-turun nafasnya. Bahkan Nina sudah meyakini jika hati hati dan otak Nauval sudah di jual. Buktinya laki-laki itu masih belum menunjukkan tanda-tanda sebagai manusia hidup. Sama sekali tidak.
Setelah membaca pesan dari Nauval, dia langsung memasukkan ponselnya di dalam tasnya. Dia harus bisa mengontrol emosinya.



Kau Setia Tapi Tak NyataWhere stories live. Discover now