Terungkapnya Sebuah Rahasia

225 14 0
                                    

Sepulangnya dari rumah pohon itu, tidak ada lagi percakapan di antara mereka dalam perjalanan. Nina yang biasanya mencibir Nauval kini memilih memangku dagu dan memandang keluar jendela mobil, sedangkan Nauval hanya memandang lurus ke depan fokus menyetir. Mereka memilih bungkam dan hening di dalam mobil. Bukan tidak ada topic yang mereka bicarakan namun mereka tidak tahu harus mengawali pembicaraan dari mana. Bahkan setibanya di rumah Nina, tak ada sepatah kata pun yang mereka ucapkan ketika akan berpisah. Semua masih terasa kaku. Nauval langsung berpamitan pulang, melihat hari juga sudah malam.

Nina langsung berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya, lalu menutup pintu dan menguncinya. Gadis itu langsung melemparkan tubuhnya di atas ranjang, meraih satu boneka spongebob-nya dan memeluknya. Nina tersenyum, memandang langit-langit di kamarnya. Masih terekam indah semua kejadian yang baru saja dia alami dalam ingatannya.

"Nauval..." Lirihnya pelan kemudian memejamkan matanya, mengulas senyum bahagia di bibir mungilnya. Sungguh hari ini adalah hari paling bahagia dalam hidupnya. Semua kejadian yang dia alami setiap detiknya, tidak akan dia lupakan sedikit pun.

Saat Nauval meniup tangannya...

Saat Nauval menatapnya penuh arti...

Ketika Nauval mengambil ciuman pertamanya...

Ketika Nauval mengatakan...

"Apa aku dengan Nauval sudah resmi jadian?" ucapnya pada diri sendiri. Nina bergelut dengan pikirannya hingga tidak sadar matanya mulai terpejam dan tertidur.

**

Nina membuka matanya perlahan saat cahaya mentari pagi mulai menelusup dari jendela kamarnya, dia merenggangkan otot-ototnya untuk mulai beranjak bangun dari tidurnya.

Tok tok tok!!

"Nina. Bangun! Kamu hari ini masuk kan?" teriak Bu Hesty dari balik pintu kamarnya.

"Iya ma, ini sudah bangun." Jawabnya setengah teriak.

"Mama tunggu di meja makan sama papa, cepetan mandinya nanti telat."
"Iya."

Nina mulai bangun dan duduk di tepi ranjangnya. Dia mencium bajunya yang ia kenakan dan teringat bahwa semalam dia tertidur dan tidak mandi. Nina segera meyambar handuk lalu berjalan masuk ke kamar mandi.

Tiga puluh menit setelah siap, Nina melihat dirinya di depan cermin. Menyisir pelan rambutnya, dia tersenyum. Kemudian menyentuh bibirnya dengan dua jarinya. Nina kembali sadar saat melihat jam dinding di belakangnya yang terlihat dari cermin menunjukkan jam setengah tujuh kurang, Nina langsung berlari menuruni anak tangga menuju ke meja makan.

"Kamu lama banget sih Nina?"

"Iya pa, Nina pikir masih terlalu pagi ini."

Nina meminum habis susu yang di siapkan di meja untuknya, lalu mencomot dua lembar roti di atas meja. Nina mencium pipi mama dan papanya dan segera berpamitan untuk berangkat ke sekolah.

Gadis itu tidak sabar akan bertemu dengan Nauval setelah kejadian kemarin. Dia mencoba menerka-nerka bagaimana sikap Nauval hari ini kepadanya. Sepanjang perjalanan menyetir mobil, Nina tidak berhenti menyunggingkan senyumnya.

Beginilah ketika cinta telah memanggil satu hati, apa yang di rasa selalu bahagia, apa yang di terima selalu indah. Senyum kecil akan menjadi alasan bahagia itu sendiri.
Nina menyusuri seluruh koridor sekolah, mencari-cari sosok laki-laki pujaan hatinya. Namun tak kunjung di temuinya, beberapa orang temannya pun yang di tanya tidak tahu dimana Nauval berada. Di ruang OSIS juga tidak ada. Nina berlari kearah kelas Nauval, langkahnya terhenti tepat di depan pintu kelas Nauval.

Kau Setia Tapi Tak NyataDonde viven las historias. Descúbrelo ahora