7. Kirimi Aku Malaikat

772 258 52
                                    

Lagu nya pas banget sambil baca part ini.

Selamat membaca :*

*****

<Riska POV>

Masuk buku Kasus sudah hal biasa. Makanan sehari-hari malahan. Gue lelah, nggak mampu lagi untuk berdiri. Untuk berbicarapun gue males. Malas lahir dan batin, fisik dan psikis serta rohani.

Riska jadi anak nakal? Uda dari dulu, semenjak papa meninggal. Perhatian mama, hanya untuk kerja kerja kerja dan kerja. Pergi pagi, pulang malam. Pagi hanya ketemu pas sarapan. Malam, kadang gue uda tidur, mama blum balik.

Sebegitu pentingnyakah uang bagi mama? Samapai-sanpai anaknya dibiarin. Riska Nggak Makan seharianpun mama juga nggak tahu. Mama mana pernah perduli sama Riska? Uang nggak bisa beli kebahagian ma...

Nggak selamanya ada uang kita bahagia.. uang nggak bisa beli waktu. Toh mama uda tua. Riska sanggup kerja. Nggak perlu sekolah lagi. Toh orang lulus sekolah dengan nilai tinggi sekalipun belum tentu dapat pekerjaan yang layak.

Riska mampu kerja. Jualan? Teman Riska banyak kok yang bisa bantu beli jualan Riska. Kerja jadi OB? Gapapa, selagi itu halal kenapa nggak? Toh kita nggak mencuri. Belajar dari bawah..

Roda kehidupan itu selalu berjalan. Nggak bakalan mama selalu diatas. Pasti ada jatuh. Tapi kenapa mama nggak pernah cerita sama Riska saat mama uda nggak sanggup nahan perasaan itu? Mama nangis saat makan ketika Riska uda tidur. Mama melamun sendiri saat Riska curhat sama mama.

Apakah Riska terlalu kecil untuk mengetahui pekerjaan mama? Rutinitas mama? Sampai-sampai, Riska seperti nggak dianggap?

Sekarang, mama dipindah tugaskan di Singapore. Setiap bulan mengirim uang untuk keperluan sekolah, kehidupan sehari-hari, bayar gaji bik Denah, bayar uang sekolah.

Bukan itu ma yang Riska mau. Riska cuman pengen mama nelpon. Nanya keadaan Riska. Nanya keadaan sekolah gimana? Nanya gimana pergi sama teman-teman tadi? Gimana keadaan rumah? Sehat-sehat aja kan? Jangan nakal ya. Mau nitip sesuatu nggak ntar mama pulang ke Indonesia? Ntar mama ajak Riska ke Singapore ya.

Cuman itu ma yang Riska mau. Nggak lebih, nggak kurang. Riska nggak pernah nuntut untuk dibelikan baju baru, handphone baru , untuk ngikutin zaman. Cukup ada mama disini. Disamping Riska. Itu udah lebih dari cukup...

Ma,,

Riska kangen mama..

Riska juga kangen papa. Mama berubah sejak papa pergi ke surga.

Pa, balikin mama seperti yang dulu. Keluarga kecil kita yang bahagia.

Mama yang selalu ceria, mama yang selalu perhatian, mama yang akan menunggu kepulangan kita dari sekolah dan dari kantor dengan senyum lebar menanti di rumah, dengan segala masakan terhidangkan dimeja makan. Kemudian makan malam bersama.

Aku kangen dengan suasana rumah yang penuh canda tawa, yang hangat. Kadang pertengkaran hebat tak terhindarkan, aku hanya bisa mendengar dari jauh, menutup kuping dan menutup mata. Berharap semoga ini hanya mimpi. Dan ketika membuka mata, semua kembali seperti semua.

Aku rindu kalian...

Ingat ketika kita bertiga pergi makan malam disebuah restoran di seberang sana? Masih tertanam kuat dimemoriku. Lupa membawa dompet di sebuah restoran bintang tiga. Sang manager berapi-api memarahi kami.
Urat maluku serasa ingin putus. Muka ingin kututup dengan tas yang ku bawa. Tapi mau bagaimana lagi? Apes sedang menerpa. Kami punya uang untuk membayar, kebetulan saja ketinggalan dirumah. Teledor memang. Wajar dong. Namanya juga manusia. Managernya juga pasti pernah teledor kok. Kalau yang sempurna mah nggak ada didunia ini. Kecuali yang Maha Pencipta. *membela diri*

Ingat ketika kita bertiga pergi ke mall? Dan tak sengaja papa jatuh tersandung kemudian tersungkur mencium lantai? Para pengunjung manatap kami aneh dan berbisik menertawakan kami. Sebenarnya lucu juga. Andai waktu itu sudah zamannya handphone, sudah dipastikan bakalan gue abadikan kejadian itu. Trus masukin ke Instagram, Facebook, Path. Hahaha
*anak durhaka. Tolong jangan diikuti*

Seru rasanya bisa mengulang kejadian itu lagi.

Kejadian yang bakalan susah untuk dilupakan walau seratus tahun berlalu. *kalau umur panjang. Amin.*

Pa,...

Riska capek. Riska butuh bahu untuk menopang Riska ketika Riska nggak mampu lagi untuk bangkit dari jatuh kedalam jurang yang sangat sangat dalam. Riska butuh tempat. Tempat untuk berbagi segala keluh kesah. Riska butuh tempat untuk Riska meneteskan air mata.

Ma, cepat pulang. Riska udah kangen..

Riska juga kangen papa..

Pa, kirimkan Riska malaikat kecil untuk jaga Riska dan mama disini ..

****

Malaikat apa hayoo?? Ada dehh masi rahasia

Pengen tahu cerita selanjutnya?
Ditunggu ya part yang akan datang.

Selamat membaca,
Salam cium dari author :* :*

ErinaKwa

Missing Puzzle #Wattys2016Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang