Blue Guitar Cover

Mulai dari awal
                                    

"Bohong lu! buka nih pintu, gue di bawah." Dan pembicaraan pun terputus.

Lily menatap ponselnya dengan kening yang mengerut, lalu ia melemparkan benda pipih itu ke kasur sementara ia berjalan keluar kamar. Sahabatnya yang satu itu memang suka tiba-tiba saja datang ke rumah tanpa pemberitahuan.

Iya kalau Lily memang tengah berada di rumah, kalau kebetulan dia tengah keluar rumah? Mau ngobrol sama siapa dia? Kedua orang tua Lily selalu pulang sore, bahkan tak jarang mereka pulang malam karena toko tengah ramai. Jadi hampir tak pernah ada siapa –siapa di dalam rumah.

Dengan tergesa Lily menuruni anak tangga dan berusaha mempercepat langkahnya dengan berlari kecil menuju pintu depan, dimana Suzy yang bertubuh semampai sudah berdiri menantinya membuka pintu. Ya semampai, semeter tak sampai. Suzy memang sangat mungil, tingginya paling hanya seratus empat puluh. Imut sekali dia.

"Kalau mau kesini ngomong dulu kek! Kalau gue lagi enggak ada di rumah mau apa lo?" cerocos Lily sambil membukakan pintu.

Suzy hanya nyengir kuda sambil melangkahkan kakinya ke dalam rumah. Ia menjinjing sebuah tas plastik dengan logo sebuah bakery ternama. "Apa tuh?" tanya Lily sambil mengintip isi tas itu.

"Nih, gue beli buat elo. Gue tahu elo lagi galau," jawab Suzy sembari menyerahkan oleh-olehnya pada tuan rumah. Lily menyikut gadis mungil itu sambil mengulum senyum. Dihirupnya wangi semerbak yang menguap dari kotak dalam plastik itu, wangi croissant yang baru keluar dari panggangan. "Croissant ya?"

"Yap, croissant kentang." timpal Suzy sambil mendaratkan pantatnya di atas sofa ruangan keluarga. Tanpa canggung lagi ia meraih remote TV dan menyalakan benda persegi panjang berlayar datar di seberang ruangan.

"Jam segini kenapa enggak pernah ada acara yang seru sih ya?" gerutunya sambil memindah-mindahkan channel, mencari saluran yang menayangkan acara yang menarik perhatiannya.

Tapi karena tak ada acara yang asyik untuk ditonton ia pun lebih memilih untuk mematikan TV dan meletakkan remote itu kembali di tempatnya semula. Lily tak mengatakan apapun, ia tengah asyik menikmati croissant oleh-oleh Suzy.

Croissant kentang memang tak semengembang croissant berbahan tepung, tapi teksturnya lebih penuh dan lembut, makan satu pun kenyang. Tapi sepertinya ia ingin memakan satu lagi, apalagi croissant kentang ini ternyata ada isinya. Yang baru saja ia makan isinya keju leleh. Enak sekali.

"Beneran nangis kan lo?" celetuk Suzy tiba-tiba.

Lily terbatuk dan melirik gadis itu, namun ia tersentak kaget saat menyadari bahwa Suzy tengah memperhatikannya dengan tatapan penuh selidik. Hidungnya bahkan sampai nyaris menempel pada pipi Lily. "Biasa saja dong itu lihatnya! Takut gue!" protes Lily sambil mendorong muka temannya itu dengan telapak tangan.

Bukannya marah Suzy malah tertawa terkekeh dan memundurkan tubuhnya sampai ada jarak yang normal di antara mereka. Tangannya menjulur untuk mengambil sepotong croissant dan menggigit ujungnya sedikit.

"Mikirin Marion lagi ya?" ia masih penasaran.

Lily menghela nafas dan seleranya pada croissant dengan isi cokelatnya langsung hilang. "Bukan mikirin, kepikiran," elaknya sembari meletakkan croissant yang tinggal sepotong itu di dalam kotak.

"Iya, sama saja.. sambil lihatin foto Marion yang ngucapin happy birthday itu kan?"

"Gue kangen sama dia.."

"Tapi dia kan enggak!"

"Sok tahu lo!"

"Eh, kenapa elo malah bentak gue?" protes Suzy dengan kening yang mengerut. "Elo tuh yang duluan bentak gue...nyolot sih lo!" elak Lily sambil menaikkan kakinya di atas sofa, lalu memeluk lututnya dengan wajah muram.

Endless BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang