TWENTY

16 1 0
                                    

"Ciuman pertamaku?" Euphy tidak mampu bergerak dalam posisinya sekarang yang sebenarnya adalah batas toleransinya. Jarak wajah mereka sudah terlalu dekat, tidak sampai 10 senti, apalagi badan mereka yang sudah bersentuhan sejak awal.

"Ya, bolehkah?" Tanya Nova.

Euphy yakin ia tak akan dapat menjawab sehingga ia hanya mengangguk kecil, sangat kecil, tapi cukup besar untuk Nova.

Ia meletakkan tangannya di belakang leher Euphy, menariknya lebih dekat hingga mereka dapat saling merasakan nafas masing-masing di wajah mereka.

"A..apa yang harus kulakukan? Maksudku... ini pertama kali..." Euphy gugup bertanya. Ia yakin pembuluh darah di wajahnya sudah pecah dan wajahnya merah total.

"Tenang saja. Jangan khawatir." Ujar Nova lembut.

Dengan perlahan dan lembut bibir Nova menyapu bibir Euphy, lalu berdiam di sana beberapa saat sebelum pergi.

"Thanks." Ujar Nova.

Euphy lagi-lagi hanya mengangguk. Sepertinya suaranya hilang entah ke mana.

Dalam perjalanan pulang pun mereka tidak begitu banyak bicara, tapi mereka menikmati keheningan itu.

"Kalau begitu, sampai besok, Euphy." Ujar Nova.

"Ya."

Namun begitu Nova berbalik dan berjalan pulang, Euphy langsung menubruknya dan memeluknya erat. "Lusa bisa temani aku ke suatu tempat?"

"Tentu saja."

Euphy melepas pelukannya dan tersenyum senang. "Oke. Sampai jumpa besok."

* * *

"Euphy, oh aku senang sekali!" Tyler melompat-lompat seperti anak kecil yang kegirangan diajak ke sirkus.

"Kau segitu senangnya melihat adikmu gugup di depan panggung?" Tukas Euphy kesal.

"Oh, aku tahu kau tidak gugup. Sebaliknya kau malah menantikan hari ini bukan?" Balas Tyler.

Euphy tak membalasnya dan segera beranjak, "Aku pergi duluan."

Ia memang menantikan hari ini, tapi itu sejak kemarin malam. Sebelum itu, ia bahkan tidak berniat datang ke gedung yang berdiri megah di depannya saat ini.

"Ho, datang juga ternyata." Sebuah suara familiar memaksa Euphy memutar kepalanya untuk melihat.

"Hai, Caesar." Balas Euphy sambil tersenyum tajam.

Caesar nyengir. "Sepertinya kau datang dengan persiapan ya."

Euphy hanya tertawa. Ia tidak ingin menyebutkan persiapannya H-1 yang sama sekali tidak matang.

Saat mereka berdua berjalan masuk ke dalam gedung, Euphy menyadari wartawan telah memergoki mereka dan mendekat. Ia segera mempercepat jalannya.

"Mau ke mana? Kau takut dengan wartawan?" Ujar Caesar.

"Aku tidak pandai berbicara, itu saja. Yah, lihat saja nanti." Sahut Euphy sebelum menghilang ke ruang tunggu peserta.

* * *

Babak semifinal usai, langsung dilanjut babak final. Euphy dengan sempurna masuk ke lima besar peserta final.

Our Hearts' ResonanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang