ONE

31 1 0
                                    

Bel pulang berbunyi. Suara meja berderit bergesek dengan lantai, ramai anak-anak berbicara riuh rendah merencanakan kegiatan mereka sepulang sekolah.

"Euphy, temani aku jalan-jalan, yuk." Ujar Beth. "Sumpek aku seharian di kelas ini."

"Oke." Euphy berdiri dan berjalan keluar kelas. "Mau ke mana?"

"Hmm, mall?"

"Oke. Kau belanja, aku ke game center." Sahut Euphy.

"Bodoh, aku mengajakmu karena ingin bersamamu!" Tukas Beth. "Kalau kau pergi sendiri, apa gunanya?"

"Baiklah, baiklah." Euphy menyerah.

Karena masih siang, tidak banyak orang dan tidak terlalu ramai. "Jadi kita ke mana dulu?" Tanya Euphy.

"Bagaimana kalau ke cafe dulu? Setelah itu baru ke toko buku kesukaanmu." Usul Beth.

"Oke."

Setelah mendapatkan kopi yang diinginkannya, Beth tidak lagi protes pada Euphy ke mana saja ia dibawa. Seakan mood-nya terangkat karena kopi itu.

"Euphy, lihat. Anak itu mainnya cukup bagus ya." Beth menunjuk ke arah pameran piano di tengah jalan mall. Di sana ada anak kecil bermain lagu Twinkle Twinkle Little Star.

Euphy melihat itu dan wajahnya langsung berubah kelam. "Ayo kita pergi."

"Kau masih saja? Kenapa? Sudah lima tahun berlalu." Ujar Beth.

Euphy tak membalas. Ia hanya mempercepat jalannya. Ia tahu lima tahun seharusnya cukup untuk menyembuhkan dirinya, tapi kenyataannya tidak.

"Sampai besok." Euphy melanjutkan jalannya pulang.

Beth melihatnya dari jauh. "Kuharap kau menemukan orang yang bisa membuatmu suka lagi pada musik."

Euphy hanya bisa memaksakan sebuah senyuman untuk membalasnya. Sesampainya di rumah, ia ingin segera merebahkan diri di kasur. Tetapi entah kenapa ia terhenti di depan sebuah ruang, di mana dulu ia dan ayahnya sering menghabiskan waktu bersama, bermain musik klasik.

Tetapi sekarang ruangan itu tak pernah lagi terisi. Kosong dan dingin. Suara-suara yang meramaikannya tak lagi terdengar. Lalu perkataan Beth terngiang di telinganya. "Kuharap kau menemukan orang yang bisa membuatmu suka lagi pada musik."

Ia tersenyum pahit. "Kuharap juga begitu."

* * *

"Euphy!" Seru Beth mendatangi Euphy yang baru saja duduk di tempatnya. "Kau tidak apa-apa?"

"Hah?" Euphy menatap Beth heran.

Beth menggaruk-garuk belakang lehernya, tanda ia bingung. "Kupikir kemarin aku bicara berlebihan."

"Ah, soal itu. Tidak apa-apa." Sahut Euphy.

"Baiklah kalau begitu." Beth tersenyum senang. "Kira-kira kelas kita akan melakukan apa untuk pentas seni ya? Tahun ini ada agendanya kan?"

"Entah, asal tidak merepotkan, aku tidak keberatan." Sahut Euphy. Ia paling tidak senang tampil di atas panggung.

"Setidaknya berpartisipasilah. Sejak kejadian itu kau tidak pernah peduli pada kelasmu dalam pentas apapun." Ujar Beth.

Our Hearts' ResonanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang