002

178 8 2
                                    

Jadi teringat pm nya @inposong saat senja di tempat KKN (Bantaeng).
"Kenali kata-katamu yang aku culik kesini yah, ndah"😁

--------%(^.^)%------

(Daffa's POV)

Langit mulai memamerkan jingganya ketika matahari sempoyongan memeluk bumi.

Ditambah lagi dengan alunan adzan maghrib yang menggema di sekitar kost-an ku. Maklum, masjidnya tepat di depan kost kami. Sebenarnya sih pondokan. Pondokan "The Gurhoba" sebutan kami, para penghuni pondok, yang in sya Allah akan menjadi al-gurhoba. Orang-orangan yang terus melakukan perbaikan di tengah umat yang hancur, seperti kata baginda Rasulullah SAW.

"Udah siap ke masjid, Daff?" tanya pemilik suara kalem dengan kepribadian tak kalah kalem. Namanya Drian. Sebenarnya kami sekelas, dulu. Tapi karena aku sudah nyeberang semester hingga semester 12, jadinya dia seniorku, karena melanjutkan S2 nya di kampus kami. Aku suka menggodanya dengan memanggilnya kanda. Padahal, aku lebih tua tiga bulan darinya.

"Siap dong, kanda.." ucapku sambil mengedipkan mata.

"Najis tralala trilili..." ucap Faris yang tiba-tiba datang entah darimana.

"Emang sih Drian unyu, mirip cewek. Dipakein hijab, pasti cantik dia. Tapi, gak usah antum goda gitu, napa. Dia temen tidur ane, coy," seloroh Faris.

Aku tertawa, sementara Drian menghela nafas.

"Language, Ris," tegur Drian.

"Astagfirullah," Faris beristighfar atas ucapan 'najis tralala-trilili'nya. Kata-kata yang tidak mendatangkan manfaat, bahkan tidak enak didengar. Karena seorang muslim 'hendaknya berkata baik atau diam'.

Di pondok ini, aku, Faris, dan kak Pasha memang terkenal suka berseloroh tidak jelas bahkan garing. Tapi tetap, yang juaranya si Faris. Soalnya kak Pasha kalau lagi serius serem banged. Kalau aku mah, apa atuh. Hahaa..

"Ayo ke masjid, masa mau masbuk?" ucap kak Pasha yang mulai melangkah mendahului kami. Kami bertiga mengikutinya.

Jujur, aku kagum pada pemimpin sepertinya. Kak Pasha, pemimpin yang benar-benar pemimpin menurutku. Mengayomi, membimbing, bahkan berkorban demi kami. Dia tidak pernah mengatakan sesuatu yang bersifat memerintah, tapi selalu mengajak.

Ketika ia memerintahkan kami untuk melakukan sesuatu, setelah itu ia yang akan melakukannya duluan, dan kami akan mengikutinya. Ia selalu tahu, apa yang harus dilakukan sebagai seorang pemimpin.

Iqomah sudah menggema dari bibir muadzin yang merupakan teman sekamarku. Namanya Raihan. Kalem seperti Drian.

Yang menjadi imam malam ini adalah kak Pasha. Ia melantunkan surah ar-rahman yang betul-betul menyanyat hati.

Fa bi ayyi aalaa-i rabbi kumaa tukaddzibaaan...

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Allah memberikan pertanyaan ini pada manusia sebanyak 31 kali dalam surah ar-Rahman. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan.

Masha Allah. Betapa luar biasa nikmat yang dititipkan Allah pada kita, hamba-Nya. Nikmat kesehatan, kesempatan, rezeki, bahkan nikmat keimanan.

Yang dengan nikmat itu, kita rela mengangkat bahkan menyeret kaki ke masjid. Yang dengan nikmat itu, kita rela mengucek mata saat dua pertiga malam maupun subuh. Yang dengan nikmat itu, kita bersimpuh merendahkan diri memohon pada-Nya. Bahkan mereka yang mengkhianati-Nya, mencoreng nama-Nya, bahkan berusaha menjadi tandingan-Nya, pun diberikan nikmat oleh Allah.

Not Cinderella's WeddingWhere stories live. Discover now