DUA

14.6K 444 10
                                    

"Elo dengerin gue nggak sih, Al?" Aku tergeragap menatapnya, oke fokus Al! Kamu harus fokus! Alan menatapku dengan khawatir, "Itu handband siapa?"Alan menunjuk ke pergelangan tangan kananku, ke arah Handband putih yang kukenakan. Handband dari Sandi, teman sekelasku yang juga hobi main basket. Dia memberikan handband ini karena tau aku suka main basket, dan mungkin juga karna dia punya perasaan terhadapku.

"Denger kok." Jawabku singkat. Padahal daritadi aku tidak mendengar lagi apa yang Alan katakan, aku nggak perduli! Please, jangan bahas ini lagi Lan. " Ini Handband guelah, dikasih sama Sandi" Alan tidak menjawab. Kami berjalan menuju parkiran dalam diam, mungkin Alan kagok juga melihat reaksiku. Setengah enggan, aku bertanya "Udah tukeran nomer hape?"

"Udah" Jawabnya lesu, tidak se-semangat tadi. Aku jadi merasa bersalah, tapi aku masih belum bisa menguasai perasaanku sendiri. Akhirnya kami pulang tanpa berkata apa-apa. :(

---..........----

"Hoi, kenapa lo?" Mita mengibas-ibaskan tangannya didepan mukaku, membuatku tersadar. Oh oh, aku melamun lagi! Arghhh, aku kenapa sih?! Kupaksakan sebuah senyum hambar padanya, tapi dia malah mendelik. "Elo lagi ngapain sih? Senyum ya itu? Jelek amat!" Sahutnya tanpa basa-basi.

"Dasar lo!" Aku langsung tersenyum kecut. Mita mengambil tempat disebelahku, dia ikut tersenyum. Mita ini sahabatku, sebenernya kami sahabatan bertiga. Sama Fara juga, tapi sekarang Fara lagi mudik ke Gunung Kidul gitu deh.

"Nah, gitu dong. Kalau senyum tuh jangan maksa kayak tadi," Dia mengingatkan sambil mengamati wajahku, seperti ada sesuatu yang salah diwajahku. "Elo lagi berantem ya sama Alan?" Tanyanya menyelidik. Aku langsung memberengut dan membuang muka. Dia udah orang ke 11 yang nanya kayak gitu ke aku, emangnya ada apa sih?

"Nggak, Mit. Emangnya kenapa sih?" Tanyaku sebal, tanpa menoleh padanya. Mita menghadapkan dirinya ke depan, sambil membuka-buka bukuku iseng.

"Ya nggak sih, cuman si Alan aja tuh. Galak banget hari ini, mana tadi maen basketnya juga kasar. Bukan dia banget deh pokoknya." Mita menjelaskan sambil lalu, seperti tidak perduli. Aku langsung menatapnya heran, Alan maen basket kasar? Alan? Nggak mungkin bangetlah!

"Masa sih, Mit? Tapi kami nggak lagi berantem kok." Jawabku khawatir, Mita mengangkat bahu. Atau mungkin dia ditolak Dian ya? Ah mana mungkin? Orang baru jatuh cinta-nya aja kemaren kok, masak udah langsung ditolak?

"Oh ya, Al. Elo tau Dian kan? Temen sekelas gue, yang suka pake jepet thu lho." Mita langsung melanjutkan tanpa menunggu jawaban, "Masa tadi dia nanya tentang Alan ke gue, ngepo-in banget Al." Aku langsung membuang muka, dan berpura-pura sibuk membaca buku catatan Biologi yang kebetulan sudah ku keluarkan daritadi.

"Oh ya?" Jawabku berusaha terlihat tidak perduli. Mita menatapku penuh selidik, membuatku risi sendiri. "Apaan sih mit?" Sahutku kesal. Dian memang teman sekelas Mita di 12 IPA 1, sedangkan aku dan Fara di kelas 12 IPA 2. Alan sendiri ada di kelas 12 IPS 1.

"Elo nggak jealous gitu, Al?" Mita bertanya heran, aku langsung mendelik padanya. Dasar! Untung saat ini jam istirahat, jadi dikelas sepi. Hanya ada beberapa anak, jadi aman.

"Elo apaan sih? Ngapain juga jealous!" Jawabku menggebu-gebu, dan Mita malah tersenyum mengerti. Oh! Harusnya aku nggak menjawab dengan emosi gitu, kelihatan banget kalau aku berusaha menutupi. Arghhh, bego banget kamu Al!

Mita sudah mau membuka mulut, tapi bel kemudian berbunyi. "Al, gue balik ke kelas dulu ya. Dah" Mita langsung ngibrit menuju pintu, aku langsung berseru memanggilnya. Mita berhenti mendadak, "Apaan?"

Aku menunjuk buku yang ada ditangannya, "Itu buku gue mau lo kemanain Mit?" tanyaku geli, Mita langsung menepuk jidat. Mita..Mita..

</3 </3 </3

Ketika harapan merubah kita menjadi seorang pemimpi, kita akan mulai menikmati rasanya bermimpi. Karna hanya dalam mimpi, kita akan percaya bahwa memiliki-nya itu adalah mungkin.

"Lan, elo kenapa sih?" Kuikuti langkah Alan dengan tergesa-gesa

"Nggak papa." Sahutnya cuek.

" Gue serius nih, Lan. Elo marah ya sama gue?"

"Nggak" Dia masih tetap betah mencueki aku. Huh!

"Kalo nggak marah, ya jangan cuek gitu dong"

"Udah sana, gue buru-buru" Dia mengibaskan tangannya, mengusirku.

"Lan, elo tega banget sih."

"Bodo!" Aku menatap punggung Alan yang semakin menjauh, aku salah apa sih? Apa gara-gara kemaren aku menanggapi ceritanya dengan lesu? Atau apa? Akhirnya dengan pasrah, aku berbalik dan mulai berjalan.

"OH YA," Aku menoleh mendengar suara keras Alan, dia sudah berbalik menghadapku dengan wajah kesal. "Handband lo bagus juga, Sandi pasti spesial kasih itu ke elo ya!" Ha? Aku melongo menatap Alan yang sudah berbalik dan berjalan menjauh. Apa hubungannya sama Handband dari Sandi?

Sahabat, aku cinta.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang