"Okay, Jean juga udah kangen rumah" timpalku

》Di dalam mobil《

Satu persatu kendaraan di salip ayahku. Sepertinya ayah tidak sabar untuk membawa ku ke rumah. Apakah ada kejutan untukku? Ah... pikir nanti saja. Aku mulai memejamkan mataku, saking capeknya aku pun terlelap.

"Kak... bangun kak, kita sudah sampai rumah" terdengar suara Riksa yang membangunkanku

"Empphh, sudah sampai rumah? Kok cepat sekali?" Tanyaku lalu mengucek mataku

"Ya jelas cepet lah, kan kakak tadi tidur nya pules banget, jadi nya nggak kerasa kalo udah sampe rumah. Ayok kak kita ke dalem. Ayah sama bunda udah di dalem rumah" Ia langsung menarik tanganku keluar dari mobil.

Ternyata banyak perubahan. Warna rumah tidak lagi ungu, melainkan abu-abu muda. Dan taman yang dulu tidak terurus sudah mulai rapi dan banyak tanaman hiasnya. Namun ada satu ruangan yang tidak berubah.... kamarku, masih sama seperti dulu, hanya saja lebih terlihat rapi dan bersih. Mungkin setiap hari bunda membersihkannya.

Langsung saja aku masuk ke kamarku, dan meletakkan badanku di atas kasur.... rasa kasur nya nyaman sekali, masih sama seperti dahulu.

"Sayang, sini ke ruang makan. Kita makan bersama dan ada suatu hal yang perlu kita bicarakan" ucap bunda dari kejauhan

"Iya bunda" teriakku. Aku pun langsung mengganti pakaian ku yang sudah ada di dalam lemari lama ku.... ternyata baju nya masih muat untukku pakai.

Sesampainya di ruang makan... ayah, bunda, dan Riksa sudah duduk.

"Kakak! Ayo sini kita makan bareng lagi!!" Ucap Riksa terlalu bersemangat. Aku pun langsung berjalan kearah meja makan dan duduk di antara ayah dan bunda.

"Jean, makan yang banyak ya... bunda udah nyiapin ini semua buat kamu. Sampai-sampai bunda tidak sempat menonton tv" canda ayah

"Iya sayang, dimakan ya... makan yang banyak ya sayang" ucap bunda lalu mengambilkan ku nasi.

"Terimakasih bundaa" ucapku sambil tersenyum

Setelah selesai sarapan bersama, tiba-tiba bunda membuka percakapan

"Jean... besok kamu masuk sekolah ya... bunda dan ayah sudah mendaftarkan mu di SMA Harapan Bangsa, kamu mau kan sayang? Tetapi kamu nggak sesekolah sama Riksa, soalnya bunda pengen kamu bisa bersosialisasi dengan orang lain" Ucap bunda lirih. Bunda berbicara seperti itu karena bunda tau kalau aku tidak bisa bersosialisasi dengan orang lain sejak kejadian suram itu. Dan selama di luar negeri aku hanya belajar dengan kelas yang isinya hanya 3 orang.

"Emm.. a.. aku takut... nggak bisa bersosialisasi bun..." jawabku lirih

"Kamu pasti bisa Jean, lawan rasa takut mu. Yakinlah pada dirimu sendiri Jean" ucap ayah menyemangatiku

"Iya kak, kakak pasti bisa. Riksa jamin itu!" Ucap Riksa yang juga menyemangatiku. Melihat seluruh anggota keluargaku menyemangatiku, aku tidak tega jika menolak dan akhirnya sudah aku putuskan....

"Baiklah kalau begitu, besok Jean akan berangkat sekolah, tapi kan Jean tidak tau dimana letaknya" tanyaku

"Besok kamu berangkat bareng ayah sayang" ucap bunda yang senyumnya mulai merekah kembali... hangatnya senyuman bunda..

"Oke deh kalo gitu bun.. Jean keliling kampung dulu ya bun, Jean kangen sama suasana kampung" aku pun langsung menarik tangan Riksa dan tidak ada perlawanan dari Riksa.

"Kak? Kita mau keliling naik apa?" Tanya Riksa

"Jalan kaki saja Rik" timpalku

"Yah.. kok jalan kaki sih kak, naik motor aja gimana? Sekalian kita pergi ke Chacha milk tea" ucapnya

"Oke deh, tapi ... kakak kan belum bisa naik motor. Masa kamu yang boncengin kakak?"

"Ya gapapa kak, kakak tunggu sini dulu ya, Riksa siapin dulu motor dan helmnya" Riksa pun langsung menuju garasi dan aku berjalan menuju depan rumah. Setelah menunggu kira-kira 3 menit, akhirnya Riksa pun datang dengan motor..... vixion? Ini motornya siapa?

"Riksa... ini motornya siapa? Setau kakak kita cuma punya motor matic?"

"Riksa lupa bilang ke kakak ya... ini hadiah dari bunda dan ayah untuk kakak. Seperti hadiah selamat datang" Riksa pun tersenyum bangga

"Tap..tapi kan... tapi kan kakak nggak bisa naik motor" ucapku terbata-bata

"Don't worry kak, ada Riksa di sini... kalo kakak mau pergi naik motor tinggal bilang sama Riksa aja" timpalnya

"Yaudah deh kalo gitu, kakak naik ya?"

"Naik aja kak, hati-hati kak yang naik" ucap nya lalu mengemudikan vixion hitamnya.

"Pelan-pelan aja ya Rik.. kakak nggak berani kalo banter-banter"

"Iya kak tenang aja!" Tapi... nggak banter apanya, setelah keluar dari gang dia langsung menge gas vixion hitamnya.

"RIIKKKSSSAAAAAAAA......" aku mulai berteriak dan melingkarkan tangan ku ke perut nya. Dan Riksa pun hanya tertawa geli mendengarku berteriak. Dasar adik kurang ajar...


Gimana cerita nya? Bagus nggak? Ada kekurangan?

Jangan lupa baca cerita author yang lain yaa!

Don't forget vote and meninggalkan jejak di comment yapp!

Love Two Side Of The MirrorNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ