PART 1

14 2 2
                                    

"Tidak-tidak ini tidak mungkin." ucapnya histeris melihat jasad ibunya tergelatak dilantai.

"Aku harus apa." ucapnya mengulang-ulang kata tersebut.

Keringat dingin bercucuran di dahinya.

Keadaan sedang hujan dan petir menggelegar dimana-mana, membuat suasana semakin mencekam.

Jelegerrr jelegerrr jelegerrr suara petir semakin menjadi-jadi.

Dari luar rumah terdengar suara ketukan. Membuatnya semakin panik tak terkendali.

Tidak banyak tingkah ia membawa jasad ibunya kearah dapur.

"Kau sedang apa?" ucap seseorang mengagetkannya.

Ternyata orang tersebut adalah kakaknya.

"Ah aku hanya lapar, apa kau mau ku buatkan makanan?" tanyanya dengan selembut mungkin.

Alis kakaknya mengkerut sambil melihat kearah lemari kayu yang berada di dapur.

Lemari tersebut tempat yang digunakan untuk menyembunyikan jasad ibunya.

"Apa kau tidak menyembunyikan sesuatu?" tanya kakaknya.

"Menyembunyikan? Sudah ku bilang aku hanya lapar."

Keringat dingin semakin lama semakin banyak keluar dari dahinya.

"Ibu mana?" tanya kakaknya.

"Ah mungkin ibu sedang keluar rumah." ucapnya semakin lama semakin tak karuan.

"Hujan-hujan seperti ini?" tanya kakaknya.

"Ah sudahlah aku lapar," ucapnya langsung mencari bahan makanan di kulkas.

Kakaknya masih dengan keadaan penasaran. Kakaknya hampir membuka lemari kayu tersebut.

"Kak apa kau mau ku buatkan makanan?" tanyanya membuat kakaknya mengurungkan niat untuk membuka lemari tersebut.

"Aku sudah makan diluar," ucap kakaknya langsung pergi dari dapur.

Ketika melihat keadaan aman, dia mau mengeluarkan jasad ibunya.

Sebelum mengeluarkan jasad tersebut tiba-tiba lampu sekitar rumah mati.

"Syukurlah, ini memudahkanku." ucapnya.

Tiba-tiba...

"De tadi ketika belum gelap seperti ini, aku melihat darah banyak sekali, apa kau tau itu darah apa?" tanya seseorang yang mengagetkannya.

"Tata...di aku mematikan seekor tikus." ucapnya.

"Ah ya sudahlah, apa kau tidak jadi memasak?" tanya kakaknya.

"Sepertinya tidak, nanti akan ku bereskan bekas darah tersebut." ucapnya.

"Yasudahlah aku mau mandi dulu." ucap kakaknya.

Ketika kakaknya sudah pergi dari hadapannya, dia melancarkan aksinya dengan menyeret jasad ibunya kehalaman belakang.

°°°

Dari sudut lain, rasa penasaran kakaknya semakin menjadi-jadi.

Kakaknya melihatnya menyeret seseorang dari arah dapur.

Bau amis darah tercium di penciuman kakaknya.

"Bau amisnya sungguh menyengat." ucapnya hampir tak bersuara.

Kakaknya mengikutinya hingga halaman rumah belakang.

Betapa terkejutnya kakaknya melihat adiknya mengubur seseorang di halaman belakang rumahnya.

"Kau gila" ucap kakaknya dari kejauhan.

"Oh rupanya kau sudah tau." ucapnya.

Dia membopong cangkul dipundaknya sambil berjalan mendekatinya.

"Aku akan membuatmu terkubur disitu bersamanya." teriaknya.

"Apa bersamanya? Apa kau gila? Aku kakakmu, kakak kandungmu." teriak kakaknya tak terima adiknya berubah menjadi seperti ini.

Dia menunjuk-nunjuk jasad ibunya.

"Apa harus ku tunjukan siapa yang sudah mati di sana?" ucapnya.

Dia menyeret kakaknya kehadapan jasad ibunya. Kekuatannya lebih besar beberapa kali lipat dari biasanya.

"Kau gila, kau pembunuh, kau psikopat, kau bukan adikku yang sebenarnya, kaka...u siapa?" ucapnya.

Tanpa banyak omong dia memukulkan cangkul ke arah kakaknya. Namun pukulan tersebut dapat ditangkis oleh kakaknya.

"Ah aku lupa jika kau mengikuti kegiatan bela diri," ucapnya sambil memukul-mukulkan cangkul kearah kakaknya.

"Tidak semudah itu kau dapat membunuhku, kau ingat!! aku ini kakakmu, jodohmu menantimu diluar sana." ucap kakaknya sembari menangkis semua pukulan yang ditujukan kepadanya.

Ketika kata-kata tersebut keluar dari mulut kakaknya, ia hanya bisa diam. Pukul-pukulan tersebut berhenti seketika.

"Kalau kau berubah, aku tak akan melaporkanmu kepolisi," ucap kakaknya.

"Aku tak perduli, mau kau laporkan mau tidak dilaporakan, aku akan tetap membunuhmu," ucapnya.

Sebelum ia memukulkan cangkul ke arah kepala kakaknya.

Tap tap tap

Kakaknya berlari dengan sangat cepat kearah luar rumah.

"Ah sial."ucapnya.

Dia melemparkan cangkulnya kesembarang arah.

Aku harus cepat-cepat menguburnya.

Setelah selesai mengubur mayat ibunya.

Dia langsung pergi kedalam rumahnya. Dia membersihkan semua darah yang berceceran di lantai hingga tak tersisa sedikitpun.

Setelah membereskan darah yang ada dilantai dia langsung berlari kearah kamarnya, untuk membereskan sebagian bajunya.

"Aku harus pergi dari sini," ucapnya selagi memasukan pakaiannya kedalam tas.

Dia memasukan semua koleksi pisaunya kedalam tas, dan di selipkan di saku celananya. Dan tak lupa membawa pistolnya.

Dia memakai jaket warna hitamnya, dan memakai masker warna hitam.

"Perfect," ucapnya sambil mengaca dikamarnya.

Dia keluar rumah, lalu menunggu halte untuk menunggu bus. Tak berapa lama dari itu dia mendapatkan bus, namun dia tak tau bus tersebut akan bertujuan kemana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang