Dua Puluh Tiga : Kehilangan Yang Menyakitkan

Mulai dari awal
                                    

Tapi apakah itu cukup untuk menjadi alasan Lisha meninggalkan dirinya? Tidak, bukan hanya itu yang terjadi. Hanya selang tiga hari disaat Lisha yakin dapat memberitahu apa yang terjadi di hari pertunangan mereka dokter memberikan sebuah kabar yang membuat Lisha tidak mampu berkata apa-apa.

Lisha terkena Leukemia stadium tiga.

Lisha yang ceria terkena penyakit mematikan itu.

"Mama sudah menyuruh Lisha untuk memberitahumu Al, namun Lisha tidak mau. Ia tidak mau melihatmu sedih. Bahkan ia memaksa mama dan Derryl untuk menyembunyikan kenyataan menyakitkan ini," itulah yang dikatakan ibu Lisha padanya saat pertemuan pertama mereka setelah lima tahun sama sekali tidak bertemu.

"Mama tahu sudah tidak ada lagi cinta untuk Lisha di hatimu. Tapi mama mohon Al jangan tinggalkan Lisha. Mama tidak tahu kapan Tuhan akan mengambilnya dari mama. Mama ingin melihat dia bahagia dan kebahagian dia hanyalah dengan berada di sampingmu," tangisan ibu Lisha pecah memecahkan keheningan lorong rumah sakit, "Lima tahun ia berjuang untuk sembuh, ia selalu berkata pada mama kalau 'Alka menungguku Ma, aku harus sembuh demi Alka' mama sudah mencoba untuk memberi pengertian pada Lisha. Pasti akan banyak yang berubah termasuk perasaanmu pada Lisha, namun Lisha selalu yakin kalau kamu akan terus mencintainya dan menunggunya," ibu Lisha berusaha untuk mengkontrol tangisnya. Ia hanya seorang ibu yang ingin melihat kebahagian putrinya, "Setelah mendapatkan kabar pernikahanmu keadaannya semakin memburuk. Tapi ia tetap memaksa untuk kembali ke Indonesia menemuimu. Ia ingin mengatakan semuanya padamu, Al."

※※※

Aliandra meringkuk di balik selimut, keringat dingin membasahi keningnya. Ia kira rasa mual hanya akan menyerangnya disaat pagi hari, namun ternyata saat malam pun rasa mual itu datang kembali. Sudah tidak terhitung berapa banyak ia bolak-balik kamar mandi untuk muntah.

Mas kapan pulang?
Mas tidak lupa alamat rumah kitakan? Kalau mas lupa biar aku ingatkan 😊

Aliandra tersenyum getir saat membaca kembali pesan yang telah ia kirimkan kepada Alka.

Dua hari sudah Alka tidak pulang dan tidak memberi kabar. Sebisa mungkin setiap detiknya ia berusaha membuang segala pikiran buruk yang silih berganti berdatangan memenuhi kepalanya.

Suara dentingan jam dinding yang terdengar jelas dari lantai satu menjadi pertanda kalau malam telah mencapai puncaknya.

Aliandra menarik selimutnya lebih atas hingga selimut itu menutupi kepalanya dan dibalik selimut untuk kesekian kalinya tangisnya pecah tidak terbendung.

Ini sungguh menyakitkan.

Bi Sutri yang sengaja menginap dan tidur di atas lantai kasur langsung terbangun saat mendengar suara tangisan Aliandra yang terdengar memilukan.

Tangisan ketakutan, kerinduan dan kesakitan.

Dengan lembut Bi Sutri membelai pucuk kepala Aliandra, "Yang sabar non. Pak Alka pasti akan segera pulang."

Aliandra menggelengkan kepalanya, "Dia tidak akan pulang Bi... Dia akan pergi meninggalkanku," Aliandra berucap sangat lirih disela isak tangisnya.

"Kenapa Non ngomong gitu? Pak Alka sangat mencintai Non jadi tidak mungkin pak Alka pergi meninggalkan Non."

Aliandra tidak tahu kenapa tiba-tiba pemikiran itu datang memenuhi kepalanya.

Aliandra | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang