Enam Belas : Pernikahan

381K 19.5K 1.2K
                                    


"Sesungguhnya, apabila seorang suami memandang isterinya dengan kasih & sayang dan isterinya juga memandang suaminya dengan kasih & sayang, maka Allah akan memandang keduanya dengan pandangan kasih & sayang. Dan apabila seorang suami memegangi jemari isterinya dengan kasih & sayang maka berjatuhanlah dosa-dosa dari segala jemari keduanya"

(HR. Abu Sa'id)

🍁🍁🍁

Alka tiba di bandara jam lima lewat sepuluh menit. Langit masih terlihat gelap.

"Maaf aku terlambat," ucap Alka saat memasuki pesawat jet pribadi miliknya.

Radit yang sudah duduk manis di bangku penumpang langsung berdiri saat melihat Alka, "Aku tahu banyak yang harus kau selesaikan di kantor, tapi hari ini adalah hari yang sangat penting untukmu, Al. Masa kau telat sih di hari pernikahanmu sendiri. Kau tahu aku, Lili dan Teungku Yusuf beserta keluarganya sudah mendekam di dalam pesawat ini selama lebih dari setengah jam menunggu kedatangamu."

Alka menepuk bahu Radit, "Maaf telah membuatmu menunggu. Pekerjaan di kantor tidak bisa aku tunda lagi. Harus segera aku selesaikan dan kau tahu aku baru dapat menyelesaikannya sepuluh menit sebelum adzan subuh. Sekali lagi aku minta maaf."

"Aku tidak peduli. Cepatlah ke ruang kokpit. Agar si gila Haikal segera menerbangkan pesawat ini. Liliku ingin melihat sunrise di atas ketinggian tiga puluh lima ribu kaki."

Alka menggelengkan kepalanya. Ia kira Radit menggerutu karena takut mereka tidak sampai tepat waktu di kediaman Aliandra, namun ternyata terkaannya salah. Radit menggerutu karena takut melewati keindahan sunrise dari ketinggian tiga puluh lima ribu kaki. Benar-benar keterlaluan.

Sebelum masuk ke ruang kokpit. Alka menghampiri Teungku Yusuf yang tengah membaca Al Quran.

"Assalamualaikum, paman," Alka mencium punggung tangan Teungku Yusuf, "Maaf aku telat."

Tidak ada rentetan gerutuan yang keluar dari bibir Teungku Yusuf, ia hanya tersenyum dan mengatakan tidak apa-apa. Setelahnya Alka langsung memasuki ruang kokpit.

"Maaf aku terlambat, Haikal," ucap Alka kepada pilot yang sudah duduk manis di ruang kokpit.

"Tidak apa-apa. Anda kaptennya untuk penerbangan kali ini," Haikal menjawab sopan.

"Jangan terlalu sopan. Itu membuatku tidak nyaman," ucap Alka. Ia memasang alat komunikasi, memeriksa panel-panel yang ada di hadapannya, "Semuanya sudah siap?"

"Sudah dari satu jam yang lalu. Malah saking siapnya Radit sedari tadi sudah gatal ingin menerbangkan pesawat ini. Meninggalkan calon mempelai lelaki di bandara hanya untuk memperlihatkan keindahan sunrise kepada calon istrinya."

"Dia benar-benar sahabat yang kejam," timpal Alka.

"Tapi kau menyayanginyakan?"

Alka terkekeh. Tentu, walaupun Radit menyebalkan tetap Raditlah sahabat terbaiknya. Suka dan duka selalu ia lewati bersama Radit.

Tangan Alka menekan tombol-tombol persiapan berangkat, secara otomatis pintu pesawat di tutup.

Lima belas detik menunggu, lampu hijau menyala di layar panel. Alka menggerakkan tuas kemudi, di sebelahnya Haikal sedang berbicara dengan petugas yang berjaga di menara pengawas melaui alat komunikasi. Memberitahu pesawat akan segera lepas landas.

Pesawat jet mulai bergerak menuju runaway. Haikal mengonfirmasi untuk terakhir kalinya kepada menara pengawas. Izin take off diberikan, persis saat petugas menara menjawab Clear.

Alka kembali menekan tombol panel yang ada di hadapannya. Mesin jet mulai menggerung. Lantas meluncur cepat di atas aspal. Tiba di kecepatan tertentu, tangan Alka perlahan menggerakkan tuas. Moncong pesawat mulai naik dan tiga detik berikutnya pesawat jet belambang A.N.H sudah melesat ke angkasa.

Aliandra | ENDWhere stories live. Discover now