Ia lalu masuk ke sebuah kedai makanan untuk makan siang. Ia sengaja memilih duduk di dekat pintu untuk mengawasi si misterius. Sementara makan siang, ia melihat jam dan mengecek iPhone lainnya dengan tipe yang jauh berbeda dengan yang biasa ia pakai. iPhone ini hanya dipakai saat ia sedang dalam penyamaran. Ia tahu jika dirinya sering diamati oleh orang misterius itu. Tentu saja barang-barang yang biasa digunakannya tak luput dari pengamatan orang itu termasuk iPhone-nya yang digunakan sehari-hari, maka dari itu penting untuk memperhatikan bahkan hingga ke hal-hal kecil sekalipun. 'Jam 02.00 siang. Hm.. Ada pesan dari Angel.'

kmna ? ditnyain ms hera tuh, aku blg aja kmu skt trs plg

'Sakit? Alasan yang konyol.' gumam Eryl. Itu karena Eryl jarang sekali terserang penyakit. Entah kenapa sistem imunnya tetap kuat padahal Eryl kurang memperhatikan kesehatannya. Setelah selesai menyantap makan siang, ia meninggalkan uang di meja bersama beberapa tip lalu pergi dari kedai makanan tersebut.

'Kurasa menonton film bisa menghibur, lagipula aku harus mengistirahatkan kakiku. Dan tulang belakangku rasanya sudah berteriak-teriak kesakitan,' pikirnya. Ia lalu pergi ke sebuah bioskop yang juga tak jauh dari situ.

Sampai di bioskop, Eryl memperhatikan papan-papan bertuliskan NOW SHOWING yang terpampang di depan bioskop. Dari 5 studio, 2 diantaranya sudah pernah ditontonnya dan ia merasa bosan untuk menontonnya lagi. Satu studio Sherlock Holmes, studio yang lain film untuk anak-anak dan studio terakhir film fantasi yang kurang disukainya.

'Kalau nonton film anak-anak, aku bisa disangka kakek-kakek revolusioner. Jadi lebih baik nonton yang ini saja, Sherlock Holmes, posternya belum pernah kulihat. Oh... Tentu saja ini yang terbaru. Terlalu banyak kasus yang kutangani membuatku melupakan idolaku ini. Baiklah, aku akan menonton yang ini.' pikir Eryl.

Ia lalu menjawab sapaan petugasnya. "Selamat siang. Studio satu, satu tiket." pintanya dengan sopan. Selesai membayar tiket, ia memutuskan untuk meminum kopi dan makan beberapa dessert sambil menunggu filmnya dimulai. Ia lalu menuju salah satu restaurant yang terletak tepat di sebelah bioskop tersebut. Beberapa menit kemudian, ia kembali ke bioskop saat filmnya hampir dimulai.

Film Sherlock Holmes yang ditonton Eryl membuat gadis itu melupakan si misterius untuk beberapa saat. Ia sangat menikmati setiap adegan dalam film itu. 'Holmes memang yang paling keren. Detektif terhebat di dunia. Lihat bagaimana ia membongkar teka-teki aneh itu!'

Selesai menonton, ia memutuskan untuk menyamar lagi. Ia masuk lagi ke dalam toko pakaian yang berjarak 1 km dari bioskop, membeli beberapa pakaian dan keperluan penyamaran.

Ia lalu melangkahkan kakinya ke panti jompo yang berada tepat dihadapan toko itu untuk menyamar.

"Selamat siang, kakek. Ada yang bisa dibantu?" tanya pengelola panti tersebut.

"Ya, saya Pak David. Saya datang untuk menengok istri saya." kata Eryl sambil mengubah suaranya menjadi suara kakek-kakek dan menirukan gaya bicara para lansia.

"Oh, silahkan masuk, Pak David. Istri Anda sedang di taman." Jesse mempersilahkan dengan sopan. Eryl lalu masuk ke panti jompo tersebut dan langsung menegakkan badannya yang dari tadi dibungkukkan begitu pintu ditutup.

"Pasti kamu capek banget. Kalo aku jadi kamu, udah nyerah duluan, hayati lelah, hayati tak sanggup," ujar Jesse sok dramatis. Ia sudah tahu bahwa kakek bernama David itu sebenarnya adalah Eryl. Itu adalah code name yang hanya diketahui Jesse. Seperti password Wi-Fi, mereka sering mengganti code name-nya untuk alasan keamanan.

"Boleh aku meminjam salah satu kamar kosong?" tanya Eryl to the point, mengabaikan aksi dramatis yang baru saja dilakukan temannya.

"Pakai saja kamarku." jawab Jesse sebal karena acting-nya sama sekali tidak ditanggapi.

Who Are You? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang