Chapter 2

3K 197 2
                                    

[Budayakan Vote sebelum baca!!! Makasih]


Eryl melihat sesuatu dengan warna kekuning emas-emasan. Sinar matahari dari luar jendela membuat benda itu sedikit bercahaya.

'Lho? Bu.. Bukankah itu... Oh, oh, oh..' gumam Eryl. Ia mengambil benda itu dengan sangat hati-hati. Diambilnya lensa dari dalam sakunya dan diamatinya benda itu dengan saksama. Ia mengukur panjang benda tipis itu dan ditaruhnya ke dalam plastik sampelnya.

Ia menoleh lagi ke jendela untuk mencari sesuatu. Kembali ia bersiul dengan gembira karena berhasil menemukan sesuatu yang kecil dan berwarna putih, seperti bubuk, namun bubuk lebih halus dari benda kecil ini yang bertebaran di sekitar jendela. Eryl mengumpulkannya dan menaruhnya dalam plastik sampel yang berbeda untuk kemudian di telitinya dibawah mikroskop.

'Aneh sekali. Apakah orang ini sedikit nyentrik? Mengapa membawa benda-benda seperti ini?' gumam Eryl pada dirinya sendiri.

Setelah selesai memberesi barang-barangnya, ia berinisiatif meneliti seluruh kamar itu. 

'Semoga orang itu cukup bodoh dan meninggalkan lagi beberapa jejak untukku.' batin Eryl. Namun, ia tak mendapati apa-apa walaupun sudah mencari dengan teliti.

'Hmm.. Berarti orang itu hanya datang ke sini untuk mengawasiku. Lagipula, kurasa tempat ini sangat buruk untuk sebuah basecamp. Dia pasti mengantisipasi kedatanganku, lalu mengapa meninggalkan jejak? Apakah ia sedang mencemoohku? Tunggu, bukankah itu yang dilakukan serial killer? Mencemooh polisi dengan meninggalkan signature mereka.'

Sekali lagi ia meneliti setiap sudut-sudut kamar itu, namun tetap saja hasilnya nihil. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari apartemen kosong itu dan kembali ke sekolahnya.

Di jalan, orang misterius itu mengikuti Eryl lagi dalam jarak 100 m dengan mobil. 'Apa dia kira aku cukup buta untuk tidak melihatnya didalam mobil hitam itu?' pikir Eryl tanpa membalikkan badannya untuk mengalihkan perhatian. 'Well, terlepas dari dia sengaja atau memang bodoh, aku rasa aku harus sedikit bermain-main dengannya. A little game for this secret admirer won't hurt, ain't it?'

Eryl memutar arah tujuannya berlawanan dengan arah ke sekolah. Ia berjalan agak jauh ke tempat yang sedikit lebih ramai. Gadis itu melangkahkan kakinya mengelilingi setiap pertokoan yang bisa dijumpainya, sementara orang itu tetap mengikutinya. Ia masuk ke satu toko, lalu keluar lagi. Masuk lagi ke toko lainnya, lalu keluar lagi. Kadang ia sengaja berlama-lama didalam toko, kadang ia juga langsung keluar setelah satu menit didalamnya.

Ia terus berputar-putar di sekeliling daerah pertokoan itu. Jika dilihatnya satu toko atau kedai makanan, ia akan masuk ke situ lalu keluar lagi. Masuk lagi lalu keluar lagi. 'Seru juga. Dengan begini aku sambil menghafalkan daerah sini.' pikirnya. Dengan semangat ia terus masuk keluar toko yang ditangkap matanya.

Setelah merasa semua toko dan kedai makanan telah dimasukinya, Eryl pergi ke sebuah toko pakaian langganannya untuk melakukan penyamaran.

"Penyamaran lagi, non?" bisik salah satu pramuniaga di situ. Eryl hanya menganggukkan kepalanya sekali. Kemampuan menyamar yang sempurna harus dimiliki oleh setiap detektif jika ingin mengecoh seseorang, maka dengan beberapa make up dan tempelan disana-sini, Eryl keluar dengan tampilan kakek tua yang sudah renta dan bungkuk. Perawakannya sedikit gemuk dan ia menopangkan berat badannya pada tongkat kayu yang terlihat sudah tua sambil berjalan dengan pelan.

Ia melirik ke pintu toko itu untuk mengamati si misterius yang mengikutinya dan memang orang serba hitam itu masih menunggu.

'Kita lihat apakah kau mengenaliku.' batin Eryl.

Who Are You? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang