Special Chapter 2

2.5K 255 23
                                    

Happy Reading
.
.

Hari ini, Dian dan Rahmat sudah janjian untuk menonton film yaoi di rumah Dian. Masih ingat 'kan sebelumnya? Gani tidak ikut, you know lah.

Mereka berdua tengah memilih film apa yang akan ditonton. Rahmat sedari tadi melihat folder yaoi movie di laptop Dian.

"Gue mau nonton semuanya, banyak banget njay." seru Rahmat.

"Lo udah nonton Bromance gak? Atau Boys love? Atau lo mau nonton boku no pico? Eh iya, gue gak pernah nonton bnp, rada sawan gue nonton itu." jelas Dian panjang lebar.

"Apa aja deh, terserah. Tapi gue maunya nonton yang ini aja."

Rahmat mengarahkan telunjuknya di folder film Thailand yang berjudul Dangerous Boys.

"Yakin? Yaoi-nya gak banyak loh. Malah ini cerita tauran gitu. Tapi tokoh utamanya cakep sih, gela!" spoiler Dian.

"Udah yang ini aja, lagian gue belum pernah nonton." ujar Rahmat.

Dian langsung mengambil alih laptopnya. Jarinya bergerak mengotak-atik untuk memutar film.

Film pun dimulai. Mereka terlalu hanyut /istilahnya kurang srek/ dengan film-nya.

-¤-

Hari ini, kelas Dian akan tanding futsal babak kedua. Seperti biasa supporter sudah bersiap di pinggir lapangan, meneriaki pemain dari kelas masing-masing.

Dian, Nisa, Farah serta Fani berdiri sederet dengan tangan melindungi wajah dari sinar matahari terik.

"Kalau bukan kelas kita yang main, gue udah kabur daritadi." desis Farah.

"True! Mending gue gak masuk sekalian," timpal Nisa.

Fani hanya memasang wajah datar, namun kepalanya mengangguk-angguk. Entah apa yang ia pikirkan.

"Kalau gue sih, dimana ada RahmatGani gue pasti ikutin. Walaupun sinar matahari sangat terik seperti sekarang, gue rela." sahut Dian dramatis.

"Mulai nih, si fujo dramatiz pakai z!"

Dian hanya cekikikan saja, mendengar julukan baru untuknya.

Pertandingan pun dimulai. Gani dan pemain yang lain saling mengoper dan menguasai pertandingan. Supporter terus-menerus menyerukan nama dan memberi semangat. Namun, Dian daritadi celingak-celinguk mencari Rahmat.

"Itu anak mana sih? Ngilang mulu deh," umpat Dian.

Ia pun mencari sosok Rahmat yang menghilang.

"Gol!!"

Dian sempat menjerit mendengar teriakan Gol dari supporter lawan.

"Gawang kita kebobolan," umpat Dian.

Fani yang mendengar menyahut, "baru sekali. Makanya jangan diam aja, lo. Bantu teriak napa,"

Dengan senang hati, Dian ikut berteriak. Sampai ia melupakan aktivitas sebelumnya, mencari Rahmat.

"Gol!!" kembali terdengat teriakan supporter lawan. Mereka saling tos dan lompat bersama.

Kali ini kelas Dian kalah telak. Skornya 2-0

Bayangin, Gani sama sekali tidak mencetak gol.

"Udah, gak apa kok. Yang penting udah berusaha!" hibur Nisa.

"Bener tuh. Udahlah, jangan di bawa susah. Mangatss!" tambah Farah.

Gani hanya tersenyum kecil. Ya, yang dikatakan temannya itu benar. Yang penting berusaha.

Sekarang, giliran Gani yang celingak-celinguk mencari Rahmat. Tak menemukan keberadaannya dimana, ia pun bertanya pada Dian.

"Di, lo liat Rahmat gak?"

Dian menoleh, "buset, gue lupa nyari! Gue juga gak tau, itu anak ngilang mulu." dumelnya.

"Bantuin gue nyari deh!" ajak Gani, Dian pun setuju.

Mereka berdua pun mengelilingi area sekolah. Pertama mereka mencari di kelas, namun kelas ternyata kosong sama sekali. Kedua, mencari di UKS. Siapa tau Rahmat lagi gak enak badan. Tapi, tetap aja gak ada. Ketiga, mereka mencari di perpustakaan, tapi juga gak ada. Selanjutnya mencari ke kantin, ruang musik, taman, bahkan di toilet sekalipun. Tapi tetap saja gak ada.

"Kita mau cari dimana lagi, coba?" tanya Dian.

"Entah. Gue juga gak tau," sahut Gani. Mereka berdua tampak kelelahan.

"Kalian udah cari di parkiran?"
Tiba-tiba Fani muncul.

Dian dan Gani saling menoleh, kemudian mereka ngacir ke parkiran tanpa mengucapkan terimakasih kepada Fani.

Tiba di parkiran, mereka berdua melihat Rahmat bersama cowok lain. Ups.

"Mending jangan disamperin dulu. Kita ngintip aja dulu di sini. Ya?" tawar Dian.

"Oke. Gue juga penasaran, siapa cowok itu," sahut Gani dengan raut wajah masam.

Dian cekikikan, "cie, cemburu ya. Azek, baru aja pacaran udah ada pho aja."

Gani mengabaikan ucapan Dian. Ia hanya fokus dengan lawan bicara Rahmat itu.

"Mereka ngapain sih? Kok deket banget." Gani sama sekali tidak suka melihat keakraban Rahmat dan temannya itu.

"Mana gue tau. Tuh 'kan, lo cemburu. Udah samperin aja," saran Dian. Ia sangat gemes melihat Gani.

"Tunggu beberapa menit lagi,"

Tiba-tiba Rahmat dan lawan bicaranya itu, saling bergandengan tangan. Tentu membuat Gani tersentak, rahangnya mengeras. Dian juga sama, namun ia masih melihat penuh ketidak percayaannya.

"Ayo kita samperin, sekarang!" seru Gani tajam.

Mereka berdua pun berjalan mendekati Rahmat. Akting pun dimulai.

"Hai, Rahmat! Dari mana aja sih lo? Gue sama Gani cariin lo, tau. Udah panas gini, tau-nya lo disini. Sama orang yang tak dikenal, pakai pegangan tangan segala lagi." cetus Dian.

Rahmat dan orang itu tersentak kaget. Lalu mengembalikan tangan mereka ke posisi semula.

"Oh, Dian. Ha-ha sorry gue gak ikut jadi supporter. Futsalnya gimana? Kelas kita menang gak?"
Kali ini Gani angkat bicara, "kita kalah."

"Udah deh. Yang penting dan yang jadi masalahnya itu orang ini." cerocos Dian. Rahmat jadi diam.

"Siapa sih, lo? Pegangan tangan sama Rahmat, lagi. Denger ya, Rahmat udah punya pacar. Jadi, mending lo jauh-jauh aja deh," lanjut Dian dengan ganas.

Orang itu tersenyum masam, "oke. Nama gue, Arya. Gue sohib Rahmat waktu di SMA yang lama."

Dian hanya ber-oh ria saja. Gani, dia masih memandang tajam Arya.

"Hm, bukan cuma sohib kali, ya. Kita sempat dicombalingi juga sama fujoshi. Jadi dekatnya mungkin mencapai batas pacaran,"

Entah kenapa, suasana tiba-tiba menjadi membeku.

To be continue

Fujoshi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang