Nine

2K 244 44
                                    

Happy Reading
.
.

Hari ini, kelas berjalan seperti biasanya. Hanya saja, RahmatGani selalu berdua bersama. Seakan dunia milik berdua, sampai duduk berdua, ke kantin berdua, bahkan ke toilet pun berdua. Bahaya nih, sedikit ada kecurigaan.

Ingin rasanya, Dian mimisan di setiap saat melihat RahmatGani. "Gue yakin, gue bakal sukses besar. RahmatGani udah sukses jadi shonen-ai!!" Seru Dian antusias.

Fani yang melihat Dian, hanya memasang ekspresi datarnya. Sedangkan Farah, "gue seneng banget liat RahmatGani berduaan terus. Cute sama so sweet banget!!"

Lain lagi dengan cowok yang duduk di pojokan. Ekspresi wajahnya terlihat sangat tidak suka.

Pelajaran kembali dimulai. Guru itu memberi arahan,"saya akan membagi kelompok untuk belajar. Kelompok 1, Nisa dan Fani. Kelompok 2, Gani dan Dian. Kelompok 3, Farah dan Andi. Kelompok 4, Rahmat dan Rizal."

Dian mendesah kecewa, kenapa RahmatGani tidak satu kelompok. Guru itu pamit untuk pergi karena ada urusan sebentar. Tapi sebelum pergi, guru itu berpesan kelompok yang dibagi tadi, tidak boleh ditukar. Kalau sampai ketahuan, nilai mereka akan jelek nantinya.

"Gan, buruan lo kesini." Titah Dian, Gani hanya menurut saja.

Rahmat jalan ke meja pojok di kelas tempat Rizal duduk. Ingat, mereka satu kelompok.

Rizal merupakan siswa yang tergolong nakal, badboy. Nilainya juga pas-pasan, tapi lain lagi dengan wajahnya. Wajahnya terbilang cakep, lah. Namun, ia kurang bergaul dengan murid di kelas. Bisa dibilang, ia punga geng sendiri.

"Di, gue gak suka kalau Rahmat sama Rizal satu kelompok. Kalau Rahmat digangguin sama Rizal gimana?" Oke, yang risau malah Gani. Dia khawatir sama Rahmat.

"Kita intai dari sini aja, Gan. Gue penasaran sama Rizal. Dia kelihatan senang banget, tau satu kelompok sama Rahmat. Curiga gue," Bisik Dian.

Kembali ke Rahmat dan Rizal, si duo R itu. Mereka kelihatan akrab sekali. Terkadang ada pertengkaran kecil tapi dengan cepat, baikan dan tertawa bersama kembali.

Parahnya lagi, Rizal mulai merangkul Rahmat. Itu membuat Rahmat, jadi malu-malu, blush. Anehnya, Rahmat gak menolak rangkulan itu. Rahmat, ia mulai berpaling, masa?

Gani yang melihatnya, mulai terbakar api cemburu. Ia pun berinisiatif menarik Rahmat dari sana. Untung saja, Dian peka dengan situasi. Ia langsung menjitak kening Gani.

"Apaan sih lo?"

"Gue punya rencana," Dian langsung membisikan rencananya itu ke telinga Gani.

"Oke. Sekarang gue coba."

Gani pun langsung ke meja pojok, menghampiri Rahmat.
"Toilet, yuk!" Ajak Gani.

"Sorry, gue masih ada tugas yang belum selesai sama Rizal." Kata Rahmat.

Gani tersenyum kecut, "tugas apa? Tugas rangkul-rangkulan, yah?" Ia pun berlalu dari hadapan Rahmat yang terdiam atas ucapan Gani tadi.

Rizal tersenyum menang, "lo gak usah pikirin Gani. Sekarang ada gue di sini."

Dian yang melihat itu, jadi geram sendiri. Tapi, ia juga senang lihat acara rangkul-rangkulannya. Dian jadi bingung sendiri,

masa iya, Rahmat udah langsung suka sama si Rizal itu?

"Di, gue nyerah duluan!" kata Gani. Ia kelihatan patah hati sekali. "Entah gue harus sedih karena Rahmat, atau gue harus senang karena takdir gue itu, emang cowok normal."

Dian menepuk bahu Gani, "gue ngerti. Kayaknya lo emang ditakdirkan jadi cowok normal,Gan. Lagipula, Rahmat udah langsung tertarik sama si badboy itu."

Dasar PHO!

"Mulai sekarang, lo gak usah berusaha deketin gue sama Rahmat lagi. Paham?" Dian mengangguk.

"Siap! Lagipula duo R lebih cocok dan kisahnya lebih seru." Khayal Dian.

"Apalagi, Rizal badboy lebih pas gitu jadi seme. Anjir, khayalan gue udah jauh aja."

. . . . . . . . . .

- Dian POV -

Gue mau curhat, gue lagi galau banget. Sumpah, gak bohong. Gue bingung mau comblangin Rahmat-Gani atau Rahmat-Rizal. Gue labil sendiri. Please deh ya, gue masih gak rela kalau Rahmat gak sama si Ketua kelas. Tapi gue juga suka kalau seme-nya badboy.
Gue frustasi kalau mikirin itu. Kira-kira Rahmat maunya sama siapa? Apa gue langsung tanya sama dia aja? Takutnya gue shock dengar jawabannya.

Gue sebagai fujoshi, lebih memilih dua-duannya. Biar seru. Dua seme satu uke. Sial. Gue udah memikirkan hal-hal aneh. Nasib deh ya, jadi fujo.

Kalau dipikir kembali, tadi gue disuruh sama Gani, gak usah dekatin dia sama Rahmat lagi. Bodohnya, gue iyakan aja. Gue harus gimana, Tuhan?

By the way, besok hari minggu. Gue mau puas-puasin nonton film atau anime yaoi gue. Udah lama gak nonton yang begituan.

Eh anjay, jangan mikir macem-macem ya.

Gue cuma mau menjernihkan isi kepala gue. Bisa aja gue gila karena mikirin Rahmat dan kedua seme-nya. Lebih baik, gue nonton, 'kan? Sekalian nyari bishounen, azek. Boleh, juga.

-Tbc-

Fujoshi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang