Mufti

149 5 0
                                    

Muf, saya kangen kamu.

Kamu tahu apa yang saya pikirkan ketika melihat betapa oranyenya langit senja Jakarta?

Kamu, Muf.

Katakanlah saya bodoh.

Memang.

Tapi yang membuat saya bodoh itu ya kamu.

Ketika kamu tinggalkan saya, tanpa sekelebatpun perkataan selamat tinggal

Apa kamu merasa senang membuat saya seperti itu?

Saya tidak pernah mengerti jalan pikiranmu, Muf.

Seperti kabel-kabel listrik yang saling menempel bersatu dan kusut.

Tidak jelas.

Seperti sinar redup lampu jalanan berwarna kuning yang berkarat.

Tidak layak lagi.

Dan sebelum kamu ajarkan saya cara untuk memahami jalan pikiranmu, kamu sudah pergi.

Pergi.

Pergi.











Keparat, kamu.
Saya juga mau meninggal di bawah sorot lampu kuning jalanan yang tak berguna itu.

Cigarette Daydream {Kumpulan Puisi}Where stories live. Discover now